ALAT EVALUASI PEMBELAJARAN (NON TEST)
TUGAS TERSTRUKTUR
|
|
DOSEN PENGAMPU
|
Evaluasi Pembelajaran Quran Hadits Di MTS/MA
|
|
Dr. H. Hilmi Mizani M.Ag
|
ALAT EVALUASI PENDIDIKAN (NON TEST)
Oleh Kelompok 4:
Agustian ramadana putra [1501210362]
Diniatul Munawaroh [1501210264]
Faizatul Munawwarah [1501210265]
Yusron Prayogi [1501211462]
Universitas Islam Negeri Antasari
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Pendidikan Agama Islam
Banjarmasin
2018
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Pendidikan Agama Islam
Banjarmasin
2018
KATA
PENGANTAR
Puji
dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunianya kepada kita semua, sehingga kami berhasil menyelesaikan
makalah ini yang Alhamdulillah tepat pada waktunya. Tanpa pertolongan-nya
mungkin kami tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.
Sholawat
serta salam tak lupa kita haturkan kepada junjungan kita baginda besar Nabi
Muhammad SAW. karena beliaulah yang membawa umatnya dari zaman kegelapan menuju
zaman terang benderang yang di terangi oleh iman, islam dan ikhsan.
Dalam
penyelesaian makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan, terutama disebabkan
oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan . karena
itu sudah sepantasnya jika kami mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Bapa
Dr. H. Hilmi Mizani M.Ag selaku
dosen pengampu mata kuliah evaluasi pembelajaran Quran Hadits di
MTS/MA yang mana telah membimbing kami dalam proses perkuliahan.
2.
Orang
tua kami yang tak henti-hentinya memberikan motivasi dan dorongan serta bantuan
baik dari segi materi, maupun moral.
Kami
sadar, sebagai seorang mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran, dalam
penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya, kami sangat mengharapakan
kritik dan saran, guna untuk penulisan makalah yang lebih baik lagi dimasa yang
akan datang, semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita Amin.
Banjarmasin, 10 April 2018
Kelompok 4
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang ............................................................................ 1
B.
Rumusan
maslah ........................................................................ 1
C.
Tujuan
masalah............................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian
alat evaluasi............................................................... 3
B.
Pengertian
teknik non tes............................................................ 3
C.
Macam-macam
teknik non tes..................................................... 4
BAB III PENUTUP
Simpulan...................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 14
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Di dalam dunia pendidikan, kita mengetahui bahwa setiap jenis atau bentuk
pendidikan pada waktu-waktu tertentu selama satu periode pendidikan, selalu
mengadakan evaluasi. Artinya pada waktu-waktu tertentu selama satu periode
pendidikan, selalu mengadakan penilaian terhadap hasil yang telah dicapai, baik
oleh pihak terdidik maupun oleh pendidik. Demikian pula dalam satu kali proses
pembelajaran, guru hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik. Kegiatan ini
dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai
atau belum, dan apakah materi pelajaran yang diajarkan sudah tepat. Semua
pertanyaan tersebut akan dapat dijawab melalui kegiatan evaluasi atau
penilaian.
Dalam fungsinya sebagai penilai
hasil belajar peserta didik, guru hendaknya terus menerus mengikuti hasil
belajar yang telah dicapai oleh peserta didik dari waktu ke waktu. Informasi
yang diperoleh melalui evaluasi ini merupakan umpan balik (feed back) terhadap
proses belajar mengajar. Umpan balik ini akan dijadikan titik tolak untuk
memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar selanjutnya. Dengan
demikian proses belajar mengajar akan terus dapat ditingkatkan untuk memperoleh
hasil yang optimal.
Evaluasi memiliki kedudukan yang
penting dalam proses pembelajaran. Dengan melakukan evaluasi, guru sebagai
pengelola kegiatan pembelajaran dapat mengetahui kemampuan yang dimiliki
peserta didik, ketepatan metode yang digunakan, dan keberhasilan peserta didik
dalam meraih kompetensi yang telah ditetapkan.
