ALAT EVALUASI PEMBELAJARAN (NON TEST)


TUGAS TERSTRUKTUR

DOSEN PENGAMPU
Evaluasi Pembelajaran Quran Hadits Di MTS/MA



Dr. H. Hilmi Mizani M.Ag
ALAT EVALUASI PENDIDIKAN (NON TEST)

Oleh Kelompok 4:
Agustian ramadana putra    [1501210362]
Diniatul Munawaroh            [1501210264]
Faizatul Munawwarah         [1501210265]
Yusron Prayogi                     [1501211462]


Universitas Islam Negeri Antasari
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Pendidikan Agama Islam
Banjarmasin
2018

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunianya kepada kita semua, sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang Alhamdulillah tepat pada waktunya. Tanpa pertolongan-nya mungkin kami tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.
Sholawat serta salam tak lupa kita haturkan kepada junjungan kita baginda besar Nabi Muhammad SAW. karena beliaulah yang membawa umatnya dari zaman kegelapan menuju zaman terang benderang yang di terangi oleh iman, islam dan ikhsan.
Dalam penyelesaian makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan, terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan . karena itu sudah sepantasnya jika kami mengucapkan terima kasih kepada :
1.      Bapa Dr. H. Hilmi Mizani M.Ag selaku dosen pengampu mata kuliah evaluasi pembelajaran Quran Hadits di MTS/MA yang mana telah membimbing kami dalam proses perkuliahan.
2.      Orang tua kami yang tak henti-hentinya memberikan motivasi dan dorongan serta bantuan baik dari segi materi, maupun moral.
Kami sadar, sebagai seorang mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran, dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya, kami sangat mengharapakan kritik dan saran, guna untuk penulisan makalah yang lebih baik lagi dimasa yang akan datang, semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita Amin.






Banjarmasin, 10 April 2018



       Kelompok 4


DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................                   i
DAFTAR ISI..........................................................................................                  ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar belakang ............................................................................                  1
B.     Rumusan maslah  ........................................................................                  1
C.     Tujuan masalah............................................................................                  1
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian alat evaluasi...............................................................                  3
B.     Pengertian teknik non tes............................................................                  3
C.     Macam-macam teknik non tes.....................................................                  4
BAB III PENUTUP
Simpulan......................................................................................                13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................                14



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Di dalam  dunia pendidikan, kita  mengetahui bahwa setiap jenis atau bentuk pendidikan pada waktu-waktu tertentu selama satu periode pendidikan, selalu mengadakan evaluasi. Artinya pada waktu-waktu tertentu selama satu periode pendidikan, selalu mengadakan penilaian terhadap hasil yang telah dicapai, baik oleh pihak terdidik maupun oleh pendidik. Demikian pula dalam satu kali proses pembelajaran, guru hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai atau belum, dan apakah materi pelajaran yang diajarkan sudah tepat. Semua pertanyaan tersebut akan dapat dijawab melalui kegiatan evaluasi atau penilaian.
       Dalam fungsinya sebagai penilai hasil belajar peserta didik, guru hendaknya terus menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai oleh peserta didik dari waktu ke waktu. Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini merupakan umpan balik (feed back) terhadap proses belajar mengajar. Umpan balik ini akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar selanjutnya. Dengan demikian proses belajar mengajar akan terus dapat ditingkatkan untuk memperoleh hasil yang optimal.
Evaluasi memiliki kedudukan yang penting dalam proses pembelajaran. Dengan melakukan evaluasi, guru sebagai pengelola kegiatan pembelajaran dapat mengetahui kemampuan yang dimiliki peserta didik, ketepatan metode yang digunakan, dan keberhasilan peserta didik dalam meraih kompetensi yang telah ditetapkan.
       Berdasarkan  hasil penilaian, pendidik dapat mengambil keputusan secara tepat untuk menentukan langkah yang akan diambil selanjutnya . Hasil penilaian juga dapat memberikan motivasi  kepada peserta didik untuk berprestasi lebih baik di kemudian hari.


