BK: Kesalahpahaman Bimbingan dan Konseling
BAB II
PEMBAHASAN
A . Kesalahpahaman Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konseling merupakan bantuan yang
diberikan kepada seseorang individu atau sekelompok orang agar mereka itu dapat
berkembang menjadi pribadi-pribadi yang mandiri.[1]
Penyelenggaraan bimbingan konseling sudah sejak lama dijalankan bahkan disetiap
jenjang pendidikan ada penyampaian dan penerapan bimbingan koseling. Pemahaman
orang dalam melihat bimbingan dan konseling, baik dalam tatanan konsep maupun
praktiknya, sangat mengganggu terhadap pencitraan dan laju pengembangan profesi
ini. Kekeliruan pemahaman ini tidak hanya terjadi dikalangan orang-orang yang
berada diluar bimbingan dan konseling tetapi juga banyak ditemukan dikalangan
orang-orang terlibat langsung dengan bimbingan dan konseling. Di samping itu,
literature yang memberikan wawasan, pengertian, dan berbagai seluk beluk teori
dan praktek bimbingan dan konseling yang dapat memperluas dan mengarahkan
pemahaman mereka itu juga masih sangat terbatas. Melihat hal tersebut, maka tak
heran bila dalam kenyataannya masih banyak terjadi kesalahpahaman tentang
bimbingan dan konseling. Kesalahpahaman yang sering dijumpai di lapangan antara
lain adalah sebagai berikut:
1.
Bimbingan
dan konseling disamakan saja dengan atau dipisahkan sama sekali dari pendidikan
Ada dua pendapat yang ekstern berkenaan dengan
pelayanan bimbingan dan konseling:
a.
Bimbingan
dan konseling sama saja dengan pendidikan. Paradigma ini menganggap bahwa
pelayanan khusus bimbingan dan konseling tidak disekolah. Akibatnya sekolah
cenderung mengutamakan pengajaran dan mengabaikan aspek aspeklain dari
pendidikan serta serta tidak melihat sama sekali pentingnya bimbingan dan
konseling.
b.
Pelayanan
bimbingan dan konseling harus benar benar dilaksanakan secara khusus oleh
tenaga yang benar benar ahli dengan perlengkapan (alat, tempat dan sarana) yang
benar benar memenuhi syarat. Untuk menjadi konselor yang baik, seseorang perlu
menguasai keterampilan dasar, baik kerampilan pribadi dalam memberikan
konseling maupun kematangan dalam penyusunan program bimbingan dan konseling
disekolah.
2.
Konselor
disekoalah dianggap sebagai polisi sekolah
Konselor ditugaskan mencari mencari siswa
yang bersalah dan diberi wewenang untuk mengambil tindakan bagi siswa-siswi
yang bersalah, konselor didoronguntuk mencari bukti-bukti atau berusaha agar
siswa mengaku bahwa ia telah berbuat sesuatu yang tidak pada tempatnya atau
kurang wajar, atau merugikan. Berdasarkan pandangan itu , wajar bila siswa
tidak mau datang kepada konselor karena menganggap bahwa dengan datang kepada
konselor berarti menunjukkan aib, ia mengalami ketidakberesan tertentu, ia
tidak dapat berdiri sendiri, ia telah berbuat salah, atau predikat-predikat
negative lainnya. Pada hal, sebaliknya dari segenap anggapan yang merugikan itu
disekolah konselor haruslah menjadi teman dan kepercayaan siswa serta tempat
pencurahan kepentingan siswa.
3.
Bimbingan
dan konseling semata mata sebagai proses pemberian nasihat.
Bimbingan dan konseling bukan hanya
bantuan yang berupa pemberian nasihat. Pemberian nasihat hanyalah merupakan
sebagian kecil dari upaya-upaya bimbingan dan konseling. Pelayanan bimbingan
dan konseling menyangkut seluruh kepentingan siswa dalam rangka pengembangan
pribadi siswa secara optimal. Disamping memerlukan pemberian nasihat, pada
umumnya siswa sesuai dengan masalah yang dialaminya, memerlukan pula pelayanan
lain seperti pemberian informasi, penempatan dan penyaluran, konseling,
bimbingan belajar, pengalihtangan kepada petugas yang lebih ahli dan berwenang,
layanan kepada orang tua siswa dan masyarakat dan lain sebagainya.
4.