Berdasarkan hasil penilaian, pendidik dapat mengambil
keputusan secara tepat untuk menentukan langkah yang akan diambil selanjutnya .
Hasil penilaian
juga dapat memberikan motivasi kepada
peserta didik untuk berprestasi lebih baik di kemudian hari.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa pengertian alat evaluasi?
2.
Apa pengertian teknik non tes?
3.
Apa saja macam-macam teknik evaluasi
non tes?
C.
Tujuan
Penulisan
1.
Untuk mengetahui pengertian alat
evaluasi
2.
Untuk mengetahui pengertian teknik
non tes
3.
Untuk mendiskripsikan macam-macam
teknik evaluasi non tes
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Alat
Evaluasi
Dalam
pengertian umum, alat adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah
seseorang untuk melaksanakan tugas atau mencapai tujuan secara lebih efektif
dan efisien. Kata “alat” biasa disebut dengan istilah “instrumen”. Dengan
demikian maka alat evaluasi juga dikenal dengan instrumen evaluasi. Dalam
kegiatan evaluasi, fungsi alat juga untuk memperoleh hasil yang lebih baik
sesuai dengan kenyataan yang dievaluasi.
Contoh:
Jika yang di evaluasi seberapa siswa mampu mengingat
nama kota, hasil evaluasinya berupa banyak siswa dapat menyebutkan nama kota
yang diingat.
Dengan
pengertian tersebut maka alat evaluasi dikatakan baik apabila mampu
mengevaluasi sesuatu yang dievaluasi dengan hasil seperti keadaan yang di
evaluasi. Dalam menggunakan alat tersebut evaluator menggunakan cara atau
teknik yang dikenal dengan teknik evaluasi. Teknik evaluasi ada dua, yaitu
teknik non tes dan teknik tes.[1]
B.
Pengertian
Teknik Non Tes
Teknik
non tes merupakan cara pengumpulan data tidak menggunakan alat-alat baku,
dengan demikian tidak bersifat mengukur dan tidak diperoleh angka-angka sebagai
hasil pengukuran. Teknik ini hanya bersifat mendeskripsikan atau memberikan
gambaran, hasilnya adalah suatu deskripsi atau gambaran. Terhadap
gambaran-gambaran yang diperoleh dapat dibuat interpretasi, penyimpulan -
penyimpulan bahkan dengan kualifikasi tertentu.
Dengan
Teknik Non tes maka penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik
dilakukan dengan tanpa “menguji” peserta didik, melainkan dilakukan dengan
melakukan beberapa jenis teknik non tes. Teknik non tes ini pada umumnya
memegang peranan yang penting dalam rangka mengevaluasi hasil belajar peserta
didik dari segi ranah sikap hidup (effective domain) dan ranah keterampilan
(psychomotoric domain), sedangkan teknik tes sebagaimana telah dikemukakan
sebelum ini, lebih banyak digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar peserta
didik dari segi ranah proses berfikirnya (cognitive domain).[2]
C. Macam-Macam Teknik Non Tes
1. Skala Bertingkat (rating scale)
Skala menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap sesuatu hasil
pertimbangan. Seperti Oppenheim mengatakan: Rating gives a numerical value
to some kind of judgement, maka suatu skala selalu disajikan dalam bentuk
angka.
Sebagai contoh adalah skor atau biji yang diberikan oleh guru disekolah
untuk menggambarkan tingkat prestasi belajar siswa. Siswa yang mendapat skor 8,
digambarkan di tempat yang lebih kanan dalam skala, dibandingkan penggambaran
skor 5.
4 5 6 7 8
Biasanya angka-angka yang digunakan diterakan pada skala dengan jarak yang
sama. Meletakkannya secara bertingkat dari yang rendah ke yang tinggi. Dengan
demikian maka skala ini dinamakan skala bertingkat.
Kita dapat menilai hampir segala sesuatu dengan skala. Dengan maksud agar pencatatannya
dapat objektif maka penilaian terhadap penampilan atau penggambaran kepribadian
seseorang disajikan dalam bentuk skala.
