KONSEPSI DAN MODEL PENGEMBANGAN SISTEM PEMBELAJARAN
TUGAS TERSTRUKTUR
|
|
DOSEN PENGAMPU
|
Media & Teknologi Pembelajaran
|
|
Dra. Suraijiah M.Pd
|
KONSEPSI DAN MODEL PENGEMBANGAN SISTEM PEMBELAJARAN
Oleh Kelompok 5:
Aguatian Ramadana Putra
[1501210362]
Dina Nur Hayati [1501211364]
Noor Alfi Lailatil Magfiroh [1501211384]
Yusron Prayogi [1501211462]
Universitas Islam Negeri Antasari
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Pendidikan Agama Islam
Banjarmasin
2017
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Pendidikan Agama Islam
Banjarmasin
2017
KATA
PENGANTAR
Puji
dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunianya kepada kita semua, sehingga kami berhasil menyelesaikan
makalah ini yang Alhamdulillah tepat pada waktunya. Tanpa pertolongan-nya
mungkin kami tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.
Sholawat
serta salam tak lupa kita haturkan kepada junjungan kita baginda besar Nabi
Muhammad SAW. karena beliaulah yang membawa umatnya dari zaman kegelapan menuju
zaman terang benderang yang di terangi oleh iman, islam dan ikhsan.
Dalam
penyelesaian makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan, terutama disebabkan
oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan . karena
itu sudah sepantasnya jika kami mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Ibu Dra. Suraijiah M.Pd selaku dosen
pengampu mata kuliah Media & Teknologi Pembelajaran yang mana telah membimbing kami dalam proses perkuliahan.
2.
Orang
tua kami yang tak henti-hentinya memberikan motivasi dan dorongan serta bantuan
baik dari segi materi, maupun moral.
Kami
sadar, sebagai seorang mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran, dalam
penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya, kami sangat mengharapakan
kritik dan saran, guna untuk penulisan makalah yang lebih baik lagi dimasa yang
akan datang, semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita Amin.
Banjarmasin, 31
Oktober 2017
Kelompok 5
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang ............................................................................ 1
B.
Rumusan
maslah ........................................................................ 1
C.
Tujuan
masalah............................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian
pengembangan sistem pembelajaran.......................... 3
B.
Konsepsi
dasar pengembangan sistem pembelajaran.................. 3
C.
Prinsip-prinsip
dasar pengembangan sistem pembelajaran.......... 4
D.
Model-model
pengembangan sistem pembelajaran..................... 4
BAB III PENUTUP
A.
Simpulan...................................................................................... 13
B.
Saran............................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 14
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pengembangan
sistem pembelajaran (instruksional) merupakan salah satu bentuk pembaharuan
sistem instruksional yang banyak dilakukan dalam rangka pembaharuan sistem
pendidikan, dengan maksud agar sistem tersebut dapat lebih serasi dengan
tuntutan kebutuhan masyarakat, serasi pula dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Tujuan utama meningkatkan produktivitas dan efisiensi proses
pembelajaran.
Namun
demikian, pendekatan yang sistematis dalam kegiatan instruksional ini dilakukan
dengan cara yang berbeda-beda, dan dengan sebutan yang berbeda-beda pula.
Sebutan itu di antaranya adalah: pengembangan instruksional, desain
instruksional, pengembangan sistem instruksional, pengembangan program
instruksional, pengembangan produk instruksional, pengembangan organisasi, dan
pengembangan kemampuan mengajar. Tetapi istilah populer yang lazim digunakan
adalah “pengembangan instruksional (pembelajaran), yang merupakan padanan dari
istilah “instructional development”. Istilah yang disebutkan terakhir
ini adalah merupakan istilah resmi yang dibakukan oleh organisasi profesi AECT
(Association for Educational Communication and Technology) di Amerika
Serikat.