B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian alat evaluasi?
2.      Apa pengertian teknik non tes?
3.      Apa saja macam-macam teknik evaluasi non tes?
C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui pengertian alat evaluasi
2.      Untuk mengetahui pengertian teknik non tes
3.      Untuk mendiskripsikan macam-macam teknik evaluasi non tes

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Alat Evaluasi
            Dalam pengertian umum, alat adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang untuk melaksanakan tugas atau mencapai tujuan secara lebih efektif dan efisien. Kata “alat” biasa disebut dengan istilah “instrumen”. Dengan demikian maka alat evaluasi juga dikenal dengan instrumen evaluasi. Dalam kegiatan evaluasi, fungsi alat juga untuk memperoleh hasil yang lebih baik sesuai dengan kenyataan yang dievaluasi.
Contoh:
Jika yang di evaluasi seberapa siswa mampu mengingat nama kota, hasil evaluasinya berupa banyak siswa dapat menyebutkan nama kota yang diingat.
            Dengan pengertian tersebut maka alat evaluasi dikatakan baik apabila mampu mengevaluasi sesuatu yang dievaluasi dengan hasil seperti keadaan yang di evaluasi. Dalam menggunakan alat tersebut evaluator menggunakan cara atau teknik yang dikenal dengan teknik evaluasi. Teknik evaluasi ada dua, yaitu teknik non tes dan teknik tes.[1]
B.     Pengertian Teknik Non Tes
            Teknik non tes merupakan cara pengumpulan data tidak menggunakan alat-alat baku, dengan demikian tidak bersifat mengukur dan tidak diperoleh angka-angka sebagai hasil pengukuran. Teknik ini hanya bersifat mendeskripsikan atau memberikan gambaran, hasilnya adalah suatu deskripsi atau gambaran. Terhadap gambaran-gambaran yang diperoleh dapat dibuat interpretasi, penyimpulan - penyimpulan bahkan dengan kualifikasi tertentu.
            Dengan Teknik Non tes maka penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan dengan tanpa “menguji” peserta didik, melainkan dilakukan dengan melakukan beberapa jenis teknik non tes. Teknik non tes ini pada umumnya memegang peranan yang penting dalam rangka mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah sikap hidup (effective domain) dan ranah keterampilan (psychomotoric domain), sedangkan teknik tes sebagaimana telah dikemukakan sebelum ini, lebih banyak digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah proses berfikirnya (cognitive domain).[2]
C.    Macam-Macam Teknik Non Tes
1.      Skala Bertingkat (rating scale)
Skala menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap sesuatu hasil pertimbangan. Seperti Oppenheim mengatakan: Rating gives a numerical value to some kind of judgement, maka suatu skala selalu disajikan dalam bentuk angka.
Sebagai contoh adalah skor atau biji yang diberikan oleh guru disekolah untuk menggambarkan tingkat prestasi belajar siswa. Siswa yang mendapat skor 8, digambarkan di tempat yang lebih kanan dalam skala, dibandingkan penggambaran skor 5.
 

4          5          6          7          8
Biasanya angka-angka yang digunakan diterakan pada skala dengan jarak yang sama. Meletakkannya secara bertingkat dari yang rendah ke yang tinggi. Dengan demikian maka skala ini dinamakan skala bertingkat.
Kita dapat menilai hampir segala sesuatu dengan skala. Dengan maksud agar pencatatannya dapat objektif maka penilaian terhadap penampilan atau penggambaran kepribadian seseorang disajikan dalam bentuk skala.
Contoh:
kecenderungan seseorang terhadap jenis kesenian tertentu:
1
2
3
4
5
Sangat
Tidak suka
Biasa
Suka
Sangat suka
                                               
Skala sikap pada umumnya disajikan dalam bentuk skala bertingkat seperti dicontohkan diatas[3]

