SIKAP UTAMA GURU SEBAGAI FIGURE BAGI PESERTA DIDIK
TUGAS
TERSTRUKTUR
|
DOSEN
PENGAMPU
|
|
Propesi Keguruan
|
Dra. Rusdiana Hamid M. Ag
|
Oleh Kelompok
4:
Muhammad Hasan [1501211446]
Muhammad Zaky
Ar Ridhwan [1501211451]
Muhammad Idrus
Al Firti [1501211448]
Yusron Prayogi [1501211462]
Institut Agama Islam Negeri Antasari Banjarmasin
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Pendidikan Agama Islam
Banjarmasin
2016
BAB I
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Pendidikan Agama Islam
Banjarmasin
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Era globalisasi
memberikan dampak positif sekaligus negatif bagi dunia pendidikan. Salah satu
dampak negatif dari arus globalisasi adalah terkikisnya nilai-nilai moral
bangsa karena pengaruh budaya asing yang kadang kurang sesuai dengan budaya
bangsa Indonesia. Bangsa yang menginginkan warga negara yang cerdas, beriman,
dan bertaqwa, perlu memperhatikan pendidikan anak.
Kenyataan yang terjadi
saat ini, perhatian pada pendidikan ini belum seperti yang diharapkan terutama
dari segi penyiapan calon-calon guru. Bagi anak usia Sekolah Dasar, guru
merupakan sosok teladan. Anak belajar melalui peniruan, melalui kegiatan meniru
atau menyamakan dirinya dengan orang tua dan orang dewasa yang ada
disekitarnya. Termasuk didalamnya adalah meniru apa yang dilakukan oleh guru.
Namun demikian, pengaruh perkembangan jaman menjadikan sikap dan kepribadian
guru kadang kurang dapat dijadikan contoh dan teladan bagi peserta didik.
Kompetensi kepribadian
kurang dikembangkan melalui pendidikan di dalam kelas. Abdurrahman (2007) dalam
tulisannya mengatakan : kompetensi kepribadian guru di Indonesia nyaris
berkembang secara autodidak dalam bingkai “nilai-nilai religius” dan
“nilai-nilai ketimuran” bangsa kita yang terkadang tidak bertahan diterpa arus
modernisasi dan globalisasi. Padahal selain menguasai ilmu, teknologi, dan
keterampilan pendukung yang lain, seorang guru wajib memiliki sikap dan
kepribadian yang dapat dijadikan teladan bagi anak didik dan dan anggota
masyarakat yang lain.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sikap utama guru kepada peserta didik?
2. Apa sikap yang harus dimiliki oleh seorang guru?
3. Apa sikap yang harus di hindari oleh seorang guru?
4.
Apa ciri-ciri guru yang diminati peserta didik dan ciri-ciri guru yang
tidak diminati Peserta didik?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui sikap utama guru kepada peserta didik
2. Mengetahui sikap yang harus dimiliki oleh seorang guru
3. Mengetahui sikap yang harus di hindari oleh seorang guru
4. Mengetahui ciri-ciri guru yang
diminati peserta didik dan ciri-ciri guru yang tidak diminati Peserta didik
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sikap Utama Guru Kepada Peserta didik
Sikap guru dalam menghadapi
persoalan baik dalam menghadapi anak didik, teman-teman sesama guru, dan sekolah
itu sendiri akan dilihat, diamati dan dinilai oleh pesertadidik.
Cara guru berpakaian,
berbicara, berjalan dan bergaul juga merupakan penampilan kepribadian yang
lain, yang mempunyai pengaruh terhadap peserta didik. Termasuk pula dalam
masalahan kepribadian guru itu, sikap dan pandangan terhadap fungsinya bagi
peserta didik. Apakah ia sebagai pemimpin, menyuruh, memerintan dan
mengendalikan? Sedangkan peserta didik didik adalah yang dipimpin harus patuh
menurut dan menerima. Ataukah ia sebagai pembimbing yang mengerti dan
menyiapkan suasana bagi peserta didik, ia hidup dan ikut aktif dalam
kegiatannya.[1]
Guru merupakan figur
pengganti orang tua bagi anak-anak di sekolah, yang memberikan andil yang besar
dalam tumbuh kembang mereka. Guru akan memberikan perlindungan,
pengajaran dan kebiasaan-kebiasaan baru yang mendukung. Berikut adalah beberapa sikap yang harus dimiliki oleh seorang
guru:[2]
1. Tegas Berwibawa
Sikap tegas dan berwibawa sangat
dibutuhkan seorang guru. Guru adalah seorang pendidik, tidak hanya sebagai
penyampai materi saja. Guru juga menjadikan peserta didik pintar dan harus
berkepribadian baik. Dalam bersikap pun guru harus tegas karena jika tidak,
akan disepelekan oleh peserta didiknya.