Contoh:
kecenderungan
seseorang terhadap jenis kesenian tertentu:
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
Sangat
|
Tidak suka
|
Biasa
|
Suka
|
Sangat suka
|
Skala sikap pada umumnya disajikan dalam bentuk skala bertingkat seperti
dicontohkan diatas[3]
2. Kuesioner (questionair)
Kuesioner (questionair) juga sering dikenal sebagai angket. Pada dasarnya,
kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan
diukur (responden). Dengan kuesioner ini orang dapat diketahui tentang keadaan
/ data diri, pengalaman, pengetahuan sikap atau pendapatnya dan lain-lain. Pada
angket, dilaksanakan secara tertulis dan penilaian hasil belajar akan jauh
lebih praktis, hemat waktu dan tenaga. Kuesioner sering digunakan untuk menilai
hasil belajar ranah afektif (sikap). Ia dapat berupa kuesioner bentuk pilihan
ganda (multiple choice item) dan dapat pula berbentuk skala sikap.[4]
Tentang
macam kuesioner, dapat ditinjau dari beberapa segi.
a
Ditinjau dari segi siapa yang
menjawab, maka ada :
1)
Kuesioner langsung
Kuesioner dikatakan langsung jika kuesioner tersebut
dikirimkan dan diisi langsung oleh orang yang akan dimintai jawaban tentang
dirinya.
2)
Kuesioner tidak langsung
Adalah kuesioner yang dikirimkan dan diisi oleh bukan
orang yang diminta keterangannya. Kuesioner tidak langsung biasanya digunakan
untuk mencari informasi tentang bawahan, anak, saudara, tetangga dan
sebagainya.
b
Ditinjau dari segi cara menjawab
1)
Kuesioner tertutup
Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang disusun
dengan menyediakan pilihan jawaban lengkap sehingga pengisi hanya tinggal
memberi tanda pada jawaban yang dipilih.
2)
Kuesioner terbuka
Kuesioner terbuka adalah kuesioner yang disusun sedemikian
rupa sehingga para pengisi bebas mengemukakan pendapatnya. Kuesioner terbuka
disusun apabila macam jawaban pengisi belum terperinci dengan jelas sehingga
jawabannya akan beraneka ragam. Keterangan tentang alamat pengisi, tidak
mungkin diberikan dengan cara memilih pilihan jawaban yang disediakan.
Kuisioner juga digunakan untuk meminta pendapat seseorang.[5]
Kuesioner juga dapat digunakan sebagai alat bantu dalam rangka penilaian
hasil belajar. Berbeda dengan wawancara di mana penilai (evaluator) berhadapan
secara langsung dengan peserta didik atau dengan pihak lainnya, maka dengan
menggunakan angket pengumpulan data sebagai bahan penilaian hasil belajar jauh
lebih praktis, menghemat waktu dan tenaga. Hanya saja, jawaban-jawaban yanh
diberikan acapkali tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya, apalagi jika
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam angket itu kurang tajam, sehingga
memungkinkan bagi respondenuntuk memberikan jawaban yang diperkirakan akan
melegakan atau memberikan kepuasan kepada pihak penilai.
Data yang dapat dihimpun melalui kuesioner misalnya adalah data yang
berkenaan dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh para peserta didik
dalam mengikuti pelajaran, cara belajar mereka, fasilitas belajarnya, bimbingan
belajar, motivasi dan minat belajarnya, sikap belajarnya, sikap terhadap mata
pelajaran tertentu, pandangan siswa terhadap proses pembelajaran dan sikap
mereka terhadap guru.
Kuesioner sering digunakan untuk menilai hasil belajar ranah afektif. Ia
bisa berupa kuesioner bentuk pilihan ganda, dan dapat pula berbentuk skala
sikap. Skala yang mengukur sikap, sangat terkenal dan sering digunakan untuk
mengungkap sikap peserta didik adalah skala likert.