Bimbingan
dan konseling dibatasi pada hanya menangani yang bersifat incidental.
Pada hakikatnya pelayanan itu
sendiri menjangkau dimensi waktu yang lebih luas, yaitu yang lalu, sekarang dan
yang akan datang. Maka petugas BK harus terus memasyarakatkan dan membangun
suasana bimbingan dan konseling serta mempu melihat hal hal tertentu yang perlu
diolah ditanggulangi, diarahkan, dibangkitkandan secara umum diperhatikan demi
perkembangan individu.
5.
Bimbingan
dan konseling dibatasi hanya untuk siswa siswa tertenntu saja.
Bimbingan dan konseling tidak hanya
diperuntukkan bagi siswa yang bermasalah atau siswa yang memiliki kelebihan
tertentu saja, namun bimbingan dan konseling harus dapat melayani seluruh siswa
(Guidance and Caunseling For All). Setiap siswa berhak mendapatkan
kesempatan pelayanan yang sama, melalui berbagai bentuk pelayanan bimbingan dan
konseling yang tersedia.
6.
Bimbingan
dan konseling melayani orang sakit atau kurang normal
Bimbingan dan konseling tidak
melayani orang sakit atau kurang normal karena bimbingan dan konseling hanya
melayani orang-orang yang normal yang mengalami masalah. Malalui bantuan
psikologi yang diberikan konselor diharapkan orang tersebut dapat terbebas dari
masalah yang menghadapinya. Jika seseorang mengalami keabnormalan tentunya
menjadi wewenang psikiater atau dokter untuk penyembuhannya
7.
Bimbingan
dan konseling bekerja sendiri.
Pelayanan bimbingan dan konseling
bukan proses yang terisolasi, melainkan proses yang sarat dengan unsur-unsur
budaya, sosial, lingkungan. Oleh karnanya pelayanan bimbingan dan konseling
tidak mungkin menyendiri. Konselor perlu berkerja sama dengan orang-orang yang
diharapkan dapat membantu penanggulangan masalah yang sedang dihadapi siswa. Misalnya,
Disekolah masalah-masalah yang dihadapi siswa tidak berdiri sendiri. Masalah
itu sering kali terkait dengan orang tuan, guru, dan pihak-pihak lain, terkait
pula dengan berbagai unsur lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat sekitar.
8.Siswa menganggap bahwa guru Bimbingan dan Konseling
adalah sebagai guru yang
Bimbingan konseling ditakuti
Kebanyakan para siswa menganggap
bahwa guru i dan Konseling yang ada di sekolah adalah guru yang menakutkan,
padahal guru tersebut diperuntukkan kepada siswa yang mempunyai suatu
permasalahan. Agar kepribadian terus berkembang dan berubah selama hidup.[2]
9.
Menganggap
pekerjaan bimbingan dan konseling dapat dilakukan siapapun.
Pekerjaan bimbingan dan konseling dapat dilakukan oleh
siapa saja, jika dianggap sebagai pekerjaan yang mudah dan dapat dilakukan
secara amatiran saja. Tapi jika pekerjaan bimbingan dan konseling dilaksanakan
berdasarkan prinsip-prisip keilmuan (mengikuti filosofi, tujuan, metode, dan
asas-asas tertentu), dengan kata lain dilaksanakan secara professional, maka
pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang.
10. Pelayanan
bimbingan dan konseling berpusat pada keluhan pertama saja.
Pada umumnya usaha pemberian bantuan
memang diawali dengan melihat gejala-gejala atau keluhan awal yang disampaikan
oleh siswa. Namun demikian, jika permasalahan itu dilanjutkan, dialami, dan
dikembangkan, sering kali ternyata bahwa masalah yang sebenarnya lebuh jauh,
lebih luas dan lebih pelik apa yang sekedar tampak atau disampaikan itu. Konselor
tidak boleh terpukau oleh keluhan atau masalah yang pertama yang disampaikan
oleh siswa. Konselor harus mampu menyelami sedalam-dalamnya masalah siswa yang
sebenarnya.