Sikap berwibawapun juga penting,
meski jangan menjadikan hubungan yang kaku antara guru dan peserta didik.
Ketegasan diperlukan ketika membutuhkan suatu kedisiplinan. Wibawa dibutuhkan
agar disegani peserta didik. Wibawa bukan untuk menjaga jarak antara peserta
didik dan guru melainkan apa yang disampaikan guru itu lebih bernilai. Seperti
seorang pemimpin juga dibutuhkan kharismatik untuk menjadikannya nilai lebih.
Wibawa itu penting agar guru dihormati siswa, sehingga apa yang disampaikan
tidak disepelekan.
2.
Memberi
Contoh dengan Tindakan
Seorang
guru mengajar dengan metode ceramah saja tidaklah cukup. Baik itu dalam
menyampaikan materi atau mendidik perilaku peserta didik. Kalau ceramah saja
akan sulit diingat, ada yang mengatakan "masuk telinga kanan, keluar
telinga kiri". materinya sekadar melewati telinga saja. Bagaimana
mungkin sesuatu yang hendak ditanamkan akan membekas dan mempengaruhi
kehidupannya nanti.
3.
Percaya
diri
Kewibawaan
seorang guru akan runtuh ketika peserta didik mendapati gurunya tidak memiliki
kepercayaan diri yang baik. Hal tersebut dapat dilihat dari bagaimana ia
mengkomunikasikan pelajarannya. Guru seperti ini akan menyampaikan materi
dengan penuh kebimbangan dan kurang meyakinkan. Padahal dalam menyampaikan
ilmu, seorang guru harus dapat meyakinkan anak didiknya. Jika seorang guru
menyampaikan materi dengan penuh percaya diri, maka peserta didik akan percaya
diri pula, mengikuti gurunya. Energi positif yang dibawa guru akan mempengaruhi
peserta didik, karena emosi akan mempengaruhi satu sama lain.
4.
Konsisten
Konsisten
adalah sikap yang dituntut untuk tidak berubah-ubah atau plin plan. Guru yang
selalu berubah-ubah dalam membuat aturan akan mengurangi rasa hormat para
peserta didiknya. Apabila seorang guru akan menerapkan disiplin positif, guru
hendaknya menerapkan aturan yang sudah dibuat dan memberlakukan konsekuensi
negatif bagi yang melanggarnya.
5.
Memahami
Kejiwaan Peserta Didik
Seorang
guru ibarat seorang dokter. Untuk mengobati yang sakit, maka deperlukan dokter
yang mengerti jenis penyakit yang diderita serta cara-cara mengobatinya. Begitu
pula dengan seorang guru, dalam mengobati jiwa anak didiknya, membentuk akhlak
yang baik. Untuk itu dibutuhkan pendidik yang mengerti akan sifat dasar jiwa manusia,
kelemahan dan cara mengobatinya. Ibarat sakit, lebih baik mencegah daripada
mengobati. Jadi sebelum diobati hendaknya mencegah terjadinya penyakit.
Dalam hal ini adalah akhlak anak didik. Sebelum mereka tumbuh dewasa dengan
akhlak yang buruk maka sedini mungkin membentuk akhlak yang baik.
Ki Hajar Dewantara merumuskan
seorang pendidik itu hendak mempunyai kepribadian: di depan menjadi
teladan, di tengah membangun karsa, dan di belakang memberi dorongan. Pendidik
adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen,
konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan
sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan.
Sikap yang harus dihindari oleh seorang guru, antara lain:
a)
TIPUS: Tidak punya selera.