Kuesioner sebagai alat evaluasi juga sangat berguna mengungkap latar belakang
orang tua peserta didik maupun peserta didik itu sendiri, di mana data yang
berhasil diperoleh melalui kuesioner itu pada suatu saat akan diperlukan,
terutama apabila terjadi kasus-kasus tertentu yang menyangkut diri peserta
didik.
Keunggulan
angket antara lain :
a
Responden dapat menjawab dengan
bebas tanpa dipengaruhi oleh hubungan dengan peneliti atau peneliti, dan waktu
relatif lama, sehingga objektivitas dapat terjamin
b
Informasi atau data terkumpul lebih
mudah karena item homegeni
c
Dapat digunakan untuk mengumpulkan
data dari jumlah responden yang besar yang dijadikan sampel.
Sedangkan kelemahannya ialah:
a
Ada kemungkinan angket diisi oleh
orang lain.
b
Hanya diperuntukkan bagi yang dapat
melihat saja.
c
Responden hanya menjawab
berdasaarkan jawaban yang ada saja.[6]
3. Daftar Cocok (Check List)
Yang dimaksud dengan daftar cocok adalah deretan pertanyaan (yang biasanya
singkat-singkat), dimana responden yang dievaluasi tinggal membubuhkan tanda
cocok (√) di tempat atau kolom yang sudah disediakan.
Menurut Sobry Sutikno (2009:134) Check List adalah suatu daftar yang berisi
subjek dan aspek-aspek yang akan diamati. Ada bermacam-macam aspek perbuatan
yang biasanya dicantumkan dalam daftar cek, kemudian observer tinggal
memberikan tanda cek pada tiap-tiap aspek tersebut sesuai dengan hasil
pengamatannya. Ada pendapat yang mengatakan bahwa sebenarnya skala bertingkat
dapat digolongkan ke dalam daftar cocok karena dalam skala bertingkat,
responden juga diminta untuk memberikan tanda cocok pada pilihan yang tepat.
a
Macam-macam daftar cocok (check
list):
1)
Daftar cocok sebagai alat observasi,
yaitu daftar yang berisi kemungkinan aspek-aspek tingkah laku sebagai
alat/pedoman observasi bagi guru untuk mengetahui ada tidaknya aspek-aspek
tingkah laku tertentu dalam belajar pada orang yang diobservasi(siswa),
sehingga observasi itu menjadi efisien.
2)
Problem daftar cocok, yaitu daftar
yang berisi kemungkinan-kemungkinan masalah yang disusun sebagai alat/pedoman
mawas diri dan menyatakan hasil wawasannya itu secara lebih efisien. Dengan
problem daftar daftar cocok itu seseorang dapat terpancing untuk menyatakan
masalah-masalah yang sedang atau pernah dihadapinya.
b
Fungsi daftar cocok dan problem
daftar cocok
Baik daftar cocok maupun problem daftar cek mempunyai
fungsi yang sama yaitu:
1)
Untuk memperoleh efesiensi dalam
pelaksanaan evaluasi dengan pengumpulan data.
2)
Agar hasil evaluasi/data yang
diperoleh bersifat teliti, mendalam dan luas, item-itemnya disusun dengan
lengkap terlebih dahulu sesuai dengan tujuan pengajaran.
3)
Memvalidasikan dan mereabilitakan
data yang diperoleh.
Contoh 1:
Daftar cocok
tentang keaktifan peserta didik dalam diskusi kelompok pada pembelajaran Quran
Hadits.
No
|
Nama siswa
|
SB
|
B
|
C
|
K
|
SK
|
1
|
Ahmad
|
|
ü
|
|
|
|
2
|
Nisa
|
|
ü
|
|
|
|
3
|
Rizal
|
|
|
ü
|
|
|
4
|
Taufik
|
ü
|
|
|
|
|
5
|
Zainuddin
|
|
|
|
ü
|
|
Keterangan : SB = sangat baik
B = baik
C = cukup
K = kurang
SK = sangat kurang
Contoh 2:
Daftar cek
tentang kebiasaan belajar
Nama :.................. Kelas :....................
Umur :.................. Madrasah :....................