Dalam
operasionalnya pengembangan sistem intruksional ini dapat dilaksanakan untuk
jangka pendek maupun jangka panjang; dapat dilaksanakan untuk satu topik
sajian, satu periode latihan, satu semester, satu bidang studi, atau bahkan
satu sistem yang lebih besar lagi.[1]
Atas
dasar itulah Gustafson membedakan adanya tingkatan atau level pengembangan
sistem instruksional, yakni: (a) tingkatan kelas, (b) tingkatan sistem, (c)
tingkatan produk, dan (d) tingkatan organisasi. Setiap tingkatan tersebut
memiliki fungsi dan model-model yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.[2]
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
konsepsi dasar pengembangan sistem instruksional?
2.
Bagaimana prinsip dasar pengembangan sistem instruksional?
3.
Bagaimana
model-model pengembangan sistem instruksional?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Untuk
mengetahui konsepsi dasar pengembangan sistem instruksional.
2.
Untuk
mengetahui prinsip dasar pengembangan sistem instruksional.
3.
Untuk
mengetahui model-model pengembangan sistem instruksional.
D.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pengembangan Sistem Intruksional (Pembelajaran)
Pengembangan mengandung pengertian
cara membuat tumbuh secara teratur untuk menjadikan sesuatu lebih besar, lebih
baik, lebih efektif, dan sebagainya. Selanjutnya pengembangan sistem mengandung
maksud cara membuat penjabaran, pelengkapan komponen sistem agar setiap
komponen tumbuh. Seterusnya Ely mengemukakan pendapatnya bahwa pengembangan
sistem pembelajaran berarti suatu proses secara sistematis dan logis untuk
mempelajari problem-problem pembelajaran agar mendapat pemecahan yang teruji validitasnya,
dan praktis bisa dilaksanakan.
Istilah yang berhubungan dengan
pengembangan pembelajaran ialah sistem instruksional dan desain instruksional.
Menurut Baker, sistem instruksional adalah semua materi (konsep) pembelajaran
dan metode yang telah di uji dalam praktek yang dipersiapkan untuk mencapai
tujuan dalam keadaan yang sebenarnya. Adapun yang dimaksud dengan desain instruksional
adalah keseluruhan proses analisis kebutuhan dan tujuan serta pengembangan
teknik mengajar dan materi pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Dalam kegiatan ini termasuk pengembangan paket pembelajaran, kegiatan mengajar,
uji coba, revisi, dan kegiatan evaluasi hasil belajar. [3]
B.
Konsepsi Dasar Pengembangan Sistem Instruksional
Model ialah sebagai
kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam melakukan
sebuah kegiatan. Pengembangan sistem instruksional ialah proses menciptakan
situasi dan kondisi tertentu yang memungkinkan siswa berinteraksi sehingga
terjadi perubahan perilaku, pengembangan sistem ini memerlukan pemantauan
interaksi siswa. Pengembangan senantiasa didasarkan pada pengalaman. Pengamatan
yang sesama dan percobaan yang terkendali. Sedangkan menurut Twelker,
Pengembangan instruksional ialah cara yang sistematis dalam mengidentifikasi,
mengembangakan dan mengevaluasi seperangkat materi dan strategi yang diarahkan
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Ada dua proses pengembangan, pertama
ialah pendekatan secara empiris yang menggunakan dasar-dasar teori, bahan
pengajaran disusun berdasarkan pengalaman pengembang. Pendekatan kedua ialah
dengan pendekatan model. Dalam penyusunan rancangan pengajaran ada
langkah-langkah secara sistem : cara mencapainya dipilihkan cara-cara tertentu,
kondisi tertentu, dan perubahan tertentu.
C. Prinsip Dasar Pengembangan Sistem Instruksional
Sebagai bagian dari teknologi
pendidikan, pengembangan sistem instruksional tentunya mempunyai prinsip dasar
yang sama dengan teknologi pendidikan, yakni: berfokus pada siswa, menggunakan
pendekatan sistem, dan berupaya memaksimalkan penggunaan berbagai sumber
belajar.
