SIKAP UTAMA GURU SEBAGAI FIGURE BAGI PESERTA DIDIK



TUGAS TERSTRUKTUR

DOSEN PENGAMPU
Propesi Keguruan

Dra. Rusdiana Hamid M. Ag
         

SIKAP UTAMA GURU SEBAGAI FIGURE BAGI PESERTA DIDIK
Oleh Kelompok 4:
Muhammad Hasan                           [1501211446]
Muhammad Zaky Ar Ridhwan       [1501211451]
Muhammad Idrus Al Firti               [1501211448]
Yusron Prayogi                                 [1501211462]
Institut Agama Islam Negeri Antasari Banjarmasin
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Pendidikan Agama Islam
Banjarmasin
201
6 

BAB I

PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Era globalisasi memberikan dampak positif sekaligus negatif bagi dunia pendidikan. Salah satu dampak negatif dari arus globalisasi adalah terkikisnya nilai-nilai moral bangsa karena pengaruh budaya asing yang kadang kurang sesuai dengan budaya bangsa Indonesia. Bangsa yang menginginkan warga negara yang cerdas, beriman, dan bertaqwa, perlu memperhatikan pendidikan anak.
Kenyataan yang terjadi saat ini, perhatian pada pendidikan ini belum seperti yang diharapkan terutama dari segi penyiapan calon-calon guru. Bagi anak usia Sekolah Dasar, guru merupakan sosok teladan. Anak belajar melalui peniruan, melalui kegiatan meniru atau menyamakan dirinya dengan orang tua dan orang dewasa yang ada disekitarnya. Termasuk didalamnya adalah meniru apa yang dilakukan oleh guru. Namun demikian, pengaruh perkembangan jaman menjadikan sikap dan kepribadian guru kadang kurang dapat dijadikan contoh dan teladan bagi peserta didik.
Kompetensi kepribadian kurang dikembangkan melalui pendidikan di dalam kelas. Abdurrahman (2007) dalam tulisannya mengatakan : kompetensi kepribadian guru di Indonesia nyaris berkembang secara autodidak dalam bingkai “nilai-nilai religius” dan “nilai-nilai ketimuran” bangsa kita yang terkadang tidak bertahan diterpa arus modernisasi dan globalisasi. Padahal selain menguasai ilmu, teknologi, dan keterampilan pendukung yang lain, seorang guru wajib memiliki sikap dan kepribadian yang dapat dijadikan teladan bagi anak didik dan dan anggota masyarakat yang lain.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana sikap utama guru kepada peserta didik?
2.      Apa sikap yang harus dimiliki oleh seorang guru?
3.      Apa sikap yang harus di hindari oleh seorang guru?
4.      Apa ciri-ciri guru yang diminati peserta didik dan ciri-ciri guru yang tidak diminati Peserta didik?





C.    Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui sikap utama guru kepada peserta didik
2.      Mengetahui sikap yang harus dimiliki oleh seorang guru
3.      Mengetahui sikap yang harus di hindari oleh seorang guru
4.      Mengetahui ciri-ciri guru yang diminati peserta didik dan ciri-ciri guru yang tidak diminati Peserta didik