No.
|
Aspek yang
dinilai
|
Tanggal
observasi
|
|||||
1/9
|
2/9
|
3/9
|
4/9
|
5/9
|
6/9
|
||
1
|
Berdiskusi
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Membuat
Rangkuman
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Latihan
|
|
|
|
|
|
|
4
|
Belajar
sendiri
|
|
|
|
|
|
|
5
|
Belajar
kelompok
|
|
|
|
|
|
|
6
|
Tanya
jawab
|
|
|
|
|
|
|
4.
Interview
(wawancara)
Wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan
dengan cara melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dengan
arah serta tujuan yang telah ditentukan.
a.
Tujuan wawancara
1)
Untuk memperoleh informasi secara
langsung guna menjelaskan suatu dan konndisi tertentu
2)
Untuk melengkapi suatu penyelidikan
ilmiyah
3)
Untuk memperoleh data agar dapat
mempengaruhi situasi atau orang tertentu.
b.
Kelebihan wawancara :
1)
Dapat berkomunikasi secara langsung
kepada peserta didik, sehingga informasi yang diperoleh dapat diketahui
objektifitasnya
2)
Dapat memperbaiki proses dan hasil
belajar
3)
Pelaksnaan wawancara lebih
fleksibel, dinamis dan personal.
c.
Kelemahan wawancara:
1)
Jika jumlah peserta didik cukup
banyak, maka proses wawancara banyak menggunakan waktu, tenaga dan biaya
2)
Adakalanya terjadi wawancara yang
berlarut-larut tanpa arah, sehingga data kurang dapat memenuhi apa yang
diharapkan
3)
Sering timbul sikap yang kurang baik
dari peserta didik dan sikap overaction dari guru sebagai pewawancara, karena
itu perlu adanya adaptasi diri antara pewawancara dengan orang yang
diwawancarai.[7]
5.
Observasi
(pengamatan)
Teknik pengamatan atau observasi merupakan salah satu bentuk teknik nontes
yang biasa dipergunakan untuk menilai sesuatu melalui pengamatan terhadap
objeknya secara langsung, seksama dan sistematis. Pengamatan memungkinkan untuk
melihat dan mengamati sendiri kemudian mencatat perilaku dan kejadian yang
terjadi pada keadaan sebenarnya.
Menurut Moleong (2005 : 176) pengamatan dapat dibedakan menjadi dua yaitu
pengamatan berperanserta dan tidak berperanserta. Dalam pengamatan yang tidak
berperanserta, seseorang hanya melakukan satu fungsi yaitu mengamati tetapi
pada pengamatan berperanserta seseorang disamping mengamati juga menjadi anggota
dari obyek yang diamati.
a.
Kelebihan Teknik Observasi
Observasi
sebagai alat penilain nontes, mempunyai beberapa kelebihan, antara lain:
1)
Observasi
dapat memperoleh data berbagai aspek tingkah laku
anak.
2)
Dalam observasi memungkinkan
pencatatan yang serempak terhadap terjadinya suatu gejala atau
kejadian yang penting.
3)
Observasi dapat dilakukan untuk
melengkapi dan mengecek data yang diperoleh dari teknik lain, misalnya
wawancara atau angket
4)
Observer tidak perlu mengunakan
bahasa untuk berkomunikasi dengan objek yang diamati, kalaupun menggunakan,
maka hanya sebentar dan tidak langsung memegang peran.
b.
Kelemahan Teknik Observasi
Selain keuntungan diatas, observer juga
mempunyai beberapa kelemahan, antara lain:
1)
Observer tidak dapat mengungkapakan
kehidupan pribadi seseorang yang sangat dirahasiakan. Apabila seseorang yang
diamati sengaja merahasiakan kehidupannya maka tidak dapat diketahui dengan
observasi. Misalnya mengamati anak yang menyanyi, dia kelihatan gembira,
lincah. Tetapi belum tentu hatinya gembira dan bahagia. Mungkin sebaliknya, dia
sedih dan duka tetapi dirahasiakan.