1.
Berfokus pada siswa
Prinsip ini memandang bahwa, dalam rangka penerapan
pengembangan sistem instruksional, siswa adalah sentral kegiatan pembelajaran.
Prinsip ini juga memandang bahwa dalam setiap proses pembelajaran, siswa
hendaknya bertindak sebagai pihak yang aktif dan dibuat aktif. Tetapi hal ini
bukan berarti bahwa guru adalah pihak yang pasif. Keduanya harus bertindak
aktif.
2.
Pendekatan sistem
Prinsip ini memandang bahwa masalah belajar adalah
suatu sistem. Maksudnya, penanganan terhadap satu komponen pembelajaran dalam
rangka pelaksanaan pengembangan sistem instruksional harus pula
mempertimbangkan integrasi komponen yang lain sehingga diperoleh efek yang
sinergistik untuk memecahkan masalah-masalah belajar.
3.
Pemanfaatan sumber belajar secara
maksimal
Prinsip ini memandang bahwa semua komponen sumber
belajar baik pesan, orang, bahan, peralatan, teknik, dan latar harus
dimanfaatkan secara luas dan maksimal dalam rangka memecahkan masalah-masalah
belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.[4]
D.
Model-Model Pengembangan Sistem Instruksional
Dalam
pengembangan sistem instruksional dikenal empat macam model pengembangan
perangkat yaitu model PPSI, model Dick-Carey, model Four-D dan model Gerlach
dan Ely.
1.
Model
Pengembangan PPSI
PPSI
sebagai salah satu model pengembangan instruksional yang digunakan sebagai
metode penyampaian instruksional dalam kurikulum 1975 untuk SD, SMP dan SMU
serta kurikulum 1975 untuk sekolah kejuruan, adalah dalam rangka mengadakan
pembaruan pendidikan.
PPSI
merupakan singkatan dari “Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional”. Istilah
sistem instruksional mengandung pengertian bahwa PPSI menggunakan pendekatan
sistem dimana pengajaran adalah suatu kesatuan yang terorganisasi, yang terdiri
dari seperangkat komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama satu sama
lain secara fungsional dan terpadu dalam rangka mencapai tujuan. Karena PPSI
ini menggunakan pendekatan sistem, maka PPSI juga dapat disebut menggunakan
pendekatan yang berorientasi pada tujuan. Dengan demikian, PPSI adalah suatu
langkah-langkah pengembangan dan pelaksanaan pengajaran sebagai suatu sistem
dalam rangka untuk mencapai tujuan yang diharapkan secara efektif dan efisien. [5]
Model pengembangan PPSI
ini memiliki 5 langkah pokok, yaitu:
a. Tahap
1 : Merumuskan tujuan instruksional khusus (TIK)
Tujuan instruksional khusus adalah
rumusan yang jelas tentang kemampuan yang diharapkan dimiliki oleh peserta
didik setelah selesai mengikuti suatu program pengajaran tertentu. Kriteria
perumusan TIK:
1) Menggunakan
istilah yang operasional
2) Berbentuk
hasil belajar
3) Berbentuk
tingkah laku yang dapat diamati dan diukur
4) Dalam
satu TIK hanya membuat satu perubahan tingkah laku
b. Tahap
2 : Pengembangan alat evaluasi
Evaluasi ini dikembangkan dari TIK
yang telah dirumuskan. Fungsi dari evaluasi ini adalah untuk menilai sampai
dimana peserta didik telah mencapai TIK yang dirumuskan. Pengembangan alat
evaluasi ini diletakan ditahap kedua dengan alasan, a) penilaian terhadap
sistem instruksional didasarkan pada hasil yang dicapai, b) untuk mengecek TIK
dapat diukur atau tidak dalam rangka perbaikan. Kegiatan yang dilakukan pada
tahap pengembangan alat evaluasi ini adalah:
1) Menentukan
jenis tes yang digunakan untuk mengukur tercapai tidaknya TIK, jenis tes ini
dapat berupa tes tetulis, tes lisan, atau tes perbuatan.