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Sikap Utama Guru Kepada Peserta didik
Sikap guru dalam menghadapi persoalan baik dalam menghadapi anak didik, teman-teman sesama guru, dan sekolah itu sendiri akan dilihat, diamati dan dinilai oleh pesertadidik.
Cara guru berpakaian, berbicara, berjalan dan bergaul juga merupakan penampilan kepribadian yang lain, yang mempunyai pengaruh terhadap peserta didik. Termasuk pula dalam masalahan kepribadian guru itu, sikap dan pandangan terhadap fungsinya bagi peserta didik. Apakah ia sebagai pemimpin, menyuruh, memerintan dan mengendalikan? Sedangkan peserta didik didik adalah yang dipimpin harus patuh menurut dan menerima. Ataukah ia sebagai pembimbing yang mengerti dan menyiapkan suasana bagi peserta didik, ia hidup dan ikut aktif dalam kegiatannya.[1]
Guru merupakan figur pengganti orang tua bagi anak-anak di sekolah, yang memberikan andil yang besar dalam tumbuh  kembang mereka. Guru akan memberikan perlindungan, pengajaran dan kebiasaan-kebiasaan baru yang mendukung. Berikut adalah beberapa sikap yang harus dimiliki oleh seorang guru:[2]
1.      Tegas Berwibawa
Sikap tegas dan berwibawa sangat dibutuhkan seorang guru. Guru adalah seorang pendidik, tidak hanya sebagai penyampai materi saja. Guru juga menjadikan peserta didik pintar dan harus berkepribadian baik. Dalam bersikap pun guru harus tegas karena jika tidak, akan disepelekan oleh peserta didiknya.
Sikap berwibawapun juga penting, meski jangan menjadikan hubungan yang kaku antara guru dan peserta didik. Ketegasan diperlukan ketika membutuhkan suatu kedisiplinan. Wibawa dibutuhkan agar disegani peserta didik. Wibawa bukan untuk menjaga jarak antara peserta didik dan guru melainkan apa yang disampaikan guru itu lebih bernilai. Seperti seorang pemimpin juga dibutuhkan kharismatik untuk menjadikannya nilai lebih. Wibawa itu penting agar guru dihormati siswa, sehingga apa yang disampaikan tidak disepelekan.
2.      Memberi Contoh dengan Tindakan
Seorang guru mengajar dengan metode ceramah saja tidaklah cukup. Baik itu dalam menyampaikan materi atau mendidik perilaku peserta didik. Kalau ceramah saja akan sulit diingat, ada yang mengatakan "masuk telinga kanan, keluar telinga kiri". materinya sekadar melewati telinga saja. Bagaimana mungkin sesuatu yang hendak ditanamkan akan membekas dan mempengaruhi kehidupannya nanti.
3.      Percaya diri
Kewibawaan seorang guru akan runtuh ketika peserta didik mendapati gurunya tidak memiliki kepercayaan diri yang baik. Hal tersebut dapat dilihat dari bagaimana ia mengkomunikasikan pelajarannya. Guru seperti ini akan menyampaikan materi dengan penuh kebimbangan dan kurang meyakinkan. Padahal dalam menyampaikan ilmu, seorang guru harus dapat meyakinkan anak didiknya. Jika seorang guru menyampaikan materi dengan penuh percaya diri, maka peserta didik akan percaya diri pula, mengikuti gurunya. Energi positif yang dibawa guru akan mempengaruhi peserta didik, karena emosi akan mempengaruhi satu sama lain.
4.      Konsisten
Konsisten adalah sikap yang dituntut untuk tidak berubah-ubah atau plin plan. Guru yang selalu berubah-ubah dalam membuat aturan akan mengurangi rasa hormat para peserta didiknya. Apabila seorang guru akan menerapkan disiplin positif, guru hendaknya menerapkan aturan yang sudah dibuat dan memberlakukan konsekuensi negatif bagi yang melanggarnya.
5.      Memahami Kejiwaan Peserta Didik
Seorang guru ibarat seorang dokter. Untuk mengobati yang sakit, maka deperlukan dokter yang mengerti jenis penyakit yang diderita serta cara-cara mengobatinya. Begitu pula dengan seorang guru, dalam mengobati jiwa anak didiknya, membentuk akhlak yang baik. Untuk itu dibutuhkan pendidik yang mengerti akan sifat dasar jiwa manusia, kelemahan dan cara mengobatinya. Ibarat sakit, lebih baik mencegah daripada mengobati. Jadi sebelum diobati hendaknya mencegah terjadinya penyakit. Dalam hal ini adalah akhlak anak didik. Sebelum mereka tumbuh dewasa dengan akhlak yang buruk maka sedini mungkin membentuk akhlak yang baik.