Ketika
lonceng tanda masuk telah berbunyi, guru yang mempunyai gejala tipus, masih
berpur-pura mempersiapkan diri mencari buku-buku persiapan mengajar. Setelah
itu mencari teman sejawat yang juga masuk kelas bersamaan pada jam tersebut
untuk diajak ngobrol terlebih dahulu.Hal tersebut terjadi karena guru tidak
mempunyai persiapan yang matang sebelum masuk kelas.
b) MUAL: mutu
amat lemah.
Tanda-tanda
mual ini dapat dari kepemilikan sumber bacaan dan sumber informasi yang
dimiliki guru, bahan refrensi pembelajaran sudah ketinggalan jaman, dan banyak
guru yang alergi dengan bahasa inggris. Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional
tidak bisa dielakkan.
c)
KUDIS: Kurang disipilin.
Pemanfaatan
waktu yang kurang efektif saat berinteraksi dengan peserta didik, tak jarang
KUDIS ini menyebabkan kegiatan pembelajara selesai sebelum lonceng keluar
dibunyikan.
d)
ASMA: Asal masuk kelas.
Banyak
yang beranggapan bahwa kalau guru masuk kelas tidak membawa buku adalah guru
yang hebat, padahal setiap kegiatan pembelajaran siswa selalu mengalami
perkembangan sesuai kemajuan informasi dan teknologi, dan guru tidak menyadari
bahwa informasi yang diperoleh peserta didik sudah melebihi pengetahunan dan
keterampilan yang dimiliki guru.
e)
TBC: Tak bisa computer.
Penyakit
ini dapat dilihat pada pelaksanaan Uji Kompetnsi Guru, dari kemampuan
menjinakkan mouse di depan komputer, membuka internet, dan mengaskes materi
pembelajaran.
f)
KUSTA: Kurang strategi
Strategi
pembelajaran merupakan hasil yang sangat penting dalam belajar. Secara umum
guru kurang menguasai strategi belajar sehingga banyak siswa yang keluar-masuk
saat dia mengajar adalah salah satu ciri penderita kusta.
g)
KRAM: Kurang terampil
Keterampilan
seorang guru dalam mengelola kelas, belumlah cukup untuk mencapai hasil belajar
yang maksimal. Kemampuan individual guru dalam penguasaan materi, penggunaan
alat-alat laboratorium dan evaluasi yang tepat adalah faktor utama dalam
pembelajaran.
h)
ASAM URAT: Asal Sampai materi kurang akurat
Penyakit
asam urat terjadi bila saluran pembulu darah mengalami gangguan, demikian juga
guru yang merupakan yang saluran informasi kepada siswa mengalami gangguan,apa
yang terjadi? Guru tidak memiliki motivasi, tanggungjawab moral atau sosial
sehingga pembelajaran hanya berupa informasi sekilas untuk mencapai target
kurikulum.[3]
Sementara sikap dan sifat
guru yang baik terhadap anak didiknya adalah :
1) Bersikap adil.
2) Percaya dan suka terhadap murid-muridnya.
3) Sabar dan rela berkorban.
4) Memiliki wibawa dihadapan anak didiknya.
5) Bersikap baik terhadap guru-guru lainnya dan
bersikap baik terhadap masyarakat.
6) Benar-benar menguasai mata pelajarannya dan
berpengetahuan luas. Guru profesional
adalah guru yang senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan
diajarkan dalam interaksi belajar mengajar, serta senantiasa mengembangkan
kemampuannya secara berkelanjutan, baik dalam segi ilmu yang dimilikinya maupun
pengalamannya.[4]
Seorang guru yang
profesional dituntut dengan sejumlah persyaratan minimal, antara lain:
1)
Memiliki kualifikasi pendidikan profesi yang memadai.
2)
Memiliki kompetensi keilmuan sesuai dengan bidang yang ditekuninya.
3)
Memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dengan anak didiknya.
4)
Memiliki jiwa yang kreatif dan produktif.
5)
Memiliki etos kerja dan komitmen tinggi terhadap profesinya.