2) Menyusun
butir tes (item soal) untuk menilai masing-masing TIK, bentuk item soal ini
bisa berupa esay, pilihan ganda, benar salah, menjodohkan, isian, dan jawaban
singkat.
c. Tahap
3 : Menetapkan kegiatan belajar dan materi pelajaran
Kegiatan belajar adalah kegiatan
yang harus dilakukan oleh peserta didik sehubungan dengan kemampuan yang
diharapkan atas dirinya. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:
1) Merumuskan
semua kegiatan belajar untuk mencapai TIK
2) Menetapkan
kegiatan belajar yang tidak perlu ditempuh
3) Menerapkan
kegiatan belajar yang perlu ditempuh
4) Menetapkan
materi pelajaran
d. Tahap
4 : Merencanakan program kegiatan
Setelah semua kegiatan dalam tahap
1 sampai 3 selesai, maka perlu dimantapkan dalam satu program pengajaran.
Dalam tahap keempat ini , kegiatan
yang perlu ditempuh adalah :
1) Menerapkan
strategi belajar mengajar, termasuk metode yang digunakan
2) Memilih
alat pelajaran dan sumber bahan atau media yang akan digunakan
3) Menyusun
jadwal penyajian[6]
e. Tahap
5 : Melaksanakan program
Kegiatan yang harus ditempuh antara
lain:
1) Menyelenggarakan
pre test
Pre tes ini untuk mengetahui
seberapa jauh kemampuan yang telah dikuasai oleh peserta didik berkaitan dengan
TIK yang diajukan, dalam rangka untuk memberi keputusan TIK yang harus dicapai.
2) Menyajikan
materi pelajaran
Dalam meyajikan materi pelajaran
ini guru harus konsisten dengan TIK dan model satuan pelajaran baik mengenai
materi, metode, alat, dan sumber, serta evaluasi.
3) Menyelenggarakan
pos tes
Pos tes ini untuk menilai tingkat
kemampuan peserta didik mengikuti pelajaran
4) Melakukan
revisi
Revisi ini untuk menyempurnakan
proses dan hasil pengajaran. Revisi ini mencakup segala komponen sistem dari
tahap 1 sampai 5 ini.[7]
2.
Model
Pengembangan Pembelajaran Menurut Dick dan Carey
Perancangan
pengajaran menurut sistem pendekatan model Dick & Carey, yang dikembangkan
oleh Water Dick & Lou Carey (1990). Menurut pendekatan ini terdapat
beberapa komponen yang akan dilewati di dalam proses pengembangan dan
perancangan, di antaranya adalah:
a. Indentifikasi
tujuan pengajaran (identity instructional goals)
Definisi
tujuan pengajaran mungkin mengacu pada kurikulum tertentu atau mungkin juga
berasal dari daftar tujuan sebagai hasil need
assessment, atau dari pengalaman
praktik dengan kesulitan belajar siswa di dalam kelas.
b. Melakukan
analisis instruksional (conducting a goal analysis)
Setelah
mengidentifikasi tujuan pembelajaran, maka akan ditentukan apa tipe belajar
yang dibutuhkan siswa. Analisis ini akan menghasilkan cara atau diagram tentang
keterampilan-keterampilan atau konsep dan menunjukkan keterkaitan antara
keterampilan atau konsep tersebut. [8]
c. Mengidentifikasi
tingkah laku awal/karakteristik siswa (identity entry behaviors,
characteristics)
Ketika melakukan analisis terhadap
keterampilan-keterampilan apa yang telah dimiliki siswa saat mengikuti pengajaran,
yang penting untuk diidentifikasi juga
adalah karakteristik khusus siswa yang mungkin ada hubungannya dengan rancangan
aktivitas-aktivitas pengajaran.