Ki Hajar Dewantara merumuskan seorang pendidik itu hendak mempunyai  kepribadian: di depan  menjadi teladan, di te­ngah membangun karsa, dan di belakang memberi dorongan. Pendidik adalah  tenaga kepen­didikan yang berkualifikasi se­bagai guru, dosen, konselor, pa­mong belajar, widyaiswara, tu­tor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpar­tisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.
Sikap yang harus dihindari oleh seorang guru, antara lain:
a)      TIPUS: Tidak punya selera.
Ketika lonceng tanda masuk telah berbunyi, guru yang mempunyai gejala tipus, masih berpur-pura mempersiapkan diri mencari buku-buku persiapan mengajar. Setelah itu mencari teman sejawat yang juga masuk kelas bersamaan pada jam tersebut untuk diajak ngobrol terlebih dahulu.Hal tersebut terjadi karena guru tidak mempunyai persiapan yang matang sebelum masuk kelas.
b)      MUAL: mutu amat lemah.
Tanda-tanda mual ini dapat dari kepemilikan sumber bacaan dan sumber informasi yang dimiliki guru, bahan refrensi pembelajaran sudah ketinggalan jaman, dan banyak guru yang alergi dengan bahasa inggris. Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional tidak bisa dielakkan.
c)      KUDIS: Kurang disipilin.
Pemanfaatan waktu yang kurang efektif saat berinteraksi dengan peserta didik, tak jarang KUDIS ini menyebabkan kegiatan pembelajara selesai sebelum lonceng keluar dibunyikan.
d)     ASMA: Asal masuk kelas.
Banyak yang beranggapan bahwa kalau guru masuk kelas tidak membawa buku adalah guru yang hebat, padahal setiap kegiatan pembelajaran siswa selalu mengalami perkembangan sesuai kemajuan informasi dan teknologi, dan guru tidak menyadari bahwa informasi yang diperoleh peserta didik sudah melebihi pengetahunan dan keterampilan yang dimiliki guru.
e)      TBC: Tak bisa computer.
Penyakit ini dapat dilihat pada pelaksanaan Uji Kompetnsi Guru, dari kemampuan menjinakkan mouse di depan komputer, membuka internet, dan mengaskes materi pembelajaran.
f)       KUSTA: Kurang strategi
Strategi pembelajaran merupakan hasil yang sangat penting dalam belajar. Secara umum guru kurang menguasai strategi belajar sehingga banyak siswa yang keluar-masuk saat dia mengajar adalah salah satu ciri penderita kusta.
g)      KRAM: Kurang terampil
Keterampilan seorang guru dalam mengelola kelas, belumlah cukup untuk mencapai hasil belajar yang maksimal. Kemampuan individual guru dalam penguasaan materi, penggunaan alat-alat laboratorium dan evaluasi yang tepat adalah faktor utama dalam pembelajaran.
h)      ASAM URAT: Asal Sampai materi kurang akurat
Penyakit asam urat terjadi bila saluran pembulu darah mengalami gangguan, demikian juga guru yang merupakan yang saluran informasi kepada siswa mengalami gangguan,apa yang terjadi? Guru tidak memiliki motivasi, tanggungjawab moral atau sosial sehingga pembelajaran hanya berupa informasi sekilas untuk mencapai target kurikulum.[3]
Sementara sikap dan sifat guru yang baik terhadap anak didiknya adalah :
1)      Bersikap adil.
2)      Percaya dan suka terhadap murid-muridnya.
3)      Sabar dan rela berkorban.
4)      Memiliki wibawa dihadapan anak didiknya.
5)      Bersikap baik terhadap guru-guru lainnya dan bersikap baik terhadap masyarakat.
6)      Benar-benar menguasai mata pelajarannya dan berpengetahuan luas. Guru profesional adalah guru yang senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkan dalam interaksi belajar mengajar, serta senantiasa mengembangkan kemampuannya secara berkelanjutan, baik dalam segi ilmu yang dimilikinya maupun pengalamannya.[4]
Seorang guru yang profesional dituntut dengan sejumlah persyaratan minimal, antara lain:
1)      Memiliki kualifikasi pendidikan profesi yang memadai.
2)      Memiliki kompetensi keilmuan sesuai dengan bidang yang ditekuninya.
3)      Memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dengan anak didiknya.
4)      Memiliki jiwa yang kreatif dan produktif.
5)      Memiliki etos kerja dan komitmen tinggi terhadap profesinya.
6)      Selalu melakukan pengembangan diri secara terus-menerus[5]
Sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, perkembangan baru terhadap pandangan belajar mengajar membawa konsekuensi kepada guru untuk meningkatkan peranan dan kompetensinya karena proses belajar-mengajar dan hasil belajar siswa sebagian besar ditentukan oleh peranan dan kompetensi guru. Guru yang berkompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat optimal. Karena guru sebagai pengajar, pemimpin dikelas, pembimbing, pengatur lingkungan, perencana, dan motivator bagi para siswanya.[6]
B.     Karakter Guru Yang Diminati Peserta Didik
1)      Guru yang cakap dengan materi pelajaran. Hal ini sangat penting dalam proses pembelajaran, sehingga jika muncul pertanyaan dari siswa, guru dapat menjawabnya dengan sangat mudah. Jika pun guru belum dapat menjawab pertanyaan siswa, guru seperti ini dapat memberikan beberapa alternatif sebagai jawaban yang memuaskan atau setidaknya cukup untuk menjawab pertanyaan dari siswanya.
2)      Guru yang memahami dan cakap menggunakan Metode Pembelajaran. Dengan memahami dan cakap dengan metode pembelajaran yang digunakannya saat mengajar, guru seperti ini dapat menyampaikan materi pembelajaran disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai dari tujuan pembelajaran, sehingga siswapun dapat memahami semua yang diajarkan oleh guru tersebut.
3)      Guru yang memahami gaya belajar siswa. Seperti yang kita tahu bahwa kita mengenal tiga jenis gaya belajar siswa, diantaranya yaitu Audio, Visual dan kinestetik. Guru seperti ini dapat menentukan gaya belajar yang dikuasai oleh siswa tertentu, sehingga setiap siswa dapat memahami setiap yang diajarkan oleh guru berdasarkan gaya belajar siswa tersebut.
4)      Guru memahami psikologi perkembangan siswa. Guru seperti ini dapat mengetahui sebab mengapa seorang siswa berbuat sesuatu, sehingga jikapun siswa melakukan suatu kesalahan maka guru tersebut dengan cepat, tanggap dan tepat dapat mengubah siswa tersebut supaya beralih kepada perbuatan yang baik yang hendak dicapai dari tujuan pendidikan.
5)      Guru yang berpenampilan menarik. Guru seperti ini tidak berarti harus selalu ganteng atau cantik, tetapi guru yang mampu menarik perhatian siswa kepada dirinya sehingga akan lebih mudah mengantarkan siswa kepada tujuan pembelajaran yang diajarkannya.
6)      Guru yang humoris. Guru seperti ini dapat mencairkan suasana belajar yang serius menjadi sesuatu yang sangat menyenangkan. Guru yang humoris dapat merebut hati sang siswa, sehingga pada akhirnya juga dapat merebut perhatian siswa untuk belajar dengan sebaik-baiknya.
7)      Guru yang menjadi contoh atau teladan. Guru seperti ini lebih suka mengajak dari pada menyuruh. Guru juga akan melakukan apapun yang guru ajak ke siswa jadi siswa tidak merasa melakukan apa yang diajak sendirian.
8)      Guru yang adil dan penyabar. Guru seperti ini sangat memahami bahwa kenakalan siswa sesungguhnya merupakan bagian dari sistem pembelajaran. Yang biasa diterapkan oleh guru ini adalah reward, atau memberikan penghargaan yang wajar kepada siswa yang bersalah maupun siswa yang berprestasi.
9)      Guru yang up to date. Guru seperti ini dapat berkembang lebih cepat dari dari pada perkembangan zamannya, sehingga dapat cepat menanggapi setiap permasalahan yang timbul dari para siswa. Siswa berpikir bahwa guru tersebut dapat diajak diskusi atau menjadi tempat bertanya tentang berita terkinian.
10)  Guru yang tidak gaptek (gagap teknologi). Guru seperti ini sudah pasti akan sangat disenangi siswa, karena dapat menangkap dan memantau setiap perkembangan yang terjadi pada diri siswa melalui berbagai perangkat yang juga digunakan oleh para siswa tersebut.[7]
C.    Karakter Guru Yang Tidak Diminati Peserta Didik
1)      Guru tidak mengusai materi.
Materi pembelajaran merupakan inti pokok sistem pembelajaran, jadi kita harus menguasai materi yang mau diajarkan ke siswa secara detail. Jangan sampai kita mengajarkan hal yang kita juga belum menguasainya. Memang tidak ada manusia yang dapat memahami segala hal dengan sempurna, makanya kita harus terus belajar untuk mengajar. Sehingga konsep yang kita ajarkan terasa mantap, siswapun akan suka dengan anda sebagai guru.