6)
Selalu melakukan pengembangan diri secara terus-menerus[5]
Sebagaimana yang telah dikemukakan
di atas, perkembangan baru terhadap pandangan belajar mengajar membawa
konsekuensi kepada guru untuk meningkatkan peranan dan kompetensinya karena
proses belajar-mengajar dan hasil belajar siswa sebagian besar ditentukan oleh
peranan dan kompetensi guru. Guru yang berkompeten akan lebih mampu menciptakan
lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya
sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat optimal. Karena guru sebagai
pengajar, pemimpin dikelas, pembimbing, pengatur lingkungan, perencana, dan
motivator bagi para siswanya.[6]
B.
Karakter Guru Yang Diminati Peserta Didik
1)
Guru yang cakap dengan
materi pelajaran. Hal ini sangat penting dalam proses pembelajaran, sehingga
jika muncul pertanyaan dari siswa, guru dapat menjawabnya dengan sangat mudah.
Jika pun guru belum dapat menjawab pertanyaan siswa, guru seperti ini dapat
memberikan beberapa alternatif sebagai jawaban yang memuaskan atau setidaknya
cukup untuk menjawab pertanyaan dari siswanya.
2)
Guru yang memahami dan
cakap menggunakan Metode Pembelajaran. Dengan memahami dan cakap dengan metode
pembelajaran yang digunakannya saat mengajar, guru seperti ini dapat
menyampaikan materi pembelajaran disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai
dari tujuan pembelajaran, sehingga siswapun dapat memahami semua yang diajarkan
oleh guru tersebut.
3)
Guru yang memahami gaya
belajar siswa. Seperti yang kita tahu bahwa kita mengenal tiga jenis gaya
belajar siswa, diantaranya yaitu Audio, Visual dan kinestetik. Guru seperti ini
dapat menentukan gaya belajar yang dikuasai oleh siswa tertentu, sehingga
setiap siswa dapat memahami setiap yang diajarkan oleh guru berdasarkan gaya
belajar siswa tersebut.
4)
Guru memahami psikologi
perkembangan siswa. Guru seperti ini dapat mengetahui sebab mengapa seorang
siswa berbuat sesuatu, sehingga jikapun siswa melakukan suatu kesalahan maka
guru tersebut dengan cepat, tanggap dan tepat dapat mengubah siswa tersebut
supaya beralih kepada perbuatan yang baik yang hendak dicapai dari tujuan
pendidikan.
5)
Guru yang berpenampilan
menarik. Guru seperti ini tidak berarti harus selalu ganteng atau cantik,
tetapi guru yang mampu menarik perhatian siswa kepada dirinya sehingga akan
lebih mudah mengantarkan siswa kepada tujuan pembelajaran yang diajarkannya.
6)
Guru yang humoris. Guru
seperti ini dapat mencairkan suasana belajar yang serius menjadi sesuatu yang
sangat menyenangkan. Guru yang humoris dapat merebut hati sang siswa, sehingga
pada akhirnya juga dapat merebut perhatian siswa untuk belajar dengan
sebaik-baiknya.
7)
Guru yang menjadi
contoh atau teladan. Guru seperti ini lebih suka mengajak dari pada menyuruh.
Guru juga akan melakukan apapun yang guru ajak ke siswa jadi siswa tidak merasa
melakukan apa yang diajak sendirian.
8)
Guru yang adil dan penyabar.
Guru seperti ini sangat memahami bahwa kenakalan siswa sesungguhnya merupakan
bagian dari sistem pembelajaran. Yang biasa diterapkan oleh guru ini adalah
reward, atau memberikan penghargaan yang wajar kepada siswa yang bersalah
maupun siswa yang berprestasi.
9)
Guru yang up to
date. Guru seperti ini dapat berkembang lebih cepat dari dari pada perkembangan
zamannya, sehingga dapat cepat menanggapi setiap permasalahan yang timbul dari
para siswa. Siswa berpikir bahwa guru tersebut dapat diajak diskusi atau
menjadi tempat bertanya tentang berita terkinian.
10) Guru yang tidak gaptek (gagap teknologi). Guru seperti ini sudah pasti akan
sangat disenangi siswa, karena dapat menangkap dan memantau setiap perkembangan
yang terjadi pada diri siswa melalui berbagai perangkat yang juga digunakan
oleh para siswa tersebut.[7]
C. Karakter Guru Yang Tidak Diminati Peserta Didik
1)
Guru
tidak mengusai materi.