d. Merumuskan
tujuan kinerja (write perfomance objectives)
Berdasarkan
anlisis instruksional dan pernyataan tingkah laku awal siswa, selanjutnya akan dirumuskan
pernyataan khusus tentang apa yang harus dilakukan siswa setelah menyelsaikan
pembelajaran.
e. Pengembangan
tes acuan patokan (develop criterian-reference test items)
Berdasarkan
pada tujuan yang telah dirumuskan, maka dilakukan pengembangan butir asesmen
untuk mengukur kemampuan siswa seperti yang diperkirakan dalam tujuan.
f. Pengembangan
strategi pengajaran (develop instructional strategy)
Strategi
akan meliputi aktivitas pre instruksional, penyampaian informasi, praktik dan
balikan, tesing yang dilakukan lewat aktivitas.[9]
g. Pengembangan
atau memilih pengajaran (develop and select instructional materials)
Tahap ini digunakan strategi
pengajaran untuk menghasilkan pengjaran yang meliputi petunjuk untuk siswa,
bahan pelajaran, tes dan panduan guru.
h. Merancang
dan melaksanakan evaluasi formatif (design and conduct formative evaluation)
Evaluasi
dilakukan untuk mengumpulkan data yang digunakan untuk mengidentifikasikan
bagaimana mengumpulkan pengajaran.
i.
Menulis
perangkat (design and conduct summative evaluation)
Hasil-hasil
pada tahap di atas dijadikan dasar untuk menulis perangkat yang dibutuhkan.
Hasil perangkat selanjutnya divalidasi dan diuji cobakan di kelas atau diimplementasikan
di kelas.
j.
Revisi
pengajaran
Tahap
ini mengulangi siklus pengembangan perangkat pengajaran. Data dari evaluasi
sumatif yang telah dilakukan tahap sebelumnya diringkas dan dianalisis serta
diinterpetasikan untuk diidentifikasi kesulitan yang dialami oleh siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran. Begitu pula masukan dari hasil implementasi dari
pakar/validator.[10]
3. Pengembangan
Perangkat Pembelajaran Model 4-D
Model
pengembangan perangkat seperti yang disarankan oleh Thiagarajan, Semmel, dan
Semmel (1974) adalah model 4-D. Medel ini terdiri dari 4 tahap pengembangan,
yaitu Define, Design, Develop, dan Dessiminate atau diadaptasikan
menjadi model 4-P, yaitu Pendefinisian, perancangan, pengembangan, dan
penyebaran.
a. Tahap
Pendefinisian (define)
Tujuan
tahap ini adalah menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pembelajaran.
Tahap ini meliputi 5 langkah pokok, yaitu analisis ujung depan, analisis siswa,
analisis tugas, analisis konsep, dan perumusan tujuan pembelajaran.
1) Analisis
Ujung Depan
Dalam
melakukan analisis ujung depan perlu mempertimbangkan beberapa hal sebagai
alternatif pengembangan perangkat pembelajaran, teori belajar, tantangan, dan
tuntutan masa depan. Analisis ujung depan diawali dari pengetahuan, keterampilan
dan sikap awal yang dimiliki siswa untuk mencapai tujuan akhir yaitu tujuan
yang tercantum dalam kurikulum.
2) Analisis
Tugas
Analisis
tugas adalah kumpulan prosedur untuk menentukan isi dalam satuan pembelajaran.
Analisis tugas dilakukan untuk merinci isi materi ajar dalam bentuk garis
besar. Analisis ini mencakup struktur isi, prosedural, proses prosedural,
proses informasi, konsep, dan perumusan tujuan.
b. Tahap
Perancangan (Design)
Tujuan
tahap ini adalah untuk menyiapkan prototipe perangkat pembelajaran. Tahap ini
terdiri dari tes acuan yang
menghubungkan antara tahap define dan design, lalu pemilihan media yang sesuai
tujuan, dan pemilihan format untuk mengkaji format-format yang sudah ada.
c. Tahap
Pengembangan (Develop)
Tahap
ini meliputi validasi perangkat oleh pakar diikuti dengan revisi, simulasi
(kegiatan mengoprasionalkan rencana pelajaran), dan uji coba terbatas dengan
siswa yang sesungguhnya.
d. Tahap
pendiseminasian (desseminate)
Tahap
ini merupakan tahap penggunaan perangkat yang telah dikembangkan pada skala
yang lebih luas misalnya di kelas lain, di sekolah lain, oleh guru yang lain.