2.      Kuesioner (questionair)
Kuesioner (questionair) juga sering dikenal sebagai angket. Pada dasarnya, kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Dengan kuesioner ini orang dapat diketahui tentang keadaan / data diri, pengalaman, pengetahuan sikap atau pendapatnya dan lain-lain. Pada angket, dilaksanakan secara tertulis dan penilaian hasil belajar akan jauh lebih praktis, hemat waktu dan tenaga. Kuesioner sering digunakan untuk menilai hasil belajar ranah afektif (sikap). Ia dapat berupa kuesioner bentuk pilihan ganda (multiple choice item) dan dapat pula berbentuk skala sikap.[4]
Tentang macam kuesioner, dapat ditinjau dari beberapa segi.
a         Ditinjau dari segi siapa yang menjawab, maka ada :
1)      Kuesioner langsung
Kuesioner dikatakan langsung jika kuesioner tersebut dikirimkan dan diisi langsung oleh orang yang akan dimintai jawaban tentang dirinya.
2)      Kuesioner tidak langsung
Adalah kuesioner yang dikirimkan dan diisi oleh bukan orang yang diminta keterangannya. Kuesioner tidak langsung biasanya digunakan untuk mencari informasi tentang bawahan, anak, saudara, tetangga dan sebagainya.
b        Ditinjau dari segi cara menjawab
1)      Kuesioner tertutup
Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban lengkap sehingga pengisi hanya tinggal memberi tanda pada jawaban yang dipilih.
2)      Kuesioner terbuka
Kuesioner terbuka adalah kuesioner yang disusun sedemikian rupa sehingga para pengisi bebas mengemukakan pendapatnya. Kuesioner terbuka disusun apabila macam jawaban pengisi belum terperinci dengan jelas sehingga jawabannya akan beraneka ragam. Keterangan tentang alamat pengisi, tidak mungkin diberikan dengan cara memilih pilihan jawaban yang disediakan. Kuisioner juga digunakan untuk meminta pendapat seseorang.[5]
Kuesioner juga dapat digunakan sebagai alat bantu dalam rangka penilaian hasil belajar. Berbeda dengan wawancara di mana penilai (evaluator) berhadapan secara langsung dengan peserta didik atau dengan pihak lainnya, maka dengan menggunakan angket pengumpulan data sebagai bahan penilaian hasil belajar jauh lebih praktis, menghemat waktu dan tenaga. Hanya saja, jawaban-jawaban yanh diberikan acapkali tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya, apalagi jika pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam angket itu kurang tajam, sehingga memungkinkan bagi respondenuntuk memberikan jawaban yang diperkirakan akan melegakan atau memberikan kepuasan kepada pihak penilai.
Data yang dapat dihimpun melalui kuesioner misalnya adalah data yang berkenaan dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh para peserta didik dalam mengikuti pelajaran, cara belajar mereka, fasilitas belajarnya, bimbingan belajar, motivasi dan minat belajarnya, sikap belajarnya, sikap terhadap mata pelajaran tertentu, pandangan siswa terhadap proses pembelajaran dan sikap mereka terhadap guru.
Kuesioner sering digunakan untuk menilai hasil belajar ranah afektif. Ia bisa berupa kuesioner bentuk pilihan ganda, dan dapat pula berbentuk skala sikap. Skala yang mengukur sikap, sangat terkenal dan sering digunakan untuk mengungkap sikap peserta didik adalah skala likert.
Kuesioner sebagai alat evaluasi juga sangat berguna mengungkap latar belakang orang tua peserta didik maupun peserta didik itu sendiri, di mana data yang berhasil diperoleh melalui kuesioner itu pada suatu saat akan diperlukan, terutama apabila terjadi kasus-kasus tertentu yang menyangkut diri peserta didik.
Keunggulan angket antara lain :
a         Responden dapat menjawab dengan bebas tanpa dipengaruhi oleh hubungan dengan peneliti atau peneliti, dan waktu relatif lama, sehingga objektivitas dapat terjamin
b        Informasi atau data terkumpul lebih mudah karena item homegeni
c         Dapat digunakan untuk mengumpulkan data dari jumlah responden yang besar yang dijadikan sampel.
Sedangkan kelemahannya ialah:
a         Ada kemungkinan angket diisi oleh orang lain.
b        Hanya diperuntukkan bagi yang dapat melihat saja.
c         Responden hanya menjawab berdasaarkan jawaban yang ada saja.[6]
3.      Daftar Cocok (Check List)
Yang dimaksud dengan daftar cocok adalah deretan pertanyaan (yang biasanya singkat-singkat), dimana responden yang dievaluasi tinggal membubuhkan tanda cocok () di tempat atau kolom yang sudah disediakan.
Menurut Sobry Sutikno (2009:134) Check List adalah suatu daftar yang berisi subjek dan aspek-aspek yang akan diamati. Ada bermacam-macam aspek perbuatan yang biasanya dicantumkan dalam daftar cek, kemudian observer tinggal memberikan tanda cek pada tiap-tiap aspek tersebut sesuai dengan hasil pengamatannya. Ada pendapat yang mengatakan bahwa sebenarnya skala bertingkat dapat digolongkan ke dalam daftar cocok karena dalam skala bertingkat, responden juga diminta untuk memberikan tanda cocok pada pilihan yang tepat.
a         Macam-macam daftar cocok (check list):
1)      Daftar cocok sebagai alat observasi, yaitu daftar yang berisi kemungkinan aspek-aspek tingkah laku sebagai alat/pedoman observasi bagi guru untuk mengetahui ada tidaknya aspek-aspek tingkah laku tertentu dalam belajar pada orang yang diobservasi(siswa), sehingga observasi itu menjadi efisien.
2)      Problem daftar cocok, yaitu daftar yang berisi kemungkinan-kemungkinan masalah yang disusun sebagai alat/pedoman mawas diri dan menyatakan hasil wawasannya itu secara lebih efisien. Dengan problem daftar daftar cocok itu seseorang dapat terpancing untuk menyatakan masalah-masalah yang sedang atau pernah dihadapinya.
b        Fungsi daftar cocok dan problem daftar cocok
Baik daftar cocok maupun problem daftar cek mempunyai fungsi yang sama yaitu:
1)      Untuk memperoleh efesiensi dalam pelaksanaan evaluasi dengan pengumpulan data.
2)      Agar hasil evaluasi/data yang diperoleh bersifat teliti, mendalam dan luas, item-itemnya disusun dengan lengkap terlebih dahulu sesuai dengan tujuan pengajaran.
3)      Memvalidasikan dan mereabilitakan data yang diperoleh.
Contoh 1:
Daftar cocok tentang keaktifan peserta didik dalam diskusi kelompok pada pembelajaran Quran Hadits.
No
Nama siswa
SB
B
C
K
SK
1
Ahmad