Materi
pembelajaran merupakan inti pokok sistem pembelajaran, jadi kita harus
menguasai materi yang mau diajarkan ke siswa secara detail. Jangan sampai kita
mengajarkan hal yang kita juga belum menguasainya. Memang tidak ada manusia
yang dapat memahami segala hal dengan sempurna, makanya kita harus terus
belajar untuk mengajar. Sehingga konsep yang kita ajarkan terasa mantap, siswapun
akan suka dengan anda sebagai guru.
2)
Jarang
Masuk
tidak sedikit
guru yang sibuk di luar kegiatan sekolah, mungkin itu kegiatan keluarga maupun
kegiatan bisnis. Kepentingan Bisnis dan keluarga boleh dilakukan asal tidak
mengganggu kegiatan belajar di kelas, apalagi sampai tidak masuk dan
mengabaikan tugasnya mengajar. Guru seperti ini sangat tidak disukai oleh
siswanya. Jadi hindarilah!
3)
Berpakaian
tidak rapi (Norak)
Bagi
murid-murid, guru itu merupakan cermin yang bisa mereka contohkan. Tapi bagaimana
kalau guru berpakaian tidak rapi apalagi sampai berpakaian norak. Siswa akan
menjadi tidak respect terhadap guru yang guru yang berpakaian tidak rapi.
Ketika siswa tidak resfect biasanya siswa tidak bisa menerima materi
pembelajaran dengan baik.
4)
Berkata
kasar
perkataan
terhadap siswa harus halus, memikat, dan penuh perhatian. setiap bimbingan,
nasehat, dan perkataan harus disampaikan dengan lemah lembuh.
Hindari mengeluarkan perkataan kasar, bernada tinggi dan ancaman. Jika itu terjadi, tidak ada efektivitas dalam pembelajaran yang dilakukan. siswa akan mencemooh dan mengolok-olok guru yang sering berkata kasar.
Hindari mengeluarkan perkataan kasar, bernada tinggi dan ancaman. Jika itu terjadi, tidak ada efektivitas dalam pembelajaran yang dilakukan. siswa akan mencemooh dan mengolok-olok guru yang sering berkata kasar.
5)
Memberikan
tugas rumah atau PR tanpa diperiksa
Pekerjaan rumah
(PR) memang dapat menjadikan siswa rajin belajar di rumah. Mereka akan mengatur
waktu untuk belajar ekstra demi menyelesaikan tugas dari gurunya. Namun ketika
kesungguhan mereka di sia-siakan oleh gurunya, mereka akan kecewa dan semangat
untuk mengerjakan PR selanjutnya akan kendor. Guru yang tidak memeriksa PR yang
dikerjakan oleh siswa, secara otomatis tidak akan disukai oleh siswanya.
6)
Menghukum
semena-mena
Menghukum siswa
harus didasari dengan kasih sayang, kebijaksanaan, dan kearifan. Jangan
memberikan hukuman kepada siswa berdasarkan kebencian, permusuhan, dan emosi
yang tidak terkendali. Guru adalah pembimbing spiritual murid, sehingga sikap
perilakunya harus konsisten dengan statusnya sebagai pembimbing moral dan
spiritual. Kalau hukuman didasari sifat kasih sayang, maka guru akan didasari
sifat kasih sayang, maka guru akan menghindari cara-cara yang di luar batas
kewajaran, bahkan akan menghukum murid dengan hal-hal yang positif untuk
meningkatkan kemampuan dan integritas moralnya.
Kalau guru
menghukum semena-mena dengan tindakan semena-mena. seperti menyuruh berdiri
dihalam sekolah selama jam pelajaran, bertidak keras, menempeleng, dan
sejenisnya maka ini akan menimbulkan kemarahan siswa. Bahkan ini dikwatirkan
siswa akan membalasnya di luar sekolah. oleh karena itu hindari menghukum
semena-mena.
7)
Pilih
Kasih (tidak adil)
Sikap pilih
kasih atau tidak adil akan membuat kebijasanaan guru tidak dihormati siswanya.