Tujuannya adalah untuk menguji efektivitas penggunaan perangkat di dalam KBM.[11]
4.
Pengembangan
Model Pembelajaran Gerlach dan Ely
Gerlach dan Ely
mendesain sebuah model pembelajaran yang cocok digunakan untuk segala galangan
termasuk untuk perguruan tingkat tinggi, karena di dalamnya terdapat penentuan
strategi yang cocok digunakan oleh peserta didik dalam menerima materi yang
disampaikan. [12]
Komponen-komponen model pembelajarannya di antaranya adalah
a.
Merumuskan
tujuan pembelajaran
Tujuan yang dirumuskan harus bersifat jelas (tidak abstrak dan
tidak terlalu luas) dan operasioonal agar mudah diukur dan dinilai.
b.
Menentukan
isi materi
Isi materi pada dasarnya adalah isi/konten dari kurikulum yakni
berupa pengalaman belajar dalam bentuk topik/subtopik dan rincian. Isi materi
berbeda-beda menurut bidang studi, sekolah, tingkatan dan kelasnya. Oleh
karena, isi materi harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, maka isi materi
pun hendaknya dipilih pokok bahasan yang lebih spesifik.
c.
Penilaian
kemampuan awal
Pengetahuan tentang kemampuan awal siswa ini penting bagi guru agar
dapat memberikan porsi pelajaran yang tepat, yakni tidak terlau sukar dan tidak
juga terlalu mudah.
d.
Menentukan
strategi
Strategi pembelajaran merupakan pendekatan yang dipakai pengajar
dalam memanipulasi informasi, memilih sumber-sumber dan menentukan tugas.
Peranan siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
e.
Pengelompokkan
belajar
Pendekatan menghendaki kegiatan belajar secara mandiri dan bebas
(independent study) memerlukan pengorganisasian yang berbeda dengan pendekatan
yang memerlukan banyak diskusi dan partisipasi aktif siswa dalam ruangan baik
itu ruangan kecil maupun luas.
f.
Pembagian
waktu
Rencana penggunaan waktu akan berbeda berdasarkan pokok
permasalahan, tujuan-tujuan yang dirumuskan, ruangan yang tersedia, pola-pola
administrasi, dan minat-minat para siswa.
g.
Menentukan
ruangan
Alokasi ruang ditentukan dengan menjawab apakah tujuan belajar
dapat dipakai secara efektif dengan belajar secara mandiri dan bebas,
berinteraksi antarsiswa atau mendengarkan penjelasan dan bertatap muka dengan
pengajar.[13]
h.
Memilih
media
Gerlach dan Ely membagi
media sebagai sumber belajar ini ke dalam lima kategori, yaitu:
1)
Manusia
dan benda nyata
2)
Media
visual proyeksi
3)
Media
audio
4)
Media
cetak
5)
Media
display.
i.
Evaluasi
hasil belajar
Yang dievaluasi dalam proses belajar mengajar sebenarnya bukan
hanya siswa, tetapi justru sistem pengajarannya.
j.
