PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK: Perkembangan Psikomotorik Anak Usia SD/MI (6-12 tahun)
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK
Dosen Pengampu: Nurul Rahmi, S, Pd, M. Pd
Kelompok III:
Sri Mawarti Dewi {1501211405}
Musa Sofyandi {1501211452}
Yusron Prayogi {1501211462}
Perkembangan
Psikomotorik Anak Usia SD/MI (6-12 tahun)
A.
Perkembangan Motorik
Motorik yaitu
segala sesuatu yang ada hubungannya dengan gerakan-gerakan tubuh. Dalam
perkembangan motorik, yang menentukan adalah otot, saraf, dan otak. Ketiga
unsur itu melaksanakan masing-masing perannya secara interaksi positif, artinya
unsur-unsur yang satu saling berkaitan, saling menunjang, saling melengkapi
dengan unsur yang lainnya untuk mencapai kondisi motoris yang lebih sempurna
keadaanya.[1]
Perkembangan motorik
meliputi motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh
yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh
yang dipengaruhi oleh kemantangan anak itu sendiri. Contohnya kemampuan duduk,
menendang, berlari, naik turun tangga, dan sebagainya.
Motorik halus adalah
gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu,
yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya,
kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencorat-coret, menyusun balok,
menggunting, menulis, dan sebagainya.[2]
Perkembangan motorik,
fase atau usia sekolah dasar (7-12 tahun), di tandai dengan gerak atau
aktivitas motorik yang lincah. Oleh karena itu, usia ini merupakan masa yang
ideal untuk belajar ketrampilan yang berhubungan dengan motorik, baik halus
maupun kasar, dapat dijelaskan sebagai berikut:
Motorik
halus
|
Motorik
kasar
|
Menulis
|
Baris berbaris
|
Menggambar atau melukis
|
Seni bela diri (seperti pencak silat dan karate)
|
Mengetik atau computer
|
Senam
|
Merupa atau seperti membuat kerajinan dari tanah liat
|
Berenang
|
Menjahit
|
Atletik
|
Membuat kerajinan dari kertas
|
Main sepak bola
|
B.
Pertumbuhan
Fisik
Pertumbuhan selama periode ini rata-rata 3-3,5
kg dan 6cm atau 2,5 inchi pertahunnya. Lingkar kepala tumbuh hanya 2-3 cm
selama periode ini, menandakan pertumbuhan otak yang melambat karena proses
mielinisasi sudah sempurna pada usia 7 tahun (Behrman, Kliegman, & Arvin,
2000). Anak laki-laki usia 6 tahun, cenderung memiliki berat badan sekitar 21
kg, kurang lebih 1 kg lebih berat daripada anak perempuan. Rata-rata kenaikan
berat badan anak usia sekolah 6 – 12 tahun kurang lebih sebesar 3,2 kg per tahun.
Periode ini, perbedaan individu pada kenaikan berat badan disebabkan oleh
faktor genetik dan lingkungan. Tinggi badan anak usia 6 tahun, baik laki-laki
maupun perempuan memiliki tinggi badan yang sama, yaitu kurang lebih 115 cm.
Setelah usia 12 tahun, tinggi badan kurang lebih 150 cm . Habitus tubuh
(endomorfi, mesomorfi atau ektomorfi) cenderung secara relatif tetap stabil selama
masa anak pertengahan.
Kekuatan otot, koordinasi dan daya tahan tubuh
meningkat secara terus-menerus. Kemampuan menampilkan pola gerakan-gerakan yang
rumit seperti menari, melempar bola, atau bermain alat musik. Kemampuan
perintah motorik yang lebih tinggi adalah hasil dari kedewasaan maupun latihan;
derajat penyelesaian mencerminkan keanekaragaman yang luas dalam bakat, minat
dan kesempatan bawaan sejak lahir. Organ-organ seksual secara fisik belum
matang, namun minat pada jenis kelamin yang berbeda dan tingkah laku seksual
tetap aktif pada anak-anak dan meningkat secara progresif sampai pada pubertas.
C. Implikasi Perkembangan Motorik Dalam Pembelajaran
Benyamin Bloom
menyatakan bahwa rentang penguasaan motorik ditunjukkan oleh gerakan yang kaku
sampai dengan gerakan yang luwes. Dave (1990) mengembangkan teori Bloom dengan
mengklasifikasikan domain motorik ke dalam lima kategori, mulai dari tingkat
yang paling rendah sampai tingkat yang paling tinggi. Kelima kategori tersebut
adalah immitation (peniruan), manipulation (penggunaan konsep), presition
(ketelitian), articulation (perangkaian), dan naturalization (kewajaran/kealamiahan).