2)      Jarang Masuk
tidak sedikit guru yang sibuk di luar kegiatan sekolah, mungkin itu kegiatan keluarga maupun kegiatan bisnis. Kepentingan Bisnis dan keluarga boleh dilakukan asal tidak mengganggu kegiatan belajar di kelas, apalagi sampai tidak masuk dan mengabaikan tugasnya mengajar. Guru seperti ini sangat tidak disukai oleh siswanya. Jadi hindarilah!
3)      Berpakaian tidak rapi (Norak)
Bagi murid-murid, guru itu merupakan cermin yang bisa mereka contohkan. Tapi bagaimana kalau guru berpakaian tidak rapi apalagi sampai berpakaian norak. Siswa akan menjadi tidak respect terhadap guru yang guru yang berpakaian tidak rapi. Ketika siswa tidak resfect biasanya siswa tidak bisa menerima materi pembelajaran dengan baik.
4)      Berkata kasar
perkataan terhadap siswa harus halus, memikat, dan penuh perhatian. setiap bimbingan, nasehat, dan perkataan harus disampaikan dengan lemah lembuh.
Hindari mengeluarkan perkataan kasar, bernada tinggi dan ancaman. Jika itu terjadi, tidak ada efektivitas dalam pembelajaran yang dilakukan. siswa akan mencemooh dan mengolok-olok guru yang sering berkata kasar.
5)      Memberikan tugas rumah atau PR tanpa diperiksa
Pekerjaan rumah (PR) memang dapat menjadikan siswa rajin belajar di rumah. Mereka akan mengatur waktu untuk belajar ekstra demi menyelesaikan tugas dari gurunya. Namun ketika kesungguhan mereka di sia-siakan oleh gurunya, mereka akan kecewa dan semangat untuk mengerjakan PR selanjutnya akan kendor. Guru yang tidak memeriksa PR yang dikerjakan oleh siswa, secara otomatis tidak akan disukai oleh siswanya.
6)      Menghukum semena-mena
Menghukum siswa harus didasari dengan kasih sayang, kebijaksanaan, dan kearifan. Jangan memberikan hukuman kepada siswa berdasarkan kebencian, permusuhan, dan emosi yang tidak terkendali. Guru adalah pembimbing spiritual murid, sehingga sikap perilakunya harus konsisten dengan statusnya sebagai pembimbing moral dan spiritual. Kalau hukuman didasari sifat kasih sayang, maka guru akan didasari sifat kasih sayang, maka guru akan menghindari cara-cara yang di luar batas kewajaran, bahkan akan menghukum murid dengan hal-hal yang positif untuk meningkatkan kemampuan dan integritas moralnya.
Kalau guru menghukum semena-mena dengan tindakan semena-mena. seperti menyuruh berdiri dihalam sekolah selama  jam pelajaran, bertidak keras, menempeleng, dan sejenisnya maka ini akan menimbulkan kemarahan siswa. Bahkan ini dikwatirkan siswa akan membalasnya di luar sekolah. oleh karena itu hindari menghukum semena-mena.
7)      Pilih Kasih (tidak adil)
Sikap pilih kasih atau tidak adil akan membuat kebijasanaan guru tidak dihormati siswanya. Mereka akan bertindak menjauh, seperti tidak mengindahkan perintah gurunya. Oleh sebab itu, sikap pilih kasih jangan sampai ditunjukan guru ke siswanya. bersikaplah adil
8)      Cuek di dalam kelas maupun diluar kelas
Jika guru cuek dengan siswanya, baik dalam maupun di luar kelas. Maka siswa tidak dapat merasakan hubungan emosional yang positif antara guru dan muridnya. Mereka hanya akan belajar dalam arti formal, tetapi tidak memiliki hubungan psikologi yang akrab yang penuh manfaat.
9)      Tidak memberikan contoh yang baik
Siswa adalah peniru yang sangat baik. Sebaiknya guru selain memberikan pelajaran materi kepada siswa juga memberikan contoh prilaku yang baik pula. Sehingga kelak siswa dapat bermasyarakat dengan baik.
10)  Kaku (tidak humoris)
Tidak humoris merupakan sifat guru yang kurang disukai oleh siswa, karena guru yang kaku, tidak humoris biasanya menimbulkan pembelajaran yang terasa tegang sehingga siswa tidak dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik.
11)  Membanding-bandingkan
Guru yang suka membanding-bandingkan siswa satu dengan yang lain atau membandingkan anatar kelas dapat menimbulkan perasaan ketidaksukaan siswa yang merasa diremehkan. Jadi hidarkan membandingkan siswa di depan mereka.
12)  Tidak hafal nama siswa
Tidak hafal nama siswa satu per satu sudah menjadi rahasia anatar guru (penulis juga tidak hafal). Maklum ini merupakan hal yang cukup sulit bagi guru yang mengajar siswa lebih dari 300 orang. tapi cobalah untuk semaksimal mungkin untuk hafal nama mereka, minimal nama panggilannya.[8]