Menganalisis
umpan balik
Data umpan balik yang diperoleh dari evaluasi, tes, observasi
maupun tanggapan-tanggapan tentang usaha-usaha instruksional ini menentukan
apakah sistem, metode maupun media yang dipakai dalam kegiatan instruksional
tersebut sudah sesuai untuk tujuan yang ingin dicapai atau masih perlu
disempurnakan.[14]
BAB
III
PENUTUP
A. Simpulan
Pengembangan
pembelajaran adalah suatu usaha yang sistematis untuk menganalisis masalah,
mengidentifikasi, memilih, merancang, dan menilai pemecahannya. Usaha tersebut
dimaksudkan untuk menghasilkan suatu desain sistem pembelajaran yang komplit,
terarah, dan terkontrol untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.[15] Pengembangan intruksional mengandung tiga pokok :
1. Kegiatan penentuan masalah dan perorganisasian masalah untuk memecahkan
masalah, meliputi kegiatan: anlisa kebutuhan mahasiswa, identifikasi
karakteristik mahasiswa.
2. Kegiatan analisis dan pengembangan pemecahan masalah, meliputi kegiatan :
perumusan tujuan intruksional, analisi tugas dan jenjang belajar, strategi
intruksional, pemilian media, dan pengembangan prototip.
3.
Kegiatan evaluasi
pemecahan masalah, meliputi kegiatan : uji coba, review, dan revisi, implementasi, serta evalusi.
B.
Saran
Demikianlah tugas penyusunan makalah ini kami persembahkan. Tulisan
ini dibuat sebagai wadah untuk menambah wawasan tentang konsepsi dan model-model dalam pengembangan
sistem pembelajaran. Tulisan ini diharapkan menjadi salah satu yang dapat
membantu untuk menanamkan pemahaman tentang tentang media dan teknologi pendidikan.
Kritik dan saran sangat kami harapkan dari para pembaca, khususnya
dari dosen mata kuliah yang telah membimbing kami dan para mahasiswa demi
kesempurnaan makalah ini. Apabila ada kekurangan dalam penyusunan makalah ini,
kami mohon maaf.
DAFTAR PUSTAKA
Harjanto. 1997.
Perencanaan Pengajaran, Jakarta: PT Rineka Cipta.
Husein, Akhlan dan
Rahman. 1997. Perencanaan Pengajaran Bahasa. Jakarta: Depdiknas.
Rusman. 2010. Model-Model
Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada.
Sadiman 1986. Media
pendidikan. Jakarta: Pustekkom Dikbud.
Trianto. 2014. Model
Pembelajaran Terpadu, Jakarta: PT Bumi Aksara.
Nur Fuji. Pengembangan
Sistem Intruksional. Di Akses http://fuzie14.blogspot.co.id/2014/12/makalah-pengembangan-sistem.html.
Zulfi
Abdussalam. Model Pengembangan Intruksional. Akses Di Http://Uekky.Blogspot.Co.Id/2012/11/V-Behaviorurldefaultvmlo_11.Html
[1] Zulfi
Abdussalam. Model Pengembangan Intruksional. Akses Di Http://Uekky.Blogspot.Co.Id/2012/11/V-Behaviorurldefaultvmlo_11.Html Pada 23
Oktober 2017, Pukul 22:41
[2] Sadiman. Media
pendidikan. Jakarta: Pustekkom Dikbud. 1986. h. 13
[3] Akhlan Husein
& Rahman. Perencanaan Pengajaran Bahasa. (Jakarta: Depdiknas 1997).
h. 28
[4] Nur Fuji. Pengembangan
Sistem Intruksional. Di Akses http://fuzie14.blogspot.co.id/2014/12/makalah-pengembangan-sistem.html . Pada Rabu 24
Oktober 2017, Pukul 00:16
[5] Harjanto, Perencanaan
Pengajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta 1997) h. 51.
[6] Ibid.,
h. 52
[7] Ibid., h.53-54
[8] Trianto, Model
Pembelajaran Terpadu, (Jakarta: PT Bumi Aksara 2014) h. 81-83
[9] Ibid., h.
89-92
[10] Ibid.,
[11] Ibid.,
h. 93-96
[12] Rusman. Model-Model
Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. (Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada, 2010) h. 156
[13] Ibid.,
h.157-160
[14] Ibid., h.
161-162
[15] Sadiman. Media
pendidikan., h. 12
Komentar
Posting Komentar