11. Menyamakan
pekerjaan bimbingan dan konseling dengan pekerjaan dokter atau psikiater.
pekerjaan bimbingan dan konseling
tidak lah persis sama dengan pekerjaan dokter atau psikiater. Dokter atau
psikiater berkerja dengan orang sakit, sedangkan konselor berkerja dengan orang
yang normal (sehat namun sedang mengalami masalah). Cara penyembuhan yang
dilakukan dokter atau psikiater bersifat reseptual dan pemberian obat, serta
teknis medis lainnya, sementara bimbingan dan konseling memberikan cara-cara
pemecahan masalah secara konseptual melalui pengubahan orientasi pribadi,
penguatan mental / psikis, modifikasi perilaku, teknik-teknik khas bimbingan
dan konseling.
B . Penyebab Kesalahpahaman
Bimbingan dan Konseling
Ada beberapa penyebap timbulnya
kesalahpahaman dalam Bimbingan dan konseling, sebagai analisis penyebab
tinggi/rendahnya hasil penilaian tentang dampak kegiatan bimbingan di sekolah[3].
Diantaranya adalah sebagai berikut :
1.
Kesalahpahaman-kesalahpahaman
diatas diakibatkan karena bidang BK masih tergolong baru dan merupakan produk
impor sehingga menyebabkan para pelaksanaannya dilapangan belum terlalu
mengetahui BK secara menyeluruh
2.
Penyebabnya
dari konselor itu sendiri. Banyak yang bukan dari tamatan BK itu sendiri yang
menjadi pelaksanan BK, sehingga tidak efesiennya pelaksanaan BK dilapangan, dan
juga pelaksanaan yang belum efesin dari guru BK itu sendiri, tidak jelasnya
program yang akan dijalankan, baik program harian, mingguan, bulanan maupun
semesteran, walaupun dia dari tamatan BK itu sendiri.
3. Masih belum
disepakatinya penggunaan istilah Bimbingan dan Konseling itu sendiri, di
Indonesia masih ada yang menggunakan istilah pelayanan BP, BK, dan konseling,
dan ini juga mempengaruhi persepsi masyarakat tentang pelayanan yang dilakukan
oleh petugas BK dilapangan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Penyelenggaraan bimbingan
konseling sudah sejak lama dijalankan bahkan disetiap jenjang pendidikan ada
penyampaian dan penerapan bimbingan koseling. Kesalahan dalam Bimbingan dan
Konseling diantaranya :
1.
Bimbingan dan konseling disamakan
saja dengan atau dipisahkan sama sekali dari pendidikan
2.
Konselor disekoalah dianggap sebagai
polisi sekolah
3.
Bimbingan dan konseling semata mata
sebagai proses pemberian nasihat
4.
Bimbingan dan konseling dibatasi
pada hanya menangani yang bersifat incidental.
Penyebab
kesalahpahaman pada Bimbingan dan Konseling Kesalahpahaman-kesalahpahaman
diatas diakibatkan karena bidang BK masih tergolong baru dan merupakan produk
impor sehingga menyebabkan para pelaksanaannya dilapangan belum terlalu
mengetahui BK secara menyeluruh
Penyebabnya
dari konselor itu sendiri. Banyak yang bukan dari tamatan BK itu sendiri yang
menjadi pelaksanan BK, sehingga tidak efesiennya pelaksanaan BK dilapangan, dan
juga pelaksanaan yang belum efesin dari guru BK itu sendiri, tidak jelasnya
program yang akan dijalankan, baik program harian, mingguan, bulanan maupun
semesteran, walaupun dia dari tamatan BK itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Sukardi Dewa Ketut. Proses Bimbingan dan Konseling. PT.
Rineka Cipta, Jakarta 1995
Prof.Dr.H.Prayitno. Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan
Konseling di Sekolah. PT. Rineka cipta, Jakarta 2001
Dr. Hidayat Dede Rahmat dan Herdi. Bimbingan Konseling. PT. Remaja
Rosdakarya, Bandung 2013
[1] Dewa
Ketut Sukardi, Proses Bimbingan dan Penyuluhan, (Jakarta : PT.Rineka Cipta
1995) h.2
[2] Dr.Dede
Rahmat Hidayat dan Herdi, Bimbingan Konseling, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2013) h. 50
[3]Prof.Dr.H.Prayitno,
Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta :
PT.Rineka Cipta, 2001) h.155
Casinos near myrtle beach-hotel, Miami, FL - JT Hub
BalasHapusThe 세종특별자치 출장안마 Hard Rock Hotel & 속초 출장샵 Casino is 보령 출장안마 just a five-minute drive from Miami International Airport. It's also on the water and 구미 출장마사지 offers some amenities including free WiFi 안성 출장안마