BAB III
KESIMPULAN
Sikap yang harus dimiliki oleh seorang guru
1. Tegas Berwibawa 2. Memberi Contoh dengan Tindakan 3. Percaya diri 4. Konsisten 5. Memahami Kejiwaan Peserta Didik
Sikap yang harus dihindari oleh seorang guru, antara lain
A) TIPUS: Tidak punya selera. B) MUAL: mutu amat lemah. C) KUDIS: Kurang disipilin. D) ASMA: Asal masuk kelas. E) TBC: Tak bisa computer. F) KUSTA: Kurang strategi. G) KRAM: Kurang terampil
Karakter Guru Yang Diminati Peserta Didik
a) Guru yang cakap dengan materi pelajaran, b) Guru yang memahami dan cakap menggunakan Metode Pembelajaran, c) Guru yang memahami gaya belajar siswa, d) Guru memahami psikologi perkembangan siswa, e) Guru yang berpenampilan menarik, f) Guru yang humoris, g) Guru yang menjadi contoh atau teladan. , h) Guru yang adil dan penyabar, i) Guru yang up to date, j) Guru yang tidak gaptek (gagap teknologi)
Karakter Guru Yang Tidak Diminati Peserta Didik
A) Guru tidak mengusai materi. B)Jarang Masuk. C)Berkata kasar. D) berikan tugas rumah atau PR tanpa diperiksa. E) Menghukum semena-mena. F) pilih Kasih (tidak adil). G) Tidak memberikan contoh yang baik. H) Kaku (tidak humoris). I) banding-bandingkan. J)Tidak hafal nama siswa. K) Cuek di dalam kelas maupun diluar kelas. L) Berpakaian tidak rapi (Norak).




DAFTAR PUSTAKA
Abu Bakar Yunus, Nurjan, Syarifan. Dkk, 2009, profesi keguruan. Surabaya: Aprinta
Drajat Dzakiah, 1984, Kepribadian Guru, Jakarta: Bulan Bintang
Kunandar, 2007, Guru Profesional, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Usman Moh Uzer, 1995, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.



[1] Dzakiah Drajat, Kepribadian Guru, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), hlm 20-21
[4] Yunus Abu Bakar, Nurjan, Syarifan. Dkk, Surabaya: Aprinta profesi keguruan, 2009, hlm 36
[5] Kunandar, Guru Profesional, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hlm.51.
[6] Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset,1995), hlm 10

Komentar

Postingan populer dari blog ini

pengertian An-Nahyu, sighat-shigat An-Nahyu, kaidah-kaidah An-Nahyu

MAKALAH RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN(RPP)

Sistem pendidikan Islam di Indonesia