Teori Dave inilah yang
digunakan pijakan dalam pembelajaran untuk meningkatkan perkembangan motorik pada
anak.
1. Immitation (peniruan)
Immitation (peniruan) adalah keterampilan untuk menentukan suatu gerakan yang telah
dilatih sebelumnya. Latihan ini bisa dilakukan dengan cara mendengarkan atau
memperlihatkan. Dengan demikian, kemampuan ini merupakan representasi ulang apa
yang dilihat dan didengar oleh anak. Oleh karena itu, peningkatan motorik pada
tahap ini bisa dilakukan dengan memeragakan gerakan, atau sekedar
mempertontonkan film, misalnya. Stimulasi yang bisa diberikan untuk mencapai
kemampuan gerak motorik pada tahap ini dengan menirukan gerak binatang, suara
burung, atau gerakan-gerakan yang lain.
2. Manipulation (penggunaan konsep)
Manipulation (penggunaan konsep) adalah kemampuan untuk menggunakan konsep dalam
melakukan kegiatan. Kemampuan ini juga sering disebut sebagai kemampuan
manipulasi. Sebab, pada tahap ini perkembangan anak selalu mengikuti arahan,
penampakan-penampakan gerakan, dan menetapkan suatu keterampilan gerak tertentu
berdasarkan latihan. Stimulasi yang bisa diberikan untuk mencapai kemampuan
gerak motorik pada tahap ini adalah dengan melatih keterampilan tertentu pada
anak, seperti menggunakan sendok makan, gunting, gergaji, atau gerakan lompat,
loncat, skipping, dan lain sebagainya.
3. Presition (ketelitian)
Presition (ketelitian) adalah kemampuan yang berkaitan dengan gerak yang
mengindikasikan tingkat ketelitian tertentu. Kemampuan gerak motorik ini
sebenarnya hampir sama dengan gerak motorik pada tahap manipulasi. Hanya saja,
pada tahap ini telah mencapai tingkat kontrol yang lebih tinggi, sehingga
kesalahannya dapat dieliminasi. Stimulasi yang dapat diberikan untuk menunjang
tercapainya gerak motorik pada tahap ini adalah dengan melatih mengendarai
sepeda roda tiga, berjalan mundur, menyamping, dan zig-zag, melempar bola,
menangkap, menendang, dan lain sebagainya.
4. Articulation (perangkaian)
Articulation (perangkaian) adalah kemampuan untuk melakukan serangkaian gerakan secara
kombinatif dan berkesinambungan. Kemampuan ini membutuhkan koordinasi antar
organ tubuh, saraf, dan mata secara cermat. Kemampuan ini dapat ditingkatkan
dengan mengurutkan serangkaian gerak secara berkesinambungan, konsisten, ajeg,
dan luwes. Stimulasi yang bisa diberikan untuk mencapai kemampuan gerak motorik
pada tahap ini adalah menggambar, mengetik, menulis, dan lain sebagainya.
5. Naturalization (kewajaran/kealamiahan)
Naturalization (kewajaran/kealamiahan) adalah kemampuan untuk melakukan gerak secara wajar
atau luwes. Untuk dapat melakukan gerak motorik pada tahap ini diperlukan
koordinasi tingkat tinggi antara saraf, pikiran, mata, tangan, dan anggota
badan yang lain. Oleh karena itu, gerak motorik pada tahap ini sering kali
menguras tenaga dan pikiran. Simulasi yang bisa diberikan untuk mencapai
kemampuan gerak motorik pada tahap ini adalah mendemonstrasikan dan memeragakan
gerak akrobat (jungkir balik), pantomim, tampil bergaya, dan lain sebagainya.
Khsusu gerak motorik pada tahap ini, anak tidak serta merta langsung bisa
mempraktikkannya, melainkan harus diulang-ulang hingga mencapai tahap
kelenturan dan keluwesan gerak yang sempurna.
Dengan memberikan berbagai stimulasi secara bertahap
sebagaimana dikemukakan Dave di atas, diharapkan anak mampu mencapai tingkat
perkembangan motorik yang sempurna, sehingga kesempurnaan capaian gerak ini
dapat menunjang tingkat kegeniusannya.[3]
REFERENSI
L,
Zulkifli. 2009. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Sumantri. Pengembangan
Keterampilan Motorik Anak Usia Dini. (Jakarta: Dinas Pendidikan, 2005) hlm
11
Komentar
Posting Komentar