MATERI PAI KELAS IX SEMESTER GENAP


TUGAS TERSTRUKTUR

DOSEN PENGAMPU
Materi PAI SMP Dan SMA/SMK


Nur Qamariah M, Pd, I
Oleh:
Faizatul Munawwarah                     [1501210265]
Musa Soyandi                                    [1501211452]
Yusron Prayogi                                 [1501211462]

Institut Agama Islam Negeri Antasari Banjarmasin
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Pendidikan Agama Islam
Banjarmasin
2017



KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunianya kepada kita semua, sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang Alhamdulillah tepat pada waktunya. Tanpa pertolongan-nya mungkin kami tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.
Sholawat serta salam tak lupa kita haturkan kepada junjungan kita baginda besar Nabi Muhammad SAW. karena beliaulah yang membawa umatnya dari zaman kegelapan menuju zaman terang benderang yang di terangi oleh iman, islam dan ikhsan.
Dalam penyelesaian makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan, terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan . karena itu sudah sepantasnya jika kami mengucapkan terima kasih kepada :
1.      Ibu Nur Qamariah M, Pd, I selaku dosen pengampu mata kuliah Materi PAI SMP dan SMA yang mana telah membimbing kami dalam proses perkuliahan.
2.      Orang tua kami yang tak henti-hentinya memberikan motivasi dan dorongan serta bantuan baik dari segi materi, maupun moral.
Kami sadar, sebagai seorang mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran, dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya, kami sangat mengharapakan kritik dan saran, guna untuk penulisan makalah yang lebih baik lagi dimasa yang akan datang, semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita Amin.
            Banjarmasin, 19 Maret , 2017


       Kelompok 6



DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................                   i
DAFTAR ISI..........................................................................................                  ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar belakang  ...........................................................................                  1           
B.     Rumusan maslah  ........................................................................                  2
C.     Tujuan masalah............................................................................                  2
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian agama........................................................................                  3
B.     Pengertian manusia......................................................................                  4
C.     Hubungan manusia dan agama....................................................                  4
BAB III PENUTUP
Kesimpulan .................................................................................                12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................                13
           






BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Datang para pedagang yang berasal dari Timur Tengah ke Nusantara sangat memberikan pengaruh. Mereka tidak hanya membeli dan menjajakan barang dagangan, tetapi ada juga yang berupaya menyebarkan agama Islam. Dengan demikian, agama Islam telah ada di Indonesia ini bersamaan dengan kehadiran para pedagang Arab tersebut. Meskipun belum tersebar secara intensif ke seluruh wilayah Indonesia.
Dalam struktur ajaran Islam, pendidikan akhlak adalah yang terpenting. Penguatan akidah adalah dasar. Sementara, ibadah adalah sarana, sedangkan tujuan akhirnya adalah pengembangan akhlak mulia.Dengan kata lain, hanya akhlak mulia yang dipenuhi dengan sifat kasih sayang sajalah yang bisa menjadi bukti kekuatan akidah dan kebaikan ibadah. Sejalan dengan itu, Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti diorientasikan pada pembentukan akhlak yang mulia, penuh kasih sayang, kepada segenap unsur alam semesta.
Hal tersebut selaras dengan Kurikulum sekarang yang dirancang untuk mengembangkan kompetensi yang utuh antara pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Selain itu, peserta didik tidak hanya diharapkan bertambah pengetahuan dan wawasannya, tapi juga meningkat kecakapan dan keterampilannya serta semakin mulia karakter dan kepribadiannya atau yang berbudi pekerti luhur.




B.     Rumusan Masalah
1.      Apa makna yang terkandung dalam Qur’an surah At-Tiin?
2.      Apa saja hadits tentang menuntut ilmu?
3.      Apa Pengertian hari akhir?
4.      Apa pengertian tasamuh dan qanaah?
5.      Apa pengertian haji dan umrah?
6.      Bagaimana pelaksanaan haji dan umrah?
7.      Kapan masuknya islam ke Nusantara?
8.      Bagaimana pengembangan Islam di Nusantara?
9.      Apa saja kerajaan Islam di Nusantara?
C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui makna yang terkandung dalam Qur’an surah At-Tin
2.      Untuk mengetahui hadits tentang menuntut ilmu
3.      Untuk mengetahui pengertian hari akhir
4.      Untuk mengetahui pengertian tasamuh dan qanaah
5.      Untuk mengetahui pengertian haji dan umrah
6.      Untuk mengetahui pelaksanaan haji dan umrah
7.      Untuk mengetahui masuknya islam ke Nusantara
8.      Untuk mengetahui pengembangan Islam di Nusantara
9.      Untuk mengetahui kerajaan Islam di Nusantara





BAB II
PEMBAHASAN
A.    Al-Quran Surah At-Tin:

وَالتِّينِ وَالزَّيْتُونِ ﴿١﴾ وَطُورِ سِينِينَ ﴿٢﴾ وَهَـٰذَا الْبَلَدِ الْأَمِينِ ﴿٣﴾ لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ ﴿٤﴾ ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ ﴿٥﴾ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ ﴿٦﴾ فَمَا يُكَذِّبُكَ بَعْدُ بِالدِّينِ ﴿٧﴾ أَلَيْسَ اللَّـهُ بِأَحْكَمِ الْحَاكِمِينَ ﴿٨
Artinya:
1.      Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun.
2.      Demi gunung Sinai,
3.      Dan demi negeri (Mekah) yang aman ini.
4.      Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya,
5.      kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya,
6.      kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan; maka mereka akan mendapat pahala yang tidak ada putus-putusnya.
7.      Maka apa yang menyebabkan (mereka) mendustakanmu (tentang) hari pembalasan setelah (adanya keteranganketerangan) itu?
8.      Bukankah Allah hakim yang paling adil?
B.     Makna Surah At-Tin
Setelah kalian mengetahui arti Q.S. at-Tin, menurut pendapatmu apa makna yang terkandung di dalam Surah tersebut? Makna yang dapat diambil dari Q.S. at Tin antara lain:
1.      Manusia merupakan makhluk terbaik yang dijadikan oleh Allah swt., baik jasmaniah maupun rohaniah.
2.      Jika manusia tidak beriman dan beramal saleh, maka manusia menjadi makhluk yang amat rendah.
3.      Manusia yang beriman dan beramal saleh akan mendapatpahala yang tiada putus-putusnya yaitu surga.
4.      Allah swt. merupakan hakim yang seadil-adilnya.[1]
Dalam surat ini, untuk menegaskan bahwa manusia diciptakan dalam bentuk yang terbaik,Allah SWT., bersumpah dengan beberapa kata. Pada ayat pertama, Allah bersumpah dengan kata lat-Tłnl dan 'al-Zaitunî. Selain mengandung makna buah, para ułama berbeda pendapat tentang makna dua kata tersebut. Sebagian mereka berpendapat bahwa tat-Tłnt berarti sebuah Masjid yang teletak di Damaskus (Maroko sekarang), sebagian lagi berpendapat bahwa at-Tin berarti Masjid Ashab al-Kahfi, dan yang lainnya mengatakan lat-TinI berarti Mesjid Nabi Nuh a.s. Demikian pula kata al-Zaitun, para ułama berbeda pendapat tentang maknanya. Sebagian mereka mengatakan 'al-Zaitunl adalah Bait al-Maqdis (Masjid al-Aqsha) di Yerusalem. Ayat kedua, Allah juga bersumpah dengan kata 'Thurisina yang mengandung makna bukit Thursina/Sinai, yaitu tempat berdialognya Nabi Musa a.s. dengan Allah SWT. Dan pada ayat ketiga, Allah memakai kata al-Balad al-Amin yang artinya kota Mekah yang aman.
Berangkat dari pendapat-pendapat di atas sebagian ułama menyimpulkan bahwa pada masing-masing tempat tersebut Allah mengutus nabi dan rasul yang termasuk golongan Ulul Azmi. at-Tin dan al-Zaitun adalah Bait al-Maqdis atau Masjid al-Aqsha, tempat dimana Allah mengutus Nabi Isa a.s., 'Thurisina yaitu bukit Tursina, tempat dimana Nabi Musa a.s., berdialog dengan Allah, dan al-Balad al-Aminl yaitu kota Mekah, tempat dimana Nabi Muhammad SAW diutus. Dan dengan keistimewaan tempat tempat tersebut, Allah menggunakannya dalam bersumpah.
Pada Ayat keempat, setelah bersumpah Allah SWT menegaskan bahwa la telah menciptakan manusia dalam bentuk atau performance yang terbaik, baik dari aspek rohani maupun aspek jasmani. Pada aspek rohani, manusia dianugerahkan jiwa dan akal untuk berfikir tentang tanda-tanda kekuasaanNya.[2]
Anugerah akal tidak diberikan oleh Allah kepada makhlukNya yang lain seperti binatang dan tumbuh-tumbuhan. Sedangkan aspek jasmani, manusia diberikan susunan anatomi yang paling indah dan proporsional, mulai dari ujung rambut sampai telapak kaki. Namun apabila manusia tidak mentaati perintah Allah dan RasulNya, maka keistimewaan yang telah dianugerahkannya tidak akan membawa kemuliaan dan kebahagiaan baginya, bahkan akan dikembalikan ke tempat yang paling rendah, yaitu neraka, sebagaimana dijelaskan pada ayat kelima.
Selanjutnya pada ayat keenam dijelaskan bahwa untuk dapat selamat dari api neraka dan tetap bedahan sebagai makhluk Allah yang paling istimewa, manusia harus beriman dan beramal shaleh (berbuat kebaikan kepada sesama), dan merekalah orang-orang yang akan mendapatkan pahala (balasan) yang terus-menerus.
Pada ayat ketujuh, Allah mempertanyakan bahwa apa yang menyebabkan manusia mendustakan dan tidak beriman terhadap pembalasan (perbuatan baik dan buruk) di hari akhir? Sementara ia mengetahuinya setelah Allah memberikan peringatanıringatan (ajaran agama). Dan pada ayat kedelapan Allah menegaskan bahwa la adalah seadil-adil Hakim yang memberikan ganjaran (surga atau neraka) sesuai dengan amal perbuatan manusia itu sendiri.[3]
C.    Kewajiban menuntut ilmu
Agama Islam mewajibkan umatnya menuntut ilmu. Banyak hadis yang berisikan kewajiban menuntut ilmu. Hadis tersebut antara lain sebagai berikut.
حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ سُلَيْمَانَ حَدَّثَنَا كَثِيرُ بْنُ شِنْظِيرٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سِيرِينَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَوَاضِعُ الْعِلْمِ عِنْدَ غَيْرِ أَهْلِهِ كَمُقَلِّدِ الْخَنَازِيرِ الْجَوْهَرَ وَاللُّؤْلُؤَ وَالذَّهَبَ
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Ammar berkata, telah menceritakan kepada kami Hafsh bin Sulaiman berkata, telah menceritakan kepada kami Katsir bin Syinzhir dari Muhammad bin Sirin dari Anas bin Malik ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim. Dan orang yang meletakkan ilmu bukan pada pada ahlinya, seperti seorang yang mengalungkan mutiara, intan dan emas ke leher babi." (IBNUMAJAH - 220)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَاللَّهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
Artinya: “Dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda: 'Barang siapa membebaskan seorang mukmin dari suatu kesulitan dunia, maka Allah akan membebaskannya dari suatu kesulitan pada hari kiamat. Barang siapa memberi kemudahan kepada orang yang berada dalam kesulitan, maka Allah akan memberikan kemudahan di dunia dan akhirat. Barang siapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan selalu menolong hamba-Nya selama hamba tersebut menolong saudaranya sesama muslim. Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan jalan ke surga baginya.” (MUSLIM: 4867)
حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ قَالَ حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ يَزِيدَ الْعَتَكِيُّ عَنْ أَبِي جَعْفَرٍ الرَّازِيِّ عَنْ الرَّبِيعِ بْنِ أَنَسٍ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ خَرَجَ فِي طَلَبِ الْعِلْمِ كَانَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ حَتَّى يَرْجِعَ
Artinya: “Telah bercerita kepada kami Nahsr bin Ali dia berkata, telah bercerita kepada kami Khalid bin Yazid Al Ataki dari Abu Ja'far Ar Razi dari Ar Rabi' bin Anas dari Anas bin Malik dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa keluar dalam rangka menuntut ilmu maka dia berada di jalan Allah sampai dia kembali." (TIRMIDZI: 2571)[4]
Ilmu laksana pelita yang menerangi setiap kegelapan. Manusia tidak akan mampu melakukan apa pun tanpa memiliki ilmu atau mengetahui apa yang ia kerjakan. la hanya bisa meraba-raba dan menerka-nerka seperti orang yang berada dalam gelap gulita. Ilmu adalah penuntun manusia dalam mengarungi kehidupan ini. Dalam Hadis ini dijelaskan bahwa Islam memerintahkan umatnya untuk menuntut ilmu. Dan menuntut ilmu disini mengandung makna yang sangat luas, yaitu mencari ilmu pengetahuan melalui proses belajar, baik secara mandiri atau otodidak maupun melalui bimbingan seorang guru. Belajar secara mandiri dapat dilakukan dengan membaca, mengamati dan mempelajari suatu ilmu tanpa bantuan seorang guru atau pengajar. Sedangkan belajar di bawah bimbingan guru, yaitu mempelajari suatu ilmu dengan bantuan orang yang ahli di bidangnya, seperti yang kita temukan di sekolah, di kampus, dan lembaga-lembaga pendidikan Iainnya.
Mengingat pentingnya ilmu pengetahuan, Islam memberikan apresiasi yang tinggi bagi orang Yang menuntuti lmu. Dalam Hadis di atas, setelah mewajibkan untuk menuntut ilmu, Rasulullah saw, mengabarkan berita gembira sebagai sebuah apresiasi atau penghargaan bagi penuntut ilmu bahwa semua (makhluk) bahkan sampai binatang binatang di lautan akan memohonkan ampun terhadap dosa orang-orang yang menuntut ilmu. Dalam Hadis Iain, Nabi saw menegaskan apresiasinya:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
Artinya: "Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: Barang siapa yang menempuh perjalanan dalam rangka menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan jalannya menuju surga". (H.R. Muslim)
Menuntuti lmu adalah pekerjaan yang sangat mulia di hadapan Allah SWT, karena dengan menuntut ilmu manusia dapat mengetahui segala hal termasuk mengetahui kebesaran dan kekuasaan Allah sehingga dengan begitu manusia dapat selalu dekat dengan Sang Maha Penciptanya. Oleh sebab itu, Hadis di atas menggambarkan bagaimana Allah sangat apresiatif kepada orang yang menuntut ilmu, yaitu Allah akan memudahkan jalan menuju surga baginya.[5]
Dalam Al-Qur’an, tidak sedikit ayat yang menjelaskan tentang apresiasi Allah terhadap orang yang menuntut ilmu. Pada surat al-Mujadalah, ayat 11, Allah berfirman:
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Artinya: “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”[6]
D.    Iman kepada hari akhir
Iman kepada hari akhir merupakan sesuatu yang wajib kita percayai. Hal ini sesuai dengan firman Allah swt. yang berbunyi sebagai berikut:
وَأَنَّ السَّاعَةَ آتِيَةٌ لَّا رَيْبَ فِيهَا وَأَنَّ اللَّـهَ يَبْعَثُ مَن فِي الْقُبُورِ ﴿٧