Mereka akan bertindak menjauh, seperti tidak mengindahkan perintah gurunya.
Oleh sebab itu, sikap pilih kasih jangan sampai ditunjukan guru ke siswanya.
bersikaplah adil
8)
Cuek
di dalam kelas maupun diluar kelas
Jika guru cuek
dengan siswanya, baik dalam maupun di luar kelas. Maka siswa tidak dapat
merasakan hubungan emosional yang positif antara guru dan muridnya. Mereka
hanya akan belajar dalam arti formal, tetapi tidak memiliki hubungan psikologi
yang akrab yang penuh manfaat.
9)
Tidak
memberikan contoh yang baik
Siswa adalah
peniru yang sangat baik. Sebaiknya guru selain memberikan pelajaran materi
kepada siswa juga memberikan contoh prilaku yang baik pula. Sehingga kelak siswa
dapat bermasyarakat dengan baik.
10) Kaku (tidak humoris)
Tidak humoris
merupakan sifat guru yang kurang disukai oleh siswa, karena guru yang kaku,
tidak humoris biasanya menimbulkan pembelajaran yang terasa tegang sehingga
siswa tidak dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik.
11) Membanding-bandingkan
Guru yang suka
membanding-bandingkan siswa satu dengan yang lain atau membandingkan anatar
kelas dapat menimbulkan perasaan ketidaksukaan siswa yang merasa diremehkan.
Jadi hidarkan membandingkan siswa di depan mereka.
12) Tidak hafal nama siswa
Tidak hafal
nama siswa satu per satu sudah menjadi rahasia anatar guru (penulis juga tidak
hafal). Maklum ini merupakan hal yang cukup sulit bagi guru yang mengajar siswa
lebih dari 300 orang. tapi cobalah untuk semaksimal mungkin untuk hafal nama
mereka, minimal nama panggilannya.[8]
BAB III
KESIMPULAN
Sikap
yang harus dimiliki oleh seorang guru
1. Tegas Berwibawa 2. Memberi Contoh dengan Tindakan 3.
Percaya diri 4. Konsisten 5. Memahami Kejiwaan Peserta Didik
Sikap
yang harus dihindari oleh seorang guru, antara lain
A) TIPUS: Tidak punya selera. B) MUAL: mutu amat lemah. C) KUDIS: Kurang disipilin. D) ASMA: Asal masuk kelas. E) TBC: Tak bisa computer. F) KUSTA: Kurang strategi. G) KRAM: Kurang terampil
Karakter
Guru Yang Diminati Peserta Didik
a) Guru yang cakap dengan materi pelajaran, b)
Guru yang memahami dan cakap menggunakan Metode Pembelajaran, c) Guru
yang memahami gaya belajar siswa, d) Guru memahami psikologi
perkembangan siswa, e) Guru yang berpenampilan menarik, f) Guru
yang humoris, g) Guru yang menjadi contoh atau teladan. , h) Guru
yang adil dan penyabar, i) Guru yang up to date, j) Guru
yang tidak gaptek (gagap teknologi)
Karakter Guru Yang
Tidak Diminati Peserta Didik
A) Guru tidak
mengusai materi. B)Jarang Masuk. C)Berkata kasar. D) berikan tugas rumah atau PR tanpa diperiksa. E) Menghukum
semena-mena. F) pilih
Kasih (tidak adil). G) Tidak memberikan contoh yang baik. H) Kaku (tidak humoris). I) banding-bandingkan. J)Tidak hafal nama siswa. K) Cuek di dalam kelas maupun diluar
kelas. L) Berpakaian tidak rapi (Norak).
DAFTAR PUSTAKA
Abu Bakar Yunus, Nurjan, Syarifan. Dkk, 2009, profesi
keguruan. Surabaya: Aprinta
Drajat Dzakiah,
1984, Kepribadian Guru, Jakarta: Bulan Bintang
Kunandar,
2007, Guru Profesional, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Usman Moh Uzer, 1995, Menjadi
Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.
http://5_Sikap_yang_Harus_Dimiliki_Guru_Warung_Les.htm http://Sikap_dan_Perilaku_Guru_yang_Profesional_KOMPASIANA.com.htm
Komentar
Posting Komentar