2)
Apabila si objek mengetahui kalau sedang diobservasi maka
tidak mustahil tingkah lakunya dibuat-buat, agar observer merasa senang.
3)
Obserever banyak tergantung kepada
faktor-faktor yang tidak dapat dikontrol sebelumnya.
c.
Langkah-langkah pedoman observasi
1)
Merumuskan pedoman observasi
2)
Membuat layout atau kisi-kisi
observasi
3)
Menyusun pedoman observasi
4)
Menyusun aspek-aspek yang diobservasi,
baik yang berkenaan dengan proses belajar peserta didik maupun kepribadiannya
5)
Melakukan uji-coba pedoman observasi
untuk meliht kelemahan pedoman-pedoman observasi
6)
Merevisi pedoman observasi
berdasarkan hasil uji coba
7)
Melaksanakan observasi pada kegiatan
berlangsung
8)
Mengolah dan menafsirkan hasil
observasi[8]
Contoh
pedoman observasi praktik membaca al-Quran:
Tujuan : untuk
memperoleh data tentang kemampuan peserta didik dalam membaca al-Quran dengan
fasih
Petunjuk : berikan
tanda chek (
) pada kolom-kolom skala nilai (A-B-C-D-E) sesuai
dengan hasil observasi
Nama :
Matapelajaran :
Pokok pembahasan :
Kelas/semester :
Hari/tanggal :
|
|||||||
No.
|
Aspek-Aspek
Yang Di Observasi
|
Skala Nilai
|
Ket.
|
||||
A
|
B
|
C
|
D
|
E
|
|||
1.
|
Hukum bacaan nun mati/tanwin
|
|
|
|
|
|
|
|
a. Idzhar
|
|
|
|
|
|
|
b. Ikhfa
|
|
|
|
|
|
|
|
c. Iqlab
|
|
|
|
|
|
|
|
d. Idgam
bigunnah
|
|
|
|
|
|
|
|
e. Idgam
bila gunnah
|
|
|
|
|
|
|
|
2.
|
Tingkat kelancaran dalam membaca
al-Quran
|
|
|
|
|
|
|
Kesimpulan :
Saran :
Observi,
observer
(..............)
(.................)
|
6. Riwayat Hidup
Riwayat hidup adalah gambaran
tentang keadaan seseorang selama masa kehidupannya. Dengan mempelajari riwayat
hidup, maka subjek evaluasi akan dapat menarik kesimpulan tentang kepribadian,
kebiasaan, dan sikap dari subjek yang dinilai.[9]
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Alat evaluasi juga dikenal dengan
instrumen evaluasi. Dalam kegiatan evaluasi, fungsi alat juga untuk memperoleh
hasil yang lebih baik sesuai dengan kenyataan yang dievaluasi.
Teknik non tes merupakan cara
pengumpulan data tidak menggunakan alat-alat baku, dengan demikian tidak
bersifat mengukur dan tidak diperoleh angka-angka sebagai hasil pengukuran.
Teknik ini hanya bersifat mendeskripsikan atau memberikan gambaran, hasilnya
adalah suatu deskripsi atau gambaran.
Macam-Macam Teknik Non Tes
Yang tergolong teknik nontes adalah:
ü skala
bertingkat (rating scale)
ü kuesioner
(questionair)
ü daftar cocok
(check list)
ü wawancara
(interview)
ü pengamatan
(observasi)
ü riwayat
hidup
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal.
2009. Evaluasi Pemelajaran, Jakarta: Departemen Agama RI
Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-dasar Evaluasi
Pendidikan, Jakarta:Bumi Aksara,
Sudijono, Anas. 2005. Pengantar evaluasi pendidikan,
Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.
[2] Anas Sudijono, Pengantar
evaluasi pendidikan, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2005), h. 75-76
[3] Suharsimi
Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, h.27
[4] Suharsimi
Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, h.42
[6] Zainal Arifin,
Evaluasi Pemelajaran, Jakarta: Departemen Agama RI 2009) h.163
[7] Zainal arifin,
Evalasi pemelajaran, h.150
[8] Ibid.,
h.150-151
Komentar
Posting Komentar