ü



2
Nisa

ü



3
Rizal


ü


4
Taufik
ü




5
Zainuddin



ü

Keterangan :    SB       = sangat baik
                        B         = baik
                        C         = cukup
                        K         = kurang
                        SK       = sangat kurang
Contoh 2:
Daftar cek tentang kebiasaan belajar
Nama  :..................                 Kelas               :....................
Umur  :..................                 Madrasah       :....................
No.
Aspek yang dinilai
Tanggal observasi
1/9
2/9
3/9
4/9
5/9
6/9
1
Berdiskusi






2
Membuat Rangkuman






3
Latihan






4
Belajar sendiri






5
Belajar kelompok






6
Tanya jawab







4.      Interview (wawancara)
Wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan cara melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan.
a.       Tujuan wawancara
1)      Untuk memperoleh informasi secara langsung guna menjelaskan suatu dan konndisi tertentu
2)      Untuk melengkapi suatu penyelidikan ilmiyah
3)      Untuk memperoleh data agar dapat mempengaruhi situasi atau orang tertentu.
b.      Kelebihan wawancara  :
1)      Dapat berkomunikasi secara langsung kepada peserta didik, sehingga informasi yang diperoleh dapat diketahui objektifitasnya
2)      Dapat memperbaiki proses dan hasil belajar
3)      Pelaksnaan wawancara lebih fleksibel, dinamis dan personal.
c.       Kelemahan wawancara:
1)      Jika jumlah peserta didik cukup banyak, maka proses wawancara banyak menggunakan waktu, tenaga dan biaya
2)      Adakalanya terjadi wawancara yang berlarut-larut tanpa arah, sehingga data kurang dapat memenuhi apa yang diharapkan
3)      Sering timbul sikap yang kurang baik dari peserta didik dan sikap overaction dari guru sebagai pewawancara, karena itu perlu adanya adaptasi diri antara pewawancara dengan orang yang diwawancarai.[7]
5.      Observasi (pengamatan)
Teknik pengamatan atau observasi merupakan salah satu bentuk teknik nontes yang biasa dipergunakan untuk menilai sesuatu melalui pengamatan terhadap objeknya secara langsung, seksama dan sistematis. Pengamatan memungkinkan untuk melihat dan mengamati sendiri kemudian mencatat perilaku dan kejadian yang terjadi pada keadaan sebenarnya.
Menurut Moleong (2005 : 176) pengamatan dapat dibedakan menjadi dua yaitu pengamatan berperanserta dan tidak berperanserta. Dalam pengamatan yang tidak berperanserta, seseorang hanya melakukan satu fungsi yaitu mengamati tetapi pada pengamatan berperanserta seseorang disamping mengamati juga menjadi anggota dari obyek yang diamati.
a.       Kelebihan Teknik Observasi
Observasi sebagai alat penilain nontes, mempunyai beberapa kelebihan, antara lain:
1)      Observasi dapat memperoleh data berbagai aspek tingkah laku anak.
2)      Dalam observasi memungkinkan pencatatan yang serempak terhadap terjadinya suatu gejala atau kejadian yang penting.
3)      Observasi dapat dilakukan untuk melengkapi dan mengecek data yang diperoleh dari teknik lain, misalnya wawancara atau angket
4)      Observer tidak perlu mengunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan objek yang diamati, kalaupun menggunakan, maka hanya sebentar dan tidak langsung memegang peran.
b.      Kelemahan Teknik Observasi
Selain keuntungan diatas, observer juga mempunyai beberapa kelemahan, antara lain:
1)      Observer tidak dapat mengungkapakan kehidupan pribadi seseorang yang sangat dirahasiakan. Apabila seseorang yang diamati sengaja merahasiakan kehidupannya maka tidak dapat diketahui dengan observasi. Misalnya mengamati anak yang menyanyi, dia kelihatan gembira, lincah. Tetapi belum tentu hatinya gembira dan bahagia. Mungkin sebaliknya, dia sedih dan duka tetapi dirahasiakan.
2)      Apabila si objek  mengetahui kalau sedang diobservasi maka tidak mustahil tingkah lakunya dibuat-buat, agar observer merasa senang.
3)      Obserever banyak tergantung kepada faktor-faktor yang tidak dapat dikontrol sebelumnya.
c.       Langkah-langkah pedoman observasi
1)      Merumuskan pedoman observasi
2)      Membuat layout atau kisi-kisi observasi
3)      Menyusun pedoman observasi
4)      Menyusun aspek-aspek yang diobservasi, baik yang berkenaan dengan proses belajar peserta didik maupun kepribadiannya
5)      Melakukan uji-coba pedoman observasi untuk meliht kelemahan pedoman-pedoman observasi
6)      Merevisi pedoman observasi berdasarkan hasil uji coba
7)      Melaksanakan observasi pada kegiatan berlangsung
8)      Mengolah dan menafsirkan hasil observasi[8]
Contoh pedoman observasi praktik membaca al-Quran:
Tujuan : untuk memperoleh data tentang kemampuan peserta didik dalam membaca al-Quran dengan fasih
Petunjuk : berikan tanda chek ( ) pada kolom-kolom skala nilai (A-B-C-D-E) sesuai dengan hasil observasi
Nama                             :
Matapelajaran                :
Pokok pembahasan        :
Kelas/semester               :
Hari/tanggal                   :
No.
Aspek-Aspek Yang Di Observasi
Skala  Nilai
Ket.
A
B
C
D
E
1.
Hukum bacaan nun mati/tanwin