Artinya: “Dan sungguh, (hari) Kiamat itu pasti datang, tidak ada keraguan padanya; dan sungguh, Allah akan membangkitkan siapa pun yang di dalam kubur.” (Q.S. al-Hajj/22: 7)
Berdasarkan firman Allah swt. tersebut, bahwa hari kiamat pasti akan datang. Hanya waktunya kapan itu merupakan rahasia Allah dan tidak seorang pun yang mengetahuinya. Sebagaimana firman Allah swt. dalam surah al-A‘raf ayat 187:
يَسْأَلُونَكَ عَنِ السَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَاهَا ۖ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِندَ رَبِّي ۖ لَا يُجَلِّيهَا لِوَقْتِهَا إِلَّا هُوَ ۚ ثَقُلَتْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ لَا تَأْتِيكُمْ إِلَّا بَغْتَةً ۗ يَسْأَلُونَكَ كَأَنَّكَ حَفِيٌّ عَنْهَا ۖ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِندَ اللَّـهِ وَلَـٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ ﴿١٨٧

Artinya: “Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang Kiamat, “Kapan terjadi?” Katakanlah, “Sesungguhnya pengetahuan tentang Kiamat itu ada pada Tuhanku; tidak ada (seorang pun) yang dapat menjelaskan waktu terjadinya selain Dia.” (Q.S. al-A‘raf 7: 187)[7]
Peristiwa kiamat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kiamat sugra dan kiamat kubra[8]:
1.      Kiamat sugra atau kiamat kecil, yaitu peristiwa rusaknya sebagian alam seperti matinya sebagian makhluk hidup, rusaknya lingkungan alam, gunung meletus, gempa bumi, dan lain-lain.
2.      Kiamat kubra atau kiamat besar, yaitu rusaknya seluruh alam semesta beserta isinya. Pada peristiwa itu tidak ada satu makhluk pun ciptaan Allah SWT. Yang tidak rusak atau hancur. Semua binasa dan berubah menjadi alam akhirat.
Sebagaimana firman Allah swt. Dalam surah al-Haqqah ayat 13 – 15 yang berbunyi:
فَإِذَا نُفِخَ فِي الصُّورِ نَفْخَةٌ وَاحِدَةٌ ﴿13
وَحُمِلَتِ الْأَرْضُ وَالْجِبَالُ فَدُكَّتَا دَكَّةً وَاحِدَةً
﴿14
فَيَوْمَئِذٍ وَقَعَتِ الْوَاقِعَةُ
﴿15
Artinya: “Maka apabila sangkakala ditiup sekali tiup dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali benturan. Maka pada hari itu terjadilah hari Kiamat. (Q.S. al-Haqqah/69:13-15)
Setelah malaikat meniup sangkakala, semua makhluk hidup mengalami ajalnya kecuali Allah swt. yang kekal selama-lamanya.
Firman Allah swt.:
السَّمَاءُ مُنْفَطِرٌ بِهِ كَانَ وَعْدُهُ مَفْعُولا ﴿18
Artinya: “Langit terbelah pada hari itu. Janji Allah pasti terlaksana. (Q.S. al-Muzzamil/73: 18)
Dari ayat di atas diketahui bahwa langitpun mengalami pecah belah, dengan demikian seisinya pun mengalami kerusakan yang  sangat parah. Rasulullah saw. menjelaskan mengenai kejadian kiamat sebagai berikut:
أَخْبَرَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَطْوِي اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ السَّمَاوَاتِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ثُمَّ يَأْخُذُهُنَّ بِيَدِهِ الْيُمْنَى ثُمَّ يَقُولُ أَنَا الْمَلِكُ أَيْنَ الْجَبَّارُونَ أَيْنَ الْمُتَكَبِّرُونَ ثُمَّ يَطْوِي الْأَرَضِينَ بِشِمَالِهِ ثُمَّ يَقُولُ أَنَا الْمَلِكُ أَيْنَ الْجَبَّارُونَ أَيْنَ الْمُتَكَبِّرُونَ
Artinya: “Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar r.a, berkata: Rasulullah saw. bersabda bahwa pada hari kiamat Allah swt. melipat langit kemudian menggegamnya dengan tangan kanan lalu berfirman: Akulah raja! Dimanakah orang yang gagah perkasa? Di manakah orang yang menyombongkan diri? Kemudian Allah swt. melipat bumi dengan tangan kiri-Nya lalu berfirman: Akulah Raja! Di manakah orang gagah perkasa? Di manakah orang yang menyombongkan diri?” (H.R. Al-Bukhari/6863; Muslim/4995).
Dari hadits Rasulullah saw. di atas kita mengetahui betapa kecilnya manusia-manusia yang ketika di dunia mengaku perkasadan bersikap sombong akhirnya menemui siapa yang sesungguhnya perkasa dan berhak sombong yaitu Allah swt. [9]
E.     Qanaah dan Tasamuh
1.      Qanaah
a.       Pengertian qanaah
Qanaah menurut bahasa artinya merasa cukup. Sedangkan menurut istilah artinya merasa cukup atas pemberian dari Allah swt. setelah berusaha dan berdoa. Jika merasa qanaah kita akan selalu bisa mensyukuri nikmat yang diberikan oleh Allah swt. Orang yang qanaah akan dikarunai batin yang tentram dan selalu berpikir positif. Bagi mereka, ukuran kekayaan tidak ditentukan oleh seberapa banyak harta yang dipunyai. Akan tetapi lebih pada bentuk rasa bersyukur atas apapun pemberian Allah swt. Kaya harta bukan utama, tapi kaya hati adalah segalanya.
Sabda Rasulullah SAW:
حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ يَبْلُغُ بِهِ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ وَلَكِنْ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ
Artinya:: “Telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Abu Az Zinad dari Abdurrahman Al A'raj dari Abu Hurairah dan sanadnya sampai kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa Salam, beliau bersabda: "Kekayaan itu bukanlah diukur dari banyaknya harta benda akan tetapi pada hakekatnya kekayaan itu adalah kekayaan hati” (AHMAD - 7015)
Dari hadis di atas secara jelas diketahui bahwa ukuran kebahagiaan bukanlah ditentukan oleh jumlah kekayaan yang dipunyai oleh seorang manusia lebih pada kelapangan hati dan rasa syukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah swt. [10]
Sabda Rasulullah saw:
أَنَّ أَبَا سَعِيدٍ الْخُدْرِيَّ أَخْبَرَهُ : أَنَّ أُنَاسًا مِنْ الْأَنْصَارِ سَأَلُوا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمْ يَسْأَلْهُ أَحَدٌ مِنْهُمْ إِلَّا أَعْطَاهُ حَتَّى نَفِدَ مَا عِنْدَهُ فَقَالَ لَهُمْ حِينَ نَفِدَ كُلُّ شَيْءٍ أَنْفَقَ بِيَدَيْهِ مَا يَكُنْ عِنْدِي مِنْ خَيْرٍ لَا أَدَّخِرْهُ عَنْكُمْ وَإِنَّهُ مَنْ يَسْتَعِفَّ يُعِفَّهُ اللَّهُ وَمَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ اللَّهُ وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللَّهُ وَلَنْ تُعْطَوْا عَطَاءً خَيْرًا وَأَوْسَعَ مِنْ الصَّبْرِ
Artinya: “Bahwa Abu Sa'id Al Khudri telah mengabarkan kepada mereka bahwa beberapa kaum Anshar meminta (sedekah) kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, dan tidaklah salah seorang dari mereka meminta melainkan beliau akan memberinya, hingga habislah apa yang ada pada beliau. Ketika apa yang ada pada beliau telah habis (diinfaqkan), beliau bersabda kepada mereka: "Jika kami memiliki kebaikan, maka kami tidak akan menyimpannya dari kalian semua, namun barangsiapa merasa cukup maka Allah akan mencukupkan baginya, barangsiapa berusaha sabar maka Allah akan menjadikannya sabar dan barangsiapa merasa (berusaha) kaya maka Allah akan mengayakannya. Dan sungguh, tidaklah kalian diberi sesuatu yang lebik baik dan lebih lapang dari kesabaran." “(BUKHARI - 5989)[11]
b.      Contoh perilaku Qanaah
Contoh yang pas untuk menggambarkan orang yang memiliki sifat qanaah adalah pribadi Rasulullah saw. sendiri. Beliau adalah seorang utusan Allah yang bergelar Rasulullah dan Khatamun nabiyyin, sekaligus pemimpin pemerintahan dalam urusan duniawi. Namun demikian, beliau tak jarang mengalami kekurangan.[12]
Tak jarang beliau siang hari hanya menyantap sebutir atau dua butir korma, namun beliau tak pemah merasa kekurangan. Takjarang beliau memperbaiki sendiri alas kaki atau menjahit pakaiannya yang robek, padahal kalau beliau mau menggunakan pendekatan kekuasaan, beliau bisa menumpuk berapapun harta yang beliau mau, sebab beliau adalah pemimpin negara. Namun beliau tidak membutuhkan semua itu. Beliau merasa sudah cukup dengan apa yang ada di tangan beliau. Sebagian besar waktu beliau dihabiskan untuk berjuang menegakkan Islam.
Keteladanan Rasulullah saw. ini juga diikuti para sahabat, contohnyaAbu Bakar Ash-Shidiq dan Utsman bin Affan. Mereka berdua ini adalah para saudagar kaya raya. Namun hati mereka tidak dikuasai oleh harta benda yang mereka miliki. Mereka dengan ikhlas menyumbangkan sebagian besar harta yang mereka miliki untuk perjuangan Islam. Mereka merasa bahagia kalau hartanya itu bermanfaat untuk menegakkan ajaran Islam.
Keagungan pribadi Rasulullah dan para sahabat inilah yang harus kita teladani agar kita dapat memiliki sifat qanaah, karena dengan memiliki sifat qanaah, kita akan bahagia di dunia dan di akherat.[13]
c.       Membiasakan sikap qanaah.
Memang tidak mudah untuk memiliki sifat qanaah. Namun jika kita memiliki kemauan untuk membiasakan diri, maka kitapun akan mampu menjadikan sifat ini menjadi kebiasaan dalam kehidupan kita sehari-hari . Biasakanlah jika kamu mendapatkan kenikmatan, kamu mensyukurinya. Kalau suatu ketika kamu menginginkan sesuatu, yang kamu dapatkan tidak sesuai yang kamu inginkan, terimalah dengan lapang dada dan penuh keikhlasan serta rasa syukur yang mendalam. Lebih rincinya membiasakan sikap qanaah dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1)      Merasa cukup berapapun rezeki yang didapatkan dari Allah SWT.
2)      Senantiasa berpikir positif, berapapun rezeki yang dia dapatkan, itulah yang terbaik baginya, karena harta yang melimpah belum tentu mendatangkan kebaikan baginya, sebaliknya, harta yang pas-pasan kadang justru yang terbaik baginya
3)      Tidak pernah frustasi untuk selalu ikhtiar guna mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
4)      Menerima dengan ikhlas semua ujian yang diberikan Allah SWT.
5)      Tidak membelanjakan dengan boros uang yang ia miliki.[14]
2.      Tasamuh
1)      Pengertian tasamuh
Tasamuh menurut artinya adalah tenggang rasa. Sedangkan menurut istilah artinya adalah saling menghormati dan meng-hargai antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya. Manusia tidak bisa hidup sendiri. Dalam segala bentuknya, manusia selalu membutuhkan keberadaan manusia lain untuk memenuhi keperluan hidupnya.
Dalam kehidupan sehari-hari, baik atau tidaknya kualitas hidup kita sangat ditentukan oleh diri kita sendiri. Apabila kita selalu berperilaku terpuji, maka akan terpancar kualitas yang baik dari diri kita. Demikian juga sebaliknya, apabila kita hanya berbuat kejahatan, maka kita pun akan dikenal sebagai orang yang tidak baik.
Ketika bergaul dengan orang lain, dapat timbul permasalahan dalam segala bentuknya. Sifat orang yang berbeda-beda dapat menimbulkan benturan-benturan kepentingan. Akibatnya, bisa mengganggu hubungan kita dengan orang lain.
Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman yang lebih besar, sifat tasamuh atau tenggang rasa sangat diperlukan. Apabila kita mempunyai sifat tenggang rasa, maka kita tidak akan mengedepankan emosi dalam menyelesaikan persoalan. Orang dengan sifat tasamuh akan mempunyai hati yang lembut dan penuh pengertian. Rasulullah saw. bersabda:
حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ يَحْيَى قَالَ قَرَأْتُ عَلَى مَالِكٍ عَنْ ابْنِ شِهَابِ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَبَاغَضُوا وَلَا تَحَاسَدُوا وَلَا تَدَابَرُوا وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانً
Artinya: "Telah menceritakan kepadaku Yahya bin Yahya berkata; 'Aku membaca Hadits Malik dari Ibnu Syihab dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Janganlah saling memarahi, saling mendengki, saling membelakangi, tetapi jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara.” (MUSLIM - 4641)
Dalam hadis tersebut Rasulullah saw. menyerukan tentang pentingnya hidup berdampingan secara rukun layaknya saudara. Dengan bersikap tasamuh maka kita akan mempunyai teman dan saudara yang banyak. Karena orang dengan jiwa tasamuh akan senantiasa memancarkan pesona teduh dan jauh dari kesan-kesan jahat.[15]
2)      Arti Pentingnya Tasamuh.
Sikap tasammuh atau toloransi akan bordampak positif bagi hubungan antar beragama. Sisi positifnya antara Iain:
1)      Akan terhindar dari rasa saling curiga mencurigai;
2)      Akan terhindar konflik antar umat beragama.
3)      Akan memperkuat jalinan sosial.
4)      Akan terbina perdamaian dan ketenteraman[16]
3)      Membiasakan diri Bersikap Tasamuh
Mengingat pentingnya sikap toleransi ini, kita harus membiasakan diri dengan sikap ini. Toleransi itu ada dua hal, pertama yaitu toleran dengan sesama muslim yang berbeda pendapat. Bentuk toleransi disini, kita membiasakan diri menghargai pendapat orang Iain yang berbeda dengan pendapat kita. Kita tidak perlu perang urat syaraf dengan orang yang memiliki pendapat yang kita anggap salah. Kita berdo'a kepada Allah saja mudah mudahan yang salah segera mendapat hidayah. Dengan cara seperti ini, akan dapat dihindari permusuhan dan pertikaian.
Toleransi yang kedua dengan pemeluk agama Iain. Bentuk toleransi yang perlu kita biasakan ialah kita tidak menghalang-halangi orang Iain yang ingin melaksanakan ibadah sesuai dengan agama dan keyakinannya[17]
4)      Fungsi Tasamuh
Segala sesuatu yang bersumber dari ajaran agama mengandung kebaikan atau hikmah maupun fungsi. Sabda Rasulullah saw.:

Artinya: Dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah bersabda: Siapa yang membantu menghilangkan kesulitan orang mukmin satu kesulitan di dunia, niscaya Allah akan menghilangkan kesulitan dia dari kesulitan pada hari kiamat. Dan barang siapa yang memberikan kemudahan kepada orang yang menghadapi kesulitan, Allah akan memberikan kemudahan kepadanya di dunia dan di akhirat.” (H.R. Muslim/4867)
Hadis di atas menerangkan bahwa apabila kita ingin meng-hilangkan kesulitan yang dihadapi, hendaknya kita melakukan sesuatu yang bisa menghilangkan kesulitan orang lain terlebih dahulu. Apabila ingin memudahkan semua urusan kita, maka kita harus memudahkan urusan yang dihadapi orang lain terlebih dahulu.[18]
F.     Aqiqah dan Kurban
1.      Aqiqah
a.       Pengertian aqiqah
Aqiqah adalah menyembelih kambing dan daging hasil penyembelihan itu disedekahkan kepada orang Iain sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas kelahiran seorang anak di keluarga Muslim.
Bagi seorang muslim yang baru saja melihat kelahiran anaknya, tentu merasakan sebuah kegembiraan yang tiada terhingga. Karena anak adalah mutiara yang sangat berharga. Anak adalah obat duka yang tak ada bandingannya.
Sehingga di dalam agama Islam kegembiraan tersebut perlu diwujudkan dalam bentuk sedekah untukb erbagi kebahagiaan sebagai rasa syukur kepada Sang Khaliq. Karena Dialah yang menitipkan mutiara tersebut kepada kita sebagai amanah yang harus dijaga dan dipelihara.[19]
Anak yang baru lahir tersebut sepantasnya diberi nama yang baik, karena nama yang disandangnya merupakan doa untuknya. Nama-nama yang baik tersebut antara Iain diambil dari nama - nama Nabi dan Rasul serta orang-orang saleh dengan harapan semoga anak kelak dapat mengikuti jalan hidup terpuji yang telah ditempuh oleh orang -orang saleh sebelumnya, karena kehidupan dunia ibarat mata rantai yang tiada putusnya, setelah generasi dahulu akan muncul generasi berikutnya yang akan menggantikan kedudukannya.
Di samping memberi nama yang baik, kitajuga mengungkapkan rasa syukur dengan melakukan aqiqah, dengan ketentuan, jika anak yang baru dilahirkan tersebut perempuan maka dianjurkan untuk menyembelih 1 ekor kambing, dan jika laki-laki maka kambing yang disembelih berjumlah 2 ekor.
Rasulullah SAW. bersabda :
حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ أَبِي عَرُوبَةَ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ الْحَسَنِ عَنْ سَمُرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كُلُّ غُلَامٍ مُرْتَهَنٌ بِعَقِيقَتِهِ تُذْبَحُ عَنْهُ يَوْمَ السَّابِعِ وَيُحْلَقُ رَأْسُهُ وَيُسَمَّى
Artinya : “Telah menceritakan kepada kami Sa'id bin Abu 'Arubah dari Qatadah dari Al Hasan dari Samrah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Setiap anak tergadai dengan aqiqahnya, maka hendaklah disembelihkan untuknya pada hari ketujuh (dari kelahirannya), dicukur rambutnya dan diberi nama."(IBNUMAJAH-3156)[20]
b.      Hukum aqiqah
Hukum aqiqah adalah sunnah mutakkadah bagi orangtua anak. Karena demikian kuat penganjurannya maka sebisa mungkin aqiqah dilaksanakan, kecuali jika muslim tersebut tidak mampu. Karena Allah SWT tidak mungkin membebani kepada manusia sesuatu yang tidak mampu dipikulnya.
c.       Syarat Aqiqah
Adapun syarat tersebut adalah sebagai berikut:
1)      Hewan yang disembelih adalah kambing atau domba.
2)      Hewan yang disembelih harus dalam keadaan sehat dan usianya sudah memenuhi syarat untuk aqiqah
3)      Daging hewan aqiqah lebih dianjurkan dimasak terlebih dahulu
4)      Sebagian daging hewan aqiqah disedekahkan, sebagian lagi boleh dimakan oleh keluarga yang melaksanakan aqiqah .
d.       Fungsi Aqiqah
Aqiqah memiliki fungsi sebagai berikut:
1)      Perwujudan ungkapan syukur kepada Allah SWT.
2)      Untuk mengikuti Sunnah Rasul.
3)      Memupuk rasa solidaritas sesama Muslim, dan menekan keegoan yang pada awalnya menjadj sifats eseorang .
4)      Sedekah (melalui aqiqah) merupakan sarana untuk meraih ridha Allah SWT.
5)      Melaksanakan aqiqah secara tidak langsung juga menjalin tali persaudaraan dengan tetangga terdekat, saudara dan fakir miskin.[21]
2.      Kurban
a.       Definisi Qurban
Qurban adalah menyembelih binatang ternak pada tanggal 10 Zulhijjah dengan niat mendekatkan diri kepada Allah SWT Ibadah qurban adalah salah satu dari sekian banyak ibadah yang erat kaitannya dengan sosial kemasyarakatan,k arena pelaksanaan penyembelihan binatang qurban setelah menunaikan salat Idul Adha utamanya diberikan kepada kaum dhulafa, anak yatim dan fakir miskin. Ibadah qurban merupakan cermin kepatuha hamba kepada Penciptanya.[22]
b.      Syarat Pelaksanaan Qurban.
Adapun syarat - syarat pelaksanaan qurban adalah sebagai berikut :
1)      Hewan qurban diperoleh dengan cara halal, tidak berhutang,
2)      Hewan qurban adalah binatang ternak, seperti : kambing, domba, sapi, kebau atau unta.
3)      Hewan qurban adalah hewan yang sempurna anggota tubuhnya, tdk cacat.
4)      Hewan qurban telah cukup umur ( yaitu kambing berumur 2 tahun, domba berumur 1 tahun, sapi dan kerbau berumur 2 tahun dan unta berumur 1 tahun)
5)      Orang yang berkurban adalah orang merdeka, baligh dan berakal.
6)      Hewan disembelih pada waktu yang ditentukan yaitu tanggal 10, 11, 12, dan 13 Zulhijjah.
c.       Fungsi Qurban
Adapun fungsi qurban adalah sebagai berikut:
1)      Sebagai cermin kepatuhan seorang hamba kepada Penciptanya.
2)      Memberi kegembiraan di hati kaum dhu lafa, anak yatim dan fakir miskin.
3)      Melatih sikap solidaritas antara sesama muslim
4)      Melatih jiwa pengorbanan.
5)      Melatih sikap kepekaan sosial terhadap orang yang lebih membutuhkan uluran tangan kita.[23]
d.      Cara penyembelihan hewan aqiqah dan qurban adalah sebagai berikut:
1)      Berniat menyembelih hewan qurban atau aqiqah karena Allah SWT
2)      Mempersiapkan pisau atau alat pemotong Iainnya yang benar- benar tajam
3)      Mengikat dengan kuat dan menghadapkan hewan qurban menghadap kiblat.
4)      Membaca basmalah
5)      Membaca salawat kepada Nabi Muhammad saw. dan keluarganya.
6)      Membaca takbir.
7)      Memotong hewan aqiqah atau qurban sampai putus urat lehernya
8)      Membaca doa agar qurban diterima Allah SWT.[24]
G.    Haji dan Umroh
1.      Haji
a.       Pengertian Haji
Haji adalah mengunjungi Baitullah (Ka’bah) untuk melakukan ibadah dengan syarat dan rukun tertentu. Setiap muslim yang mampu, berkewajiban menunaikan ibadah haji satu kali dalam hidupnya. Adapun selebihnya hukumnya sunah. Perintah tentang haji tersebut terdapat dalam surah ali-Imron: 97
وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا ۚ
Artinya :“Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. “ (Q.S. ali-Imran/3:97)[25]
Melaksanakan Ibadah haji dan umrah dapat dilaksanakan dengan tiga cara yaitu:
1)      Haji Ifrad, melaksanakan ibadah haji dan umrah secara terpisah dalam bulan haji yang sama. Pelaksanaan haji dilakukan tertebih dahulu, kemudian baru melaksanakan umrah
2)      Haji Tamattu', adalah kebalikan dan Haji Ifrad yaitu melaksanakan umrah tedebih dahulu kemudian melakukan haji di bulan yang sama. Pelaksanaan haji seperti ini menyebabkan harus membayar Dam (denda).
3)      Haji Qiran, rnelaksanakan haji dan umrah secara bersamaan. Pelaksanaan haji sepetti ini juga menyebabkan harus membayar Dam (denda).[26]
b.      Syarat Haji
Ada beberapa syarat, jika seseorang akan menunaikan ibadah haji, yaitu,
1)      beragama islam
2)      sehat jasmani dan rohani
3)      sudah balig
4)      bukan merupakan budak ( orang merdeka )
5)      orang yang mampu, yang meliputi :
a)      Memiliki bekal yang cukup, artinya harta yang dimiliki cukup untuk membayar ongkos naik haji (ONH) dan cukup untuk bekal selama mengerjakan haji serta cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga yang ditinggalkan
b)      Ada kendaraan, artinya ada alat transportasi yang dapat mengangkut ke Baitullah
c)      Aman, artinya di dalam melaksanakan ibadah haji dijamin kesehatan harta dan jiwanya, tidak terjadi perang, kerusuhan dan sebaginya.
d)     Bagi wanita hendaknya disertai mahramnya.[27]
c.       Rukun Haji
Rukun haji adalah perbuatan yang wajib dilakukan dalam berhaji, dan tidak dapat diganti dengan membayar denda (dam). Jika orang meninggalkan salah satu rukun haji, maka hajinya tidak sah. Rukun haji ada 6 macam sebagai berikut:
1)      Memakai ihram dan niat haji
Ihram adalah memakai pakaian berwarna putih yang tidak berjahit. Sebelum memakai pakaian ihram terlebih dahulu mandi jinabat. Setelah memakai pakaian ihram dilanjutkan salat 2 rakaat di mikat kemudian niat haji, dengan lafal
لبيك اللهم حجا
Artinya : “Aku sambut panggilanmu, ya Allah untuk berhaji.”
2)      Wukuf di Padang Araf
Wukuf artinya hadir di Padang Arafah. Wukuf pada waktu zuhur, dimulai sejak tergelincirnya matahari pada tanggal 9 Zulhijah sampai terbit fajar sidik tanggal 10 Zulhijah.
Wukuf dilakukan setelah khotbah dan salat jamak qasar takdim zuhur dan asyar berjamaah. Wukuf dapat dilakukan berjamaah atau sendiri dengan memperbanyak zikir, istigfar, dan doa. Waktu wukuf tidak disyaratkan harus suci dari hadas besar atau kecil.
3)      Tawaf
Tawaf adalah mengeliligi ka’bah tujuh kali putaran. Tawaf. dimulai dari Hajar Aswat dengan posisi Ka’bah di sebelah kiri orang yang .tawaf. Orang yang tawaf. harus menutup aurat dan suci dari hadas dan najis. Ada beberapa macam tawaf,. sebagai berikut:
a)      Tawaf. qudum, yaitu tawaf. yang dilakukan ketika baru datang di Mekah.
b)      Tawaf. ifadah, yaitu tawaf. yang dilakukan karena melaksana-kan rukun haji.
c)      Tawaf. tahallul, yaitu tawaf. yang dilakukan untuk melepaskan diri dari yang diharamkan sebab ihram.
d)     Tawaf. nazar, yaitu tawaf. yang dilakukan karena nazar.
e)      Tawaf. sunah, yaitu tawaf. yang dilakukan untuk mencari keutamaan ibadah.
f)       Tawaf. wada’, yaitu tawaf. yang dilakukan karena meninggal-kan Mekah
4)      Sa’i
Sa’i adalah lari-lari kecil di antara bukit Safa. dan Marwah. Sa’i dimulai dari Bukit Safa. dan diakhiri di bukit Marwah. Sa’i dilakukan 7 kali bolak-balik dan dikerjakan setelah tawaf.
5)      Menggunting (mencukur) rambut
Waktu mencukur setelah melempar jumrah aqabah pada hari mahar bila mempunyai kurban, mencukur setelah menyembelih hewan, mencukur minimal 3 helai rambut.
6)      Tertib
7)      Menertibkan rukun-rukun tersebut artinya harus berurutan dimulai dari niat (ihram) wukuf, tawaf, sa’i dan menggunting rambut.[28]
d.      Wajib Haji
Wajib haji adalah ketentuan-ketentuan baik perbuatan maupun perkataan yang wajib dilaksanakan dalam ibadah haji. Apabila wajib haji dilanggar, hajinya tetap sah, tetapi wajib membayar dam, meliputi :
1)      Ihram dari miqat.
dengan mengucapkan
لبيك اللهم حجا
Artinya: “Ku penuhi ya Allah panggilan-Mu untuk berhaji
2)      Mabit di Musdalifah
Mabit dilaksanakan dengan cara berhenti sejenak dalam kendaraan atau turun dari kendaraan. Pada saat mabit dipergunakan untuk mencari kerikil sebanyak 49 atau 70 butir atau 7 butir untuk melempar jumrah akabah. Jama’ah haji yang tidak mabit di Musdalifah wajib membayar dam yaitu menyembelih seekor kambing, jika tidak mampu, berpuasa 10 hari yaitu 3 hari ditanah suci dan 7 hari di tanah air.
3)      Melontar Jumrah
Jama’ah haji yang tidak melontar jumrah selama 3 hari wajib membayar dam dan jika meninggalkan sebagian lontaran maka harus membayar fidyah. Pembayaran dam yaitu dengan menyembelih seekor kambing, jika tak mampu menyembelih kambing diganti puasa 10 hari, jika puasa tak mampu diganti dengan memberi makan kepada beberapa fakir miskin yang nilainya sama dengan harga satu ekor kambing.
Waktu melontar jumrah Pada tanggal 10 Zulhijah yang dilontar hanya jumrah akabah saja, dimulai tengah malam sampai terbenam matahari Pada hari-hari tasyrik tanggal 11, 12 dan 13 Zulhijah yang dilontar ketiga-tiganya yaitu, jumrah ula, wusta dan akabah.
Cara melontar jumrah Melontar masing-masing 7 kerikil dengan tujuh kali lontaran. Jama’ah haji yang melaksanakan nafar awal melontar jumrah dengan 49 butir, yaitu 7 butir untuk jumrah akabah pada tanggal 10 dzulhijah dan masing-masing 7 butir untuk jumrah ula, wusta dan akabah pada tanggal 11 dan 12 Zulhijah, sedangkan bagi jama’ah haji yang melaksanakan nafar sani melontar jumrah dengan 70 butir, karena di tambah lagi masing-masing 7 butir untuk jumrah ula, wusta dan akabah pada tanggal 13 Zulhijah.
4)      Mabit di mina
Mabit di mina hukumnya wajib, jika tidak mabit maka harus membayar dam.
5)      Meninggalkan larangan-larangan ihram.
Larangan-larangan itu adalah :
a)      bagi pria dilarang,
(1)   memakai pakaian berjahit
(2)   memakai sepatu menutupi mata kaki
(3)   memakai penutup kepala yang melekat, jika tidak melekat hukumnya boleh, contohnya payung
b)      bagi wanita dilarang :
(1)    berkaus tangan
(2)   menutup muka
c)      bagi pria dan wanita dilarang :
(1)   memakai wangi-wangian
(2)   memotong kuku, bulu dan rambut
(3)   memburu /membunuh binatang
(4)   kawin, mengawinkan atau meminang
(5)   bercumbu atau bersetubuh
(6)   mencaci, bertengkar
(7)   memotong pepohonan di tanah haram[29]
2.      Umrah
a.     Definisi Umrah
Umrah menurut bahasa adalah berkunjung atau berziarah. Umrah menurut istilah adalah berkunjung ke Baitullah dengan memenuhi wajib dan rukun tertentu pada waktu kapanpun kecuali pada hari arafah, Idul Adha dan I hari Tasyriq.[30]
b.     Hukum Umrah
Hukum umrah adalah Sunnah Muakkadah. Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW. ketika ditanya apakah Umrah wajib? Maka beliau menjawab, Artinya : Hadis jabir berkata, bersabda rasululullah SA W : 'Tidak, tapi jika kamu melakukan umrah itu lebih baik" (H.R. Ahmad dan Tirmizi) .
c.    Waktu Umrah
Melaksanakan ibadah umrah disunnahkan pada bulan Ramadhan. Melaksanakan ibadah umrah dibolehkan pada waktu kapan saja sepanjang tahun, kecuali pada waktu-waktu tertentu yaitu sebagai beriku:
1)      Hari Raya Idul Fitri (10 Zulhijjah)
2)      Hari Tasyriq,(ll, 12, dan 13 Zulhijjah)
3)      Hari Arafah ( 9 Zulhijjah )
d.   Rukun Umrah
Rukun Umrah adalah sebagai berikut :
1)      Ihram disertai niat umrah .
2)      Tawaf (7 kali putaran)
3)      Sai
4)      Tahalul
5)      Tertib
6)      Wajib Umrah.[31]
e.    Wajib umrah adalah sebagai berikut:
1)      Ihram di Miqat.
Bagi orang yang telah berada di Tanah Haram (Mekah), jika hendak melakukan umrah harus keluar dari tanah Haram ke tanah Halal. Tanah Halal yang biasa digunakan untuk mulai ihram adalah: Ji’ranah dan Tan’im. Sementara bagi Yang datang dari luar tanah Haram, dapat memulai ihram pada tempat-tempat yang sama sepeti di dalam ibadah haji. Sementara miqat zamani boleh sepanjang tahun.
2)      Menjauhkan diri dari hal - hal yang dilarang seperti larangan dalam ibadah haji. Orang yang akan melaksanakam umrah terlebih dulu membersihkan diri dan bersuci, kemudian memakai pakaian ihram , salat dua rakaat, dan berniat umrah . Selanjutnya pergilah menuju Mekah. Setelah tiba di Mekah, lakukan tawaf sebanyak 7 kali putaran. Setelah selesai tawaf salatlah dua rakaat dan laksanakan sali dengan berlari-lari kecil antara bukit Shafa dan Marwa. Kemudian dilanjutkan dengan menggunting rambut.[32]
H.    Sejarah Masauknya Islam ke Nusantara
Islam datang ke Nusantara melalui perdagangan, sosial, dan pengajaran. Berdasarkan berita Cina dari zaman Dinasti Tang, Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke-7. Berita itu menyebutkan adanya serangan orang-orang Ta shish terhadap Kerajaan Ho-Ling yang pada waktu itu diperintah oleh Ratu Sima.
Ta shih ini ditafsirkan sebagai orang-orang Arab. Hal itu diperkuat oleh berita Jepang (784 M) yang menyebutkan tentang adanya perjalanan pendeta Kanshih. Pendapat yang menyatakan Islam masuk ke Nusantara sekitar abad ke-13 didasarkan  pada  berita  Marcopolo(1292 M) dan berita Ibnu Battutah (abad ke-14). Adanya batu nisan makam Sultan Malik As Saleh (1297), penyebar-an ajaran tasawuf (abad ke-13), dan keruntuhan Dinasti Abbasiyah (1258 M).Dari bukti-bukti itu dapat disimpul-kan bahwa Islam sudah masuk ke Indonesia sekitar abad ke-7 Masehi yang mencapai perkembangannya pada abad ke-13. Hal itu ditandai dengan adanya kerajaan-kerajaan bercorak Islam di Indonesia.[33]
I.       Proses Masuknya Islam di Nusantara
Berikut beberapa cara yang digunakan sehingga Islam tersebar di Nusantara.
1.      Perdagangan
Menurut berita Cina, agama Islam disebarkan oleh orang-orang Arab. S.Q. Fatimi dalam bukunya Islam Comes to Malaysia mengemukakan bahwa Islam berasal dari Benggala. Snouck Hurgronye berpendapat bahwa Islam disebarkan ke Indonesia oleh para pedagang muslim dari Gujarat (India). Menurutnya, Islam tidak disebarkan langsung dari Arab. Hubungan langsung antara Arab dan Indonesia baru berlangsung abad ke-17, yaitu pada masa kerajaan Samudera Pasai, Banten, Demak, dan Mataram Baru.
Pendapatnya itu diperkuat oleh bukti adanya kesamaan unsur-unsur Islam di Indonesia dan di India. Selain itu, adanya cerita-cerita tentang nabi-nabi di Indonesia yang berbeda dengan langgam Arab, tetapi bergaya India. Mengenai golongan masyarakat pembawa Islam ke Indone-sia, para ahli umumnya sependapat, yaitu kaum pedagang. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa penyebaran Islam dilakukan melalui perjalanan lalu lintas perdagangan dan pelayaran
2.      Pengajaran
Dalam agama Islam setiap muslim adalah pendakwah. Baru kemudian pada masa-masa berikutnya terdapat mubalig dan guru agama Islam, yang tugasnya khusus mengajarkan agama Islam. Mereka ini mempercepat proses Islamisasi, sebab mereka mendirikan pesantren dan mencetak kader-kader ulama/guru-guru agama Islam.
3.      Sosial
Selain golongan pembawa, ada pula golongan penerima Islam. Terdapat dua penerima Islam, yaitu golongan elite (raja-raja, bangsawan, dan para pengusaha) dan golongan non elite (lapisan masyarakat biasa). Golongan elite lebih cepat mengalami proses Islamisasi, karena kedudukannya yang mempunyai pengaruh di kalangan masyarakat biasa.
Proses Islamisasi ada beberapa jalan, yaitu melalui perdagang-an, perkawinan, pendidikan, tasawuf, dan kesenian. Islamisasi lewat saluran perdagangan terjadi pada tahap awal, yakni sejalan dengan kesibukan lalu lintas perdagangan (antara abad ke-7 sampai abad ke-16). Banyaknya pedagang muslim yang bermukim di Indonesia, terbentuklah tempat-tempat pemukiman yang disebut Pekojan. Di antara pedagang muslim asing itu, ada pula yang menetap lalu menikah dengan wanita pribumi Proses Islamisasi melalui kesenian tampak dari bukti-bukti peninggalan sejarah, seperti ukiran, pintu gerbang, makam, tradisi sekaten, pertunjukan wayang, debus, tarian, dan sebagainya. Penyebaran Islam melalui seni wayang sastra, debus, tarian, tradisi sekaten, ter- nyata lebih mempercepat proses islami-sasi Sampai sekarang proses islamisasi melalui saluran seni masih berlangsung.[34]
J.      Proses Penyebaran Islam di Nusantara
Berikut merupakan beberapa pihak yang berjasa dalam menyebarkan agama Islam di Indonesia.
1.      Ulama
Di Pulau Jawa dikenal adanya Wali Sembilan (Wali Songo) yang merupakan tokoh-tokoh ulama penyebar agama Islam.
Wali Songo adalah ahli agama yang dekat kepada Allah swt., mempunyai tenaga gaib, tenaga batin, dan menguasai ilmu yang tinggi. Kesembilan wali tersebut mempunyai gelar Sunan, yaitu Sunan Gresik, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Giri, Sunan Drajat, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, dan Sunan Gunungjati. Pemberian gelar itu didasarkan pada tempat mereka dimakamkan, seperti Gunung Jati di Cirebon, Drajat di dekat Tuban, Giri di Gresik, dan sebagainya. Berikut ini akan dijelaskan lebih jauh tentang sejarah kiprah para anggota Wali Songo dalam menyebarkan agama Islam di Indonesia.
a.       Sunan Gresik
Sunan Gresik nama aslinya adalah Maulana Malik Ibrahim atau lebih dikenal dengan sebutan Maulana Magribi. Para ahli sejarah menduga bahwa Maulana Malik Ibrahim berasal dari Maroko. Tanggal lahirnya belum banyak diketahui orang. Hanya tahun wafat dan pemakamannya yang dapat diketahui yaitu wafat pada tanggal 8 April 1419 dan dimakamkan di Pekuburan Gapura Wetan, Gresik. Selama hidupnya, beliau dikenal sebagai orang yang sangat ahli di bidang agama Islam. Ia sangat pandai dalam menarik simpati masyarakat Jawa yang ketika itu pada umumnya masih memeluk agama Hindu dan Budha. Dengan cara yang dilakukannya itu, dakwah-dakwahnya banyak diminati orang.[35]
b.      Sunan Ampel
Nama asli Sunan Ampel adalah Raden Rahmat. Ia adalah putra Maulana Malik Ibrahim dari istrinya yang bernama Dewi Candrawulan. Beliau dikenal sebagai penerus ayahnya yang gigih dalam menyiarkan agama Islam di Ampel Denta, Surabaya. Berbeda dengan ayahnya, Raden Rahmat menggunakan pondok pesantren sebagai sarana penyebaran agama Islam. Ia mendirikan pondok pesantren yang pertama di Ampel Denta, Surabaya. Di pesantren inilah ia banyak mendidik para pemuda Islam untuk disebarkan ke seluruh pelosok pulau Jawa.
Di antara murid-muridnya yang kemudian tampil sebagai tokoh agama Islam antara lain Raden Paku yang kemudian terkenal dengan nama Sunan Giri, Raden Patah yang menjadi raja di kerajaan Islam Demak, Raden Makdum Ibrahim (putra Sunan Ampel sendiri) yang dikenal sebagai Sunan Bonang, Syarifuddin yang dikenal sebagai Sunan Drajat, dan banyak lagi. Menurut Babad Diponegoro, Sunan Ampel sangat berpengaruh di kalangan Istana Majapahit. Ia dikenal sebagai pelopor kerajaan Islam pertama di pulau Jawa, yaitu Demak. Dialah yang mengangkat Raden Patah sebagai Sultan Demak pertama. Sunan Ampel juga dikenal sebagai pendiri Masjid Agung Demak, yang dibangun tahun 1479. Sunan Ampel wafat pada tahun 1481 dan dimakamkan di Surabaya.
c.       Sunan Bonang
Sunan  Bonang  nama  aslinya  adalah Makdum Ibrahim, atau Raden Ibrahim Makdum adalah gelar untuk seorang ulama besar, yang berarti orang yang dihormati. Ia putera Sunan Ampel, dari perkawinannya dengan Dewi Candrawati. Dari perkawinannya dengan Dewi Hiroh, ia memperoleh seorang puteri bernama Dewi  Rukhil, yang kemudian diperistri oleh  Sunan Kudus Setelah belajar agama Islam di Pasai, Aceh Sunan Bonang kembali ke Tuban, Jawa Timur untuk mendirikan pondok pesantren. Santri-santri yang belajar kepadanya datang dari berbagai pelosok Nusantara.
Dalam menyebarkan agama Islam ia selalu menyesuaikan dengan corak kebudayaan Jawa. Ia menggunakan pertunjukan wayang sebagai media dakwahnya. Lagu gamelan wayang berisikan pesan-pesan ajaran agama Islam. Setiap bait lagu diselingi Syahadatain (ucapan dua kalimat sahadat).
Kegiatan dakwah Sunan Bonang dipusatkan di daerah Tuban. Pesantrenya dijadikan basis tempat mendidik para santrinya. Sunan Bonang memberikan pendidikan agama Islam secara khusus dan mendalam kepada Raden Patah, putra raja Majapahit Prabu Brawijaya V, yang kemudian menjadi sultan Demak. Catatan pendidikannya kini disebut Suluk Sunan Bonang, atau Primbon Sunan Bonang, yang sampai sekarang masih tersimpan di Uni-versitas Laiden, Negeri Belanda. Sunan Bonang wafat pada tahun 1525 dan dimakamkan di Tuban, Surabaya
d.      Sunan Giri
Sunan Giri nama aslinya adalah Raden Paku, atau Prabu Satmata, dan sering disebut juga Sultan Abdul Fakih. Beliau adalah putera Maulana Ishak yang ditugasi Sunan Ampel untuk menyebarkan agama Islam di daerah Blambangan. Ia juga bersaudara dengan Sunan Gunung Jati dan Raden Patah, karena istri mereka bersaudara. Ia belajar agama Islam di pesantren Sunan Ampel dan berteman baik dengan Sunan Bonang.
Sunan Giri dikenal sebagai pejuang Islam yang gigih. Ia menggunakan pesantren dan cara dakwah untuk menyebarkan agama Islam. Para santrinya ditugasi untuk berdakwah ke berbagai daerah di Pulau Jawa, Pulau Madura, Bawean, dan Tidore. Sunan Giri wafat pada tahun 1600-an dan dimakamkan di bukit Giri, Gresik.[36]
e.       Sunan Drajat
Sunan Drajat nama aslinya Raden Kasim atau Syarifuddin, dan disebut juga Sunan Sedayu. Menurut silsiah, Sunan Drajat adalah putera Sunan Ampel dari istri kedua bernama Dewi Candrawati. Ia mempunyai saudara seayah dan seibu, yaitu Siti Syareat, Siti Mutmainah, Siti Sofiah (istri Sunan Malaka), dan Sunan Bonang. Ia juga mempunyai dua saudara seayah lain ibu, yaitu Dewi Murtasiyah (istri Sunan Giri). Istri Sunan Drajat, Dewi Sifiyah, adalah puteri dari Sunan Gunung Jati.
Dalam menyiarkan agama Islam, ia menggunakan media dakwah dan mendirikan pesantren. Ia dikenal sebagai orang yang baik hati dan suka memberikan pertolongan kepada masyarakat, seperti menyantuni anak yatim dan fakir miskin. Sunan Drajat wafat pada pertengahan abad ke-16 dan dimakamkan di Sedayu, Gresik.
f.       Sunan Kalijaga
Sunan Kalijaga nama aslinya adalah Raden Mas Syahid dan sering dijuluki Syekh Malaya Nama Kalijaga konon berasal dari bahasa ArabSunan Kalijaga nama aslinya adalah RadenMas Syahid dan sering dijuluki Syekh Malaya Nama Kalijaga konon berasal dari bahasa Arab, Qadizaka, yang artinya pelaksana dan pembersih. Qadizaka yang karena lidah dan ejaan kemudianmenjadi  Kalijaga,  berarti  pelaksana  yang menegakkan kebersihan atau kesucian. Ayahnya bernama Raden Sahur Tumenggung Walatikta yang menjadi Bupati Tuban, sedang ibunya bernama Dewi Nawang Rum. Berbeda dengan wali-wali lainnya, Sunan Kalijaga berdakwah dengan cara berkeliling dari satu daerah ke daerahlainnya. Berkat kepandaiannya dalam berdakwah yang selalu logis dan masuk akal, banyak kaum bangsawan, pengusaha, kaum intelektual lainnya bersimpati kepadanya. Bahkan, Raden Patah sebagai Sultan Demak sangat menghargai pendapat dan nasihat-nasihatnya. Ia kemudian diangkat sebagai juru dakwah kerajaan Demak.
Dalam berdakwah ia mengarang cerita wayang purwa dan wayang kulit yang bernafaskan Islam. Jasa Sunan Kalijaga terhadap kesenian tidak hanya pada seni wayang, tetapi juga pada seni suara, ukir, seni pahat, seni busana, dan kesusastraan. Sunan Kalijaga wafat pada pertengahan abad ke-15 dan dimakamkan di Kadilangu, Demak.[37]
g.      Sunan Kudus
Sunan Kudus nama aslinya Ja’far Sadiq, tetapi ketika kecil ia dipanggil Raden Untung. Ia sering juga dipanggil Raden Amir Haji, karena ketika berangkat haji bertindak sebagai kepala rombongan (amir). Ayahnya bernama Raden Usman Haji yang menyebarkan agama Islam di Jipang, Panolan, Blora, Jawa Tengah.
Sunan Kudus dikenal sebagai sunan yang paling banyak ilmu agamanya. Diantara Walisongo, hanya dia yang mendapat julukan wali al’ilmi, artinya orang yang luas ilmunya. Karena kepandaiannya itulah maka banyak santri-santri yang berasal dari berbagai daerah di Nusantara. Selain sebagai juru dakwah, Sunan Kudus juga sebagai panglima Angkatan Perang Kerajaan Islam Demak yang tangguh.
Menurut cerita, Sunan Kudus pernah berlayar ke Baitul Makdis di Palestina dan berjasa memberantas penyakit yang menelan banyak korban jiwa di sana. Sekembalinya ke pulau Jawa ia men-dirikan sebuah masjid di Loran pada tahun 1549. Mesjid itu diberi nama Masjid al-Aqsa atau al-Manar, artinya masjid menara Kudus. Daerah sekitarnya pun diganti nama menjadi Kudus. Nama ini diambil dari sebuah nama kota di Palestina, yaitu al Quds.
Dalam melaksanakan kegiatan dakwah, ia melakukan dengan pendekatan budaya. Hal itu terbukti dengan diciptakannya berbagai cerita yang bernafaskan keagamaan, seperti Gending Maskumambang dan Mijil. Sunan Kudus wafat pada tahun 1550 dan dimakamkan di daerah Kudus, Jawa Tengah.
h.      Sunan Muria
Sunan Muria nama aslinya adalah Raden Umar Said atau Raden Said, sedangkan nama kecilnya adalah Raden Prawoto. Namun, ia lebih dikenal dengan sebutan Sunan Muria, karena pusat kegiatan dakwahnya dan makamnya terletak di Gunung Muria, 18 km sebelah utara kota Kudus sekarang.
Sunan Muria adalah putra Sunan Kalijaga. Ia sangat berjasa dalam penyebaran agama Islam di desa-desa terpencil di daerah gunung Muria. Ia tekun mendidik rakyat agar menjalankan ajaran Islam. Dalam rangka dakwahnya ia menciptakan tembang Sinom dan Kinanti yang beranfaskan Islam. Sunan Muria wafat pada abad ke-16 dan dimakamkan di bukit Muria, Jepara.
i.        Sunan Gunungjati
Sunan Gunungjati yang nama aslinya adalah Syarif Hidayatullah adalah cucu raja Pajajaran, Prabu Siliwangi. Perkawinan Prabu Siliwangi dengan Nyai Subang Larang melahir-kan dua putera dan satu puteri, yaitu Raden Walangsungsang, Nyai Lara Santang dan Raja Senggara.
Setelah ibunya wafat, Raden Walangsungsang meninggalkan keraton untuk belajar agama Islam kepada Syekh Datu Kahfi (Syekh Nurul Jati) di Gunung Ngamperan Jati. Demikian pula adik perempuannya, Nyai Lara Santang menyusul belajar agama Islam di sana.
Setelah tiga tahun belajar agama Islam, keduanya diperintahkan gurunya untuk melaksanakan ibadah haji ke Mekah. Di Mekah Nyai Lara Santang mendapat jodoh yaitu Maulana Sul-tan Mahmud (Syarif Abdullah), seorang bangsawan Arab dari Bani Hasyim.
Raden Walangsungsang setelah menunaikan ibadah haji kembali ke Jawa dan menjadi juru labuhan di Pasambangan (Cirebon). Sementara itu, Nyai Lara Santang melahirkan Syarif Hidayatullah pada tahun 1448 M. Setelah dewasa Syarif Hidayatullah memilih berdakwah di pulau Jawa daripada di negeri Arab. Ia kemudian menemui Raden Walangsungsang yang sudah bergelar Cakrabuwana. Setelah pamannya wafat, ia menggantikan pamannya menyebarkan agama Islam di Cirebon dan berhasil menjadikan Cirebon sebagai kesultanan yang bebas dari kerajaan Pajajaran.
Dari Cirebon inilah ia kemudian menyiarkan agama Islam ke daerah-daerah di Jawa Barat yang belum memeluk agama Islam, seperti Majalengka, Kuningan, Kawali (Galuh), Sunda Kelapa, dan Banten. Di Banten itulah ia berhasil menjadikan Banten sebagai kerajaan Islam pada tahun 1525.
Ketika kembali ke Cirebon ia menyerahkan Kesultanan Banten kepada anaknya, Sultan Maulana Hasanuddin yang kemudian menurunkan raja-raja Banten. Di tangan raja-raja Banten inilah Kerajaan Pajajaran dikalahkan dan rakyatnya di Islamkan. Bahkan Syarif Hidayatullah melakukan penyerangan ke Sunda Kelapa. Penyerangan itu dipimpin oleh Fatahillah, seorang Panglima Angkatan Perang Kerajaan Demak. Fatahillah kemudian menjadi menantu Syarif Hidayatullah. Syarif Hidayatullah wafat pada tahun 1570 dan dimakamkan di daerah Gunungjati, Desa Asatana, Cirebon. Itulah sebabnya, ia dikenal dengan nama Sunan Gunung Jati sampai sekarang.[38]
2.      Peranan Perdagangan
Penyebaran Islam ke daerah Maluku berhubungan dengan perdagangan antara Malaka, Jawa, dengan Maluku. Islam masuk ke Maluku sekitar abad ke-13.
Menurut sumber tradisi, penyebaran Islam dilakukan oleh Maulana Husayn pada masa pemerintahan Marhun di Ternate. Menurut hikayat Tanah Hitu disebutkan bahwa raja pertama yang memeluk agama Islam di Maluku adalah Zainal Abidin (1486-1500). Konon menurut berita Zainal Abidin belajar agama Islam pada Pesantren Giri.
Proses islamisasi di Kalimantan Selatan diketahui dari Hikayat Banjar. Proses Islamisasinya ditandai oleh terjadinya perpecahan di kalangan istana, antara Pangeran Tumenggung dengan Raden Samudera.
Pangeran Tumenggung adalah raja Dipa dan Daha yang bercorak Hindu. Untuk menaklukkan Pangeran Tumenggung, Raden Samudera meminta bantuan Kerajaan Demak dengan perjanjian bersedia masuk Islam. Berkat bantuan dari Demak, Pangeran Tumenggung dapat dikalahkan. Sejak saat itu, Kerajaan Banjar bercorak Islam. Rajanya, Raden Samudera bergelar Sul-tan Suryanullah.
Menurut Hikayat Kutai bahwa proses Islamisasi di Kalimantan Timur berlangsung damai. Disebutkan bahwa penyebar Islam di Kutai adalah Tuan Ri Bandang Tuan Tunggang Parangan pada masa pemerintahan raja Mahkota. Raja Mahkota masuk Islam karena merasa kalah kesaktiannya.
Menurut Hikayat Gowa-Tallo dan Wajo bahwa penyebaran Islam di Sulawesi berjalan secara damai. Penyebarnya adalah Dato’ri Bandang dan Dato’ Sulaeman. Kerajaan Islam Gowa kemudian menaklukkan kerajaan Soppeng, Wajo, dan Bone yang raja-rajanya segera memeluk agama Islam pada tahun 1611.
3.      Peranan Pendidikan
Pendidikan juga memegang peranan dalam proses Islamisasi. Guru-guru agama, dan pondok-pondok pesantren, dan para santrinya pranata pendidikan Islam. Semakin terkenal kyai (guru agama Islam) yang mengajarnya, semakin terkenal pula pesantrennya. Pada masa pertumbuhan Islam dikenal adanya Pesantren Ampel Denta milik Sunan Ampel (Raden Rakhmat) dan Pesantren Sunan Giri (yang murid-muridnya datang dari berbagai daerah).
Raja-raja dan kaum bangsawan mendatangkan guru agama Islam sebagai penasihat agama. Di daerah Banten dikenal Kyai Dukuh (Pangeran Kanyusatan) sebagai guru agama Maulana Yusuf. Syekh Maulana Yusuf adalah penasihat agama Sultan
Ageng Tirtayasa. Ki Ageng Sela adalah guru Jaka Tingkir (Sultan Hadiwijaya) dan Juru Mertani sebagai penasihat Panembahan Senopati.
4.      Peranan Perkawinan
Islamisasi melalui perkawinan pengaruhnya lebih besar, jika yang melakukan perkawinan itu dari keluarga yang berpengaruh (golongan bangsawan dan penguasa). Misalnya, perkawinan antara Putri Campa dengan Putra Brawijaya, atau antara Sunan Ampel dengan Nyi Gede Manila (seperti yang dikisahkan dalam babad Tanah Jawa).
Dalam Babad Cirebon, disebutkan tentang perkawinan antara Putri Kawungaten dengan Sunan Gunung Jati. Babad Tuban menyebutkan tentang perkawinan Putri Aria Dikara, yaitu Raden Ayu Teja dengan Syekh Ngabdurakhman. Perkawinan antara kaum bangsawan tersebut kemudian melahirkan terbentuknya kerajaan-kerajaan bercorak Islam di Indonesia.[39]
K.    Kerajaan Islam di Nusantara
Berikut ini dijelaskan sejarah pertumbuhan kerajaan Islam dan pengaruh kebudayaanya terhadap masyarakat Indonesia.
1.      Kerajaan Samudra Pasai
Kerajaan Samudra Pasai adalah kerajaan Islam pertama di Indonesia. Hal ini terbukti dari peninggalannya berupa bekas keraton, batu nisan, masjid, kesusastraan, dan sebagainya. Di bekas daerah Samudra Pasai banyak ditemukan makam raja Islam, seperti makam Sultan Malik al-Saleh, yang meninggal pada bulan Ramadhan tahun 676 M.
Jirat-jirat di pemakaman raja Samudera Pasai didatangkan dari India. Istana disusun dan diatur secara budaya India. Diantara para pembesarnya terdapat orang-orang Persia (Iran). Bahkan, patihnya bergelar Amir. Dengan demikian, kebudayaan Islam pada masa kerajaan Samudra Pasai telah berkembang cukup pesat.
2.      Kerajaan Aceh
Kerajaan Aceh muncul setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis. Masa kejayaan Kerajaan Aceh tercapai dalam pe-merintahan Sultan Iskandar Muda.
Seni sastranya dalam kebudayaan masyarakat Aceh dipengaruhi oleh budaya agama Islam. Rakyat Aceh terutama kaum ulamanya gemar menulis buku kesusastraan. Misalnya, Nuruddin ar-Raniri menulis buku Bustanus Salatin dan Hamzah Fansuri menulis Syair Perahu, Syair Burung Pingai, dan Asrar al Arifin.
Selain itu, hasil-hasil kebudayaan masyarakat Aceh dipengaruhi oleh lingkungan alamnya, yaitu sungai dan lautan. Rakyat Aceh pandai membuat perahu dan kapal-kapal layar. Dengan demikian, tampaklah bahwa masyarakat kerajaan Aceh dipengaruhi oleh budaya Islam.[40]
3.      Kerajaan Demak
Kebudayaan masyarakat Demak bercorak Islam yang terlihat dari banyaknya masjid, makam-makam, kitab suci Al-Qur’an, ukir-ukiran berlanggam (bercorak) Islam, dan sebagainya. Sampai-sampai sekarang Demak dikenal sebagai pusat pendidikan dan penyebaran agama Islam di Jawa Tengah. Bahkan, dalam sejarah Indonesia, Demak dikenal sebagai pusat daerah budaya Islam di Pulau Jawa.
4.      Kerajaan Mataram
Sebagai kerajaan Islam, hasil budaya masyarakat Kerajaan Mataram diwarnai oleh agama Islam. Salah satu hasil budaya Kerajaan Mataram adalah penanggal-an (almanak) Jawa.
Almanak Jawa ini merupakan hasil karya dari Sultan Agung. Almanak ini diberlakukan pada tahun 1633 M, dengan menetapkan bahwa pada tanggal 1 Muharam 1043 H sama dengan tanggal 1 Muharam 1555 tahun Jawa. Jadi jika disesuaikan dengan penanggalan Masehi, maka tanggal di atas sama dengan tanggal 8 Juli 1633.
Dengan demikian, almanak Jawa adalah perpaduan dari penanggalan Saka (Hindu) dan penanggalan Hijriyah (Islam). Hasil budaya masyarakat Mataram Baru yang masih ada sekarang adalah adanya tradisi Sekaten di Yogyakarta dan Cirebon yang dirayakan pada setiap perayaan Maulid Nabi Muhammad saw. Peninggalan Keraton di Yogyakarta dan di Surakarta yang sampai sekarang masih berjalan, yaitu berupa kesultanan lengkap dengan fasilitas peninggalan zaman Mataram baru.
5.      Kesultanan Cirebon
Perpecahan dan kemunduran politik Kesultanan Cirebon pada awal abad ke-18 ternyata tidak mengurangi wibawa Cirebon sebagai pusat agama Islam di Jawa Barat. Demikian pula kehidupan sosial tetap berkembang dengan baik.
Peranan histories keagamaan yang dipelopori oleh Sunan Gunung Jati tak pernah hilang dalam kehidupan masyarakat Cirebon. Kegiatan dan pendidikan dan penyiaran agama Islam pada zaman VOC dapat berjalan terus. Demikian pula di bidang budaya tetap berkembang subur.
Dalam abad ke-17 di keraton-keraton Cirebon berkembang kegiatan sastra, seperti suluk, kakain, dan naskah-naskah kuno lainnya. Demikian pula dalam bidang seni bangunan dan seni kaligrafi berkembang cukup baik.
Keraton dan masjid-masjid peninggalan Sunan Gunung Jati tetap dipertahankan sekalipun di bawah pengaruh kekuasaan Hindia Belanda. Bahkan sampai sekarang hasil budaya masyarakat Kesultanan Cirebon, seperti keraton, masjid, pondok pesantren, naskah-naskah kuno, tradisi Panjang jimat, dan lain-lain masih tetap dipelihara dengan baik.
6.      Kesultanan Banten
Kejayaan Kesultanan Banten pada masa lalu tampak dari peninggalan-peninggalannya, seperti Masjid Agung Banten yang didirikan pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin. Masjid ini mempunyai ciri arsitektur yang merupakan perpaduan antara seni bangunan Jawa dan Barat. Di halaman selatan masjid terdapat bangunan Tiamah, yang merupakan bangunan tambahan yang dibuat oleh Hendrik Lucasz Cardeel, seorang arsitek kebangsaan Belanda. Dahulu Tiamah ini digunakan sebagai tempat majlis taklim serta tempat alim ulama Banten ber-musyawarah tentang soal-soal agama Islam.
Selain masjid tadi, di Kasunanan terdapat masjid yang umurnya lebih tua dari Masjid Agung Banten. Di masjid inilah Kyai Dukuh tinggal dan mengajar-kan agama Islam. Kyai Dukuh ini bergelar Pangeran Kasunyatan, guru Maulana Yusuf, Sultan Banten yang kedua.
Bangunan lainnya yang membukti-kan kemegahan Kesultanan Banten yang kedua adalah bekas Keraton Surosowan yang dikelilingi oleh tembok benteng tebal, luasnya 4 hektar, berbentuk empat persegi panjang.
Benteng tersebut sampai sekarang masih tegak berdiri. Dalam situs (daerah, lahan) kepurbakalaan Banten ditemukan beberapa peninggalan Kesultanan Banten, antara lain Menara Masjid, Mesjid Pacinan Tinggi, Benteng Speelwijk, Meriam Ki Amuk, Watu Gilang, dan Pelabuhan perahu Karangantu. Semua itu merupakan peninggalan budaya masyarakat Kesultanan Banten pada masa jayanya dahulu.[41]
7.      Kerajaan Gowa-Tallo
Hasil kebudayaan masyarakat Makasar dipengaruhi oleh lingkungannya yang dikelilingi lautan. Hasil budaya rakyat Makasar yang paling terkenal adalah perahu bercadik, yang disebut Korakora. Ciri pertahanan dari kerajaan Makasar adalah adanya benteng-benteng pertahanan.
Sampai sekarang di Makasar masih terdapat benteng-benteng pertahanan, yaitu benteng Sombaopu dan View Rotterdam. Jadi, aspek kehidupan budaya rakyat Makassar lebih bersifat agraris dan bahari.
8.      Kerajaan Ternate dan Tidore
Pengaruh agama dan budaya Islam di Maluku (Ternate dan Tidore) belum meluas ke seluruh daerah. Sebabnya, masih banyak rakyat Maluku yang mempertahankan kepercayaan nenek moyangnya. Hal tersebut terbukti dari bekas peninggalan-peninggalannya, yakni masjid, buku-buku tentang Islam, makam-makam yang berpolakan Islam yang ada di Maluku tidak begitu banyak jumlah-nya. Dengan kata lain hasil-hasil kebudayaan rakyat Maluku merupakan campuran antara budaya Islam dan pra Islam.[42]


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan 
1.      Al-Quran Surah At-Tin:

وَالتِّينِ وَالزَّيْتُونِ ﴿١﴾ وَطُورِ سِينِينَ ﴿٢﴾ وَهَـٰذَا الْبَلَدِ الْأَمِينِ ﴿٣﴾ لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ ﴿٤﴾ ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ ﴿٥﴾ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ ﴿٦﴾ فَمَا يُكَذِّبُكَ بَعْدُ بِالدِّينِ ﴿٧﴾ أَلَيْسَ اللَّـهُ بِأَحْكَمِ الْحَاكِمِينَ ﴿٨
2.      Makna Surah At-Tin
a         Manusia merupakan makhluk terbaik yang dijadikan oleh Allah swt, baik jasmaniah maupun rohaniah.
b        Jika manusia tidak beriman dan beramal saleh, maka manusia menjadi makhluk yang amat rendah.
c         Manusia yang beriman dan beramal saleh akan mendapat pahala yang tiada putus-putusnya yaitu surga.
d        Allah swt. merupakan hakim yang seadil-adilnya.
3.      Kewajiban menuntut ilmu
Agama Islam mewajibkan umatnya menuntut ilmu. Ilmu laksana pelita yang menerangi setiap kegelapan. Manusia tidak akan mampu melakukan apa pun tanpa memiliki ilmu atau mengetahui apa yang ia kerjakan. la hanya bisa meraba-raba dan menerka-nerka seperti orang yang berada dalam gelap gulita. Ilmu adalah penuntun manusia dalam mengarungi kehidupan ini.
4.      Iman kepada hari akhir
Iman kepada hari akhir merupakan sesuatu yang wajib kita percayai. Peristiwa kiamat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kiamat sugra dan kiamat kubra.
5.      Qanaah dan Tasamuh
a         Qanaah
1)      Pengertian qanaah
2)      Contoh perilaku Qanaah
3)      Membiasakan sikap qanaah.
b        Tasamuh
1)      Pengertian tasamuh
2)      Arti Pentingnya Tasamuh.
3)      Membiasakan diri Bersikap Tasamuh
4)      Fungsi Tasamuh
6.      Aqiqah dan Kurban
a         Aqiqah
1)      Pengertian aqiqah
2)      Hukum aqiqah
3)      Syarat Aqiqah
4)      Fungsi Aqiqah
b        Kurban
1)      Definisi Qurban
2)      Syarat Pelaksanaan Qurban.
3)      Fungsi Qurban
4)      Cara penyembelihan hewan aqiqah dan qurban adalah sebagai berikut:
7.      Haji dan Umroh
a         Haji
a.     Pengertian Haji
b.      Syarat Haji
c.       Rukun Haji
d.      Wajib Haji
b        Umrah
a.     Definisi Umrah
b.     Hukum Umrah
c.    Waktu Umrah
d.   Rukun Umrah
e.    Wajib umrah
8.      Sejarah Masauknya Islam ke Nusantara
Islam datang ke Nusantara melalui perdagangan, sosial, dan pengajaran. Berdasarkan berita Cina dari zaman Dinasti Tang, Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke-7. Berita itu menyebutkan adanya serangan orang-orang Ta shish terhadap Kerajaan Ho-Ling yang pada waktu itu diperintah oleh Ratu Sima.
9.      Proses Masuknya Islam di Nusantara
a         Perdagangan
b        Pengajaran
c         Sosial
10.  Proses Penyebaran Islam di Nusantara
a         Ulama
1)      Sunan Gresik
2)      Sunan Ampel
3)      Sunan Bonang
4)      Sunan Giri
5)      Sunan Drajat
6)      Sunan Kalijaga
7)      Sunan Kudus
8)      Sunan Muria
9)      Sunan Gunungjati
b        Peranan Perdagangan
c         Peranan Pendidikan
d        Peranan Perkawinan
11.  Kerajaan Islam di Nusantara
a         Kerajaan Samudra Pasai
b        Kerajaan Aceh
c         Kerajaan Demak
d        Kerajaan Mataram
e         Kesultanan Cirebon
f         Kesultanan Banten
g        Kerajaan Gowa-Tallo
h        Kerajaan Ternate dan Tidore

B.     Saran
Demikianlah tugas penyusunan makalah ini kami persembahkan. Tulisan ini dibuat sebagai wadah untuk menambah wawasan tentang  “Materi PAI SMP kelas IX semester 1”. Tulisan ini diharapkan menjadi salah satu yang dapat membantu untuk menanamkan pemahaman tentang pembelajaran“Materi PAI SMP dan SMA/SMA”.
Kritik dan saran sangat kami harapkan dari para pembaca, khususnya dari dosen mata kuliah yang telah membimbing kami dan para mahasiswa demi kesempurnaan makalah ini. Apabila ada kekurangan dalam penyusunan makalah ini, kami mohon maaf.


DAFTAR PUSTAKA
Loso, Samroni, Mulyadi, 2011, Pendidikan Agama Islam untuk SMP Kelas IX,  Jakarta : Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan Nasional,.
Masudi, dkk, 2007, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: CV Duta Karya Ilmu



[1] Loso, Samroni, Mulyadi, Pendidikan Agama Islam untuk SMP Kelas IX,  Jakarta : Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan Nasional, 2011. Hlm 2-5
[2] Drs. Masudi, M. Ag, dkk, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: CV Duta Karya Ilmu 2007) Hlm 7
[3] Ibid.,
[4] Op, cit., 12
[5] Drs. Masudi, M. Ag, dkk, Pendidikan Agama Islam, hlm 13
[6] Ibid., 13-14
[7] Loso, Samroni, Mulyadi, Pendidikan Agama Islam untuk SMP Kelas IX, hlm 18
[8] Ibid., 20
[9] Ibid., 20-21
[10] Ibid., 28-29
[11] Drs. Masudi, M. Ag, dkk, Pendidikan Agama Islam, hlm 32
[12] Ibid., 33
[13] Ibid., 33
[14] Ibid.,
[15] Loso, Samroni, Mulyadi, Pendidikan Agama Islam untuk SMP Kelas IX, hlm 30
[16] Drs. Masudi, M. Ag, dkk, Pendidikan Agama Islam, hlm 36
[17] Ibid.,
[18] Loso, Samroni, Mulyadi, Pendidikan Agama Islam untuk SMP Kelas IX, hlm 33
[19] Drs. Masudi, M. Ag, dkk, Pendidikan Agama Islam, hlm 43
[20] Ibid.,
[21] Ibid., 44
[22] Ibid.,
[23] Ibid., 46
[24] Ibid.,
[25] Loso, Samroni, Mulyadi, Pendidikan Agama Islam untuk SMP Kelas IX, hlm 52
[26] Drs. Masudi, M. Ag, dkk, Pendidikan Agama Islam, Hlm 51
[27] Loso, Samroni, Mulyadi, Pendidikan Agama Islam untuk SMP Kelas IX, hlm 52
[28] Ibid., 53-55
[29] Loso, Samroni, Mulyadi, Pendidikan Agama Islam untuk SMP Kelas IX, hlm 55-58
[30] Drs. Masudi, M. Ag, dkk, Pendidikan Agama Islam, Hlm 56
[31] Ibid., 57
[32] Ibid., 57-58
[33] Loso, Samroni, Mulyadi, Pendidikan Agama Islam untuk SMP Kelas IX, hlm 74
[34] Ibid., 74-76
[35] Ibid., 77-78
[36] Ibid., 79
[37] Ibid., 80
[38] Ibid., 80-83
[39] Ibid., 76-85
[40] Ibid.,83-86
[41] Ibid., 86-88
[42] Ibid., 88-89

Komentar

Postingan populer dari blog ini

pengertian An-Nahyu, sighat-shigat An-Nahyu, kaidah-kaidah An-Nahyu

MAKALAH RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN(RPP)

Sistem pendidikan Islam di Indonesia