a. Idzhar






b. Ikhfa






c. Iqlab






d. Idgam bigunnah






e. Idgam bila gunnah






2.
Tingkat kelancaran dalam membaca al-Quran






Kesimpulan :
Saran           :
              Observi,                                                   observer

             (..............)                                               (.................)

6.      Riwayat Hidup
Riwayat hidup adalah gambaran tentang keadaan seseorang selama masa kehidupannya. Dengan mempelajari riwayat hidup, maka subjek evaluasi akan dapat menarik kesimpulan tentang kepribadian, kebiasaan, dan sikap dari subjek yang dinilai.[9]



BAB III
PENUTUP
Simpulan
Alat evaluasi juga dikenal dengan instrumen evaluasi. Dalam kegiatan evaluasi, fungsi alat juga untuk memperoleh hasil yang lebih baik sesuai dengan kenyataan yang dievaluasi.
Teknik non tes merupakan cara pengumpulan data tidak menggunakan alat-alat baku, dengan demikian tidak bersifat mengukur dan tidak diperoleh angka-angka sebagai hasil pengukuran. Teknik ini hanya bersifat mendeskripsikan atau memberikan gambaran, hasilnya adalah suatu deskripsi atau gambaran.
Macam-Macam Teknik Non Tes
Yang tergolong teknik nontes adalah:
ü  skala bertingkat (rating scale)
ü  kuesioner (questionair)
ü  daftar cocok (check list)
ü  wawancara (interview)
ü  pengamatan (observasi)
ü  riwayat hidup



DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi Pemelajaran, Jakarta: Departemen Agama RI
Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta:Bumi Aksara,
Sudijono, Anas. 2005. Pengantar evaluasi pendidikan, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.


[1] Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:Bumi Aksara,2012), h. 25-26
[2] Anas Sudijono, Pengantar evaluasi pendidikan, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2005), h. 75-76

[3] Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, h.27
[4] Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, h.42
[5]Ibid., h.43
[6] Zainal Arifin, Evaluasi Pemelajaran, Jakarta: Departemen Agama RI 2009) h.163
[7] Zainal arifin, Evalasi pemelajaran, h.150
[8] Ibid., h.150-151
[9] Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, h. 46

Komentar

Postingan populer dari blog ini

pengertian An-Nahyu, sighat-shigat An-Nahyu, kaidah-kaidah An-Nahyu

MAKALAH RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN(RPP)

Sistem pendidikan Islam